18 My One and Only

7.9K 485 86
                                    


We had a fight last night
And I called him mad
Makes me feel so sad
And I'm so ashamed

He's my only one
I give him all my love
Even though my mom says no
I just go on and on

No one's gonna take him away from me
Everyday and every night
I just wanna hold him tight
And make sure that everything stays right
And everyday and every night
To dream of him is my delight and know that
He'll stay with me all the way

Mocca-My Only One

Lagu itu mengiringi perjalanan Rony dan Salma yang tergesa setelah Santi mengirim pesan. Memberitakan kabar Eyang putri Salma yang sakit. Karenanya, mereka bersepakat harus berkompromi lagi dengan rencana mereka. Rencana menyusuri potongan Jalan Pos dibatalkan. Mereka memutuskan lewat jalan Tol. Perjalanan ke arah Timur, membelakangi matahari yang sedang menuju peraduannya .

Dari Cirebon, menuju Semarang, lanjut ke Salatiga. Meski secara Kilometer lebih cepat langsung ke Jogja dari Semarang, tapi secara waktu tempuh lebih cepat jika lewat tol menuju Kartosuro baru ke Barat lagi menuju Jogja. Sepanjang jalan Rony sesering mungkin menggenggam tangan perempuannya, memberi support, menenangkan. Perasaannya pasti tidak karuan, memikirkan keadaan Eyang putrinya.

Jalan Tol memang lancar, mempercepat perjalanan, melipat jarak dan waktu. Tapi tidak ada pengalaman yang diceritakan. Hanya PLTU di Batang, yang nyalanya sangat terang, serta  rasa jalan menurun saat mendekati Semarang. Mungkin juga karena perjalanan malam, sebenarnya tol Semarang-Salatiga memiliki view yang bagus karena berada di antara perbukitan. 3 jam lebih perjalanan setelah mereka makan nasi jamblang, Rony meminggirkan mobilnya di rest area Salatiga. 

"Gue mau kencing dulu," ucap Rony yang tergesa mematikan mobil lalu memberikan remote kuncinya ke Salma, meminta Salma yang mengunci mobilnya. Rony berlalu.

"Gue tunggu di kedai kopi sana ya," ucap Salma sedikit berteriak menunjuk cafe dekat mereka parkir. Rony hanya menoleh dan mengangguk.

Salma menunggu di salah satu kedai kopi yang ada di rest area tersebut. Dia memesan dua cup americano. Malam baru menunjukkan pukul 8.00, tapi jalan tol yang monoton membuat mengantuk, makanya dia juga memesan kopi. Salma sangat mengantuk tapi perasaannya kalut. Berulang kali dia menanyakan kondisi Eyang putrinya ke mamahnya. Eyang putri demam dari tadi siang habis duhur, sudah diperiksa dokter. Tapi katanya tidak perlu dirujuk ke rumah sakit. Eyang hanya butuh istirahat. Tapi tetap saja perasaan Salma tidak karuan.

"Sa," ucap Rony ketika menghampiri Salma.

"Udah Ron? Duduk dulu deh... istirahat. Nanti gue yang nyetir aja ya?" pinta Salma.

"Gue aja nggak papa kok," jawab Rony sambil meraih kopinya.

"Lo nggak capek?"

"Enggak, aman... Gue ngrokok dulu ya?"

Salma mengangguk, lalu meraih salah satu tangan Rony yang terbebas. Memijat-mijatnya pergelangan tangannya pelan. Rony tersenyum sayang. Cuma begitu aja senang rasanya.

"Lo ngopi?"

"Ngantuk,"

"Nanti tidur aja,"

"Mau nemenin Lo melek," ucap Salma sambil menguap.

Rony senyum lagi, manis.

"Ini nanti kita langsung ke rumah Eyang ya, Papah Mamah disana juga," ucap Salma.

"Iyah,"

"Mungkin sekitar 2-3 jam lagi kita sampai, nanti kalau Lo capek gantian aja,"

"Aman, Sa..." Rony menenangkan.

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang