51. Blush

607 43 13
                                    

Jam istirahat ini, Rayen melipat kedua tangannya di atas meja panjang di kantin. Jika sahabatnya menyibukkan diri dengan bercengkrama ria bahkan saling mengumpat, Rayen memilih diam dan menatap kosong ke depan. Tiba-tiba cowo itu dikejutkan dengan sebuah tangan kekar yang menumpu pada pundaknya. Ia menoleh dan ternyata tangan itu berasal dari Rey. Mata Rayen melihat ke arah tangan yang bertumpu pada pundaknya sebelum akhirnya beralih ke waja Rey.

"Lo kenapa, daritadi diem aja?" tanya Rey khawatir.

Rayen menggelengkan kepalanya.

"Gak mungkin gak ada apa-apa. Cerita lah, jangan di pendem sendiri." ujar Alvaro yang sadar akan komunikasi antara Rey dan Rayen.

"Bulan depan gue nikah." ucap Rayen dengan suara begitu pelan, tetapi mampu membuat semua sahabat mendengarnya.

"HAH!?" kaget semuanya secara bersamaan.

Nathan menggebrak meja kantin dengan begitu kencang dan menaruh kepalanya tepat di depan Rayen. "Demi apahhhh....!?" katanya syok.

"Bau naga, njir..." cetus Rey menitup hidungnya dengan tangan tangan kanan.

"Sialan lo..." umpat Nathan yang kembali duduk.

"Lo gak lagi bercanda kan, Ray?" lanjut Nathan bertanya.

"Lo ada liat muka gue cengengesan?" ujar Rayen.

"Enggak sih..."

"Tapi demi apa, secepat itu!?" tanya Nathan yang masih belum percaya.

"Terus gimana sama Calista?" tanya Gema menimbrung.

Rayen diam sejenak dengan kepala yang menunduk kemudian kembali ditegakkan keplaanya seraya menghela napas. "Sesuai sama rencana Nathan." katanya.

"Kalau gitu buruan lo bawa Calista!" seru Rey.

"Pulang sekolah bakal gue bawa dia."

•••

Rayen berhambur masuk begitu saja ke dalam kelas 11 IPA 1 saat jam pulang sekolah telah tiba. Dengan santainya dia berjalan dengan memasang wajah datar nan dingin, serta tas ransel biru dongker yang di gendong satu pundak. Mata Rayen langsung tertuju pada satu gadis yang sibuk merapikan alat tulisnya, tentu cowo itu bergegas menghampiri perempuan tersebut dengan menghiraukan suara kagum yang tercipta dari mulut murid-murid di kelas atas kehadirannya.

Saat Rayen masih berjalan di lorong meja kelas, seorang gadis dengan rambut yang gerai menyadari kehadirannya kemudian dirinya langsung menyenggol bahu seorang gadis yang sejak tadi masih belum selesai bergelut dengan alat tulisnya. Gadis yang di senggol bahunya itu pun sontak menoleh ke arah temannya, untuk menanyakan ada sesuatu apa yang terjadi?

"Apaan!?" tanyanya.

Teman gadis itu mengarahkan dagunya pada Rayen. "Kak Rayen..." ucapnya yang langsung membuat gadis itu menoleh ke arah Rayen. Ternyata benar, ketua basket Exavier itu benar ada di dalam kelasnya. Buru-buru dia bangun dari duduknya untuk menyambut kedatangan Rayen.

"Kak..." sapa Queen menyengir dan di tanggap dengan menaikkan dua alis oleh Rayen.

Queen sedikit menyingkir dari samping Calista, dia berpindah menjadi di samping Kia dan Nana yang sejak tadi berdiri di belakang meja Calista. Sedangkan Rayen mendekati Calista dengan tatapan serius, hingga membuat Calista mengernyitkan dahi.

"Kenapa gak telpon aja?" tanya Calista.

"Kelamaan." jawab Rayen.

"Ikut aku..." Rayen menarik tangan Calista.

"Mau kemana?"

"Ikut aja..."

"Bentar, barang aku masih berserak." Rayen membiarkan Calista merapikan barang-barangnya terlebih dahulu dan tak lupa untuk dirinya membantu Calista.

