06 Boys vs Girls

9.9K 586 103
                                    


Rony bergabung bersama teman-temannya di teras belakang Rumah Bujang malam itu. Setelah beradu mulut dengan perempuannya. Perasaannya tak karuan. Hatinya kaku, menyadari kalau Salma dekat dengan lelaki lain seperti kecurigaannya selama ini. Meski perempuannya tetap menyangkalnya.

 Mereka sudah menyiapkan beberapa botol dan beberapa gelas, juga es batu. Beberapa snack juga tersedia di meja itu. Rupanya mereka menunggu kehadiran Rony untuk memulai. Rony