"Calista!? Ya ampun!"
Nyaring terdengar suara pekikan yang tercipta dari mulut seorang wanita baya dengan pakaian dress formalnya tak lupa sebuah tas bermerek terdapat di lengan katanya. Dia berjalan masuk ke dalam ruang rawat inap pada ruang VVIP pada rumah sakit dimana Calista dirawat.
Beberapa menit lalu Calista telah terlepas dari ruang UGD dan dipindahkan pada ruang rawat VVIP. Semua sahabatnya telah kembali ke rumah dan hanya meninggalkan Rayen di sana, yang akan siap siaga menjaga dan menemani Calista di rumah sakit.
Pintu yang tiba-tiba dibuka membuat Rayen dan Calista yang tengah bercengkrama di dalam ruangan itu langsung kaget dan menoleh ke arah pintu. Terpampang jelas disana, Nilam dan Fandi berjalan masuk menghampiri mereka dengan wajah khawatir yang tercipta di wajah awet muda Bundanya Rayen.
Rayen yang semula duduk di kursi pun kemudian langsung bangun saat melihat kedatang orang tuanya. Dimas? Tenang saja, pria itu sudah di beri kabar oleh Rayen dan sedang dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.
"T-tante?" kaget Calista.
"Ya ampun Calista, kenapa bisa jatoh dari tangga kamu? Mana aja yang luka, masih ada yang ngerasa sakit, gak?" pertanyaan bertubi-tubi itu keluar dari mulut Nilam yang kini wanita baya itu telah berdiri di depan Rayen, tepat di samping kiri Calista. Sedangkan Fandi hanya diam berdiri di ujung brankar, dekat dengan kedua kaki Calista.
"Calista gak apa-apa kok, tan. Cuma kecelakaan biasa."
"Gimana ceritanya kamu bisa jatoh dari tangga? Kamu gak hati-hati sih...!" ujar wanita baya itu.
Calista tersenyum. "Iya tan, Calista kepleset." katanya.
"Ada orang yang sengaja jatohi Calista, bun." celetuk Rayen yang berhasil membuat mata Calista mendelik.gafks itu hanya tidak ingin Bundanya Rayen tahu kejadian yang sebenarnya. Sedangkan Nilam seketika memandang kaget ke arah anaknya begitu juga Fandi yang langsung menurunkan kedua tangannya dari depan dada.
"Siapa?" tanya Fandi.
"Alexa, yah."
"Enggak, om. Calista jatoh sendiri.." sahut Calista.
"Jangan coba-coba belain dia, Cal. Aku gak suka!" seru Rayen dingin yang membuat Calista terdiam seribu bahasa.
"Jahat sekali dia! Apa tujuannya untuk mendorong Calista?" tanya Nilam.
Rayen bergeleng seraya menaikkan kedua bahunya. "Gak tau, bun." katanya.
"Jadi, dimana sekarang si Alexa itu?" tanya Fandi.
"Udah diamankan sama Clay, yah."
"Clay?" tanya Nilam yang di angguki Rayen.
"Clay yang jadi saksi mata kejadian ini." tutur Rayen.
"Clay memang benar-benar anak yang baik. Dia sudah banyak membantu kamu, Ray..." ucap Fandi.
"Iya, Ray. Bunda harap, persahabatan kalian gak akan putus. Clay itu baik pake banget..." sambung Nilam.
"Iya, bun. Iya yah..."
Nilam beralih kembali pada Calista. Wanita baya itu meraih puncak kepala kekasih anak semata wayangnya.
"Masih ada yang terasa sakit, Cal?" tanya Nilam.
"Cuma pusing aja, tan."
"Cal.." panggil Nilam.
"Iya tan?"
"Mulai sekarang stop panggil saya tante. Kamu panggil bunda aja, sama kayak Rayen. Oke?" ujar Nilam tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIVE RICH BOY
Teen FictionMelihat kedatangan mobil mewah dan motor sport setiap paginya sudah menjadi hal biasa di mata anak-anak Exavier Hight School. 5 remaja cowo tampan menjadi satu-satunya murid famous di sekolah dan banyak memiliki penggemar. Namun, satu di antaranya m...