Beberapa detik berlalu, akhirnnya ritual membereskan barang-barang telah selesai. Rayen langsung membawa gadisnya keluar kelas dengan cara mengenggam erat pergelengan tangan kannan Calista.

"Mau kemana mereka?" tanya Kia yang melihat kepergian sahabatnya bersama pacarnya. Secara bersamaan Queen dan Nana menjawab dengan mengedikkan bahu dan bergeleng kepala.

•••

"Kita mau kemana sih?" tanya ke sekian kalinya namun sama sekali belum mendapatkan jawaban dari cowo di depannya yang terus berjalan menyeretnya.

Sekarang Calista berjalan menyusuri koridor sekolah bersama dengan Rayen. Masih banyak murid yang bersliweran di sana tetapi Rayen tidak memedulikannya. Rasa kesal mulai menyelimuti Calista saat terus di tarik dan suaranya terus di abaikan.

Rayen memberhentikan langkahnya dan menoleh ke belakang saat mendapati tangan Calista terlepas dari genggamannya. Nyatanya gadis itu yang melepas paksa dan memasnag wajah kesal.

"Kenapa?" tanya Rayen tanpa rasa bersalah.

"Kenapa kamu bilang!?"

"Aku daritadi nanya tapi kamu gak jawab. Kamu terus seret aku sampe bikin aku malu sama anak-anak lain, mereka liatin kita aja!" lanjut Calista emosi.

"Kamu nanya apa?" tanya Rayen lagi.

Calista membelalak. Rayen benar-benar mengesalkan sekali hari ini. "Menurut kamu!?" serunya.

Rayen bergeleng. "Ya aku gak tau..." katanya.

"Tau ah, aku kesel." gadis itu melipat tangannya di depan dada dan mengalihkan pandangannya dari Rayen.

Rayen menghela napas gusar dan berjalan mendekati gadis itu. Tanpa aba-aba, lelaki itu mengecup puncak kepala Calista kemudian menggendong gadis itu ala bridal style, hingga membuat sang empu dibuat syok bahkan spot jantung.

"RAYEN TURUNIN! Kalau ada yang liat gimana!?" pekik Calista namun tidak Rayen hiraukan.

"Rayen....!" gadis itu terus berguncang di atas gendongan Rayen. Untungnya Rayen bisa menahan guncangan itu hingga tidak membuat gadsinya jatuh.

"Ssstt... nurut sama aku. Nanti kamu juga tau kita kemana...." katanya.

"Ya tapi gak di gendong juga....!" seru Calista.

"Jalan kamu lama, kayak siput. Mending aku gendong aja."

"Tapi nanti aja yang liat, ih..."

"Biar aja. Biar mereka tau kalau kamu punya aku..."

Hal itu berhasil membuat pipi Calista merona. Kemudian gadis itu menyimpan wajahnya di dada bidang Rayen, guna menutupi kesaltingannya, tak lupa dengan kedua tangannya yang terkalung di leher Rayen. Rayen sadar atas tingkah kekasihnya, lantas dia hanya diam dan tersenyum gemas sembari terus melanjutkan jalannya menuju parkiran sekolah.

"Duduk yang manis, nona cantik..." senyum Rayen setiba di mobil dengan Calista yang sudah terduduk di bangku mobil bagian depan.

Calista membalas senyuman itu sebelum akhirnya memudar dikala kembali mendapat kecupan dari Rayen. Jika tadi cowo itu mengecup puncak kepalanya, kini dia mengecup dahi Calista, cukup lama.

"Banyak banget pake blush on-nya..." kekeh Rayen saat dia melepaskan kecupan itu dan mendapati pipi Calista yang ngeblush. Mendengar itu Calista langsung menutupi wajahnya menahan malu. Tetapi justru itu membuat Rayen terkekeh dan merasa gemas, lantas dia mengacak-acak rambut Calista sebelum akhirnya menutup pintu mobil dan berjalan memasuki bangku kemudi.

•••

Kira-kira Calista mau dibawa kemana ya sama Rayen?

Stay tune terus...!

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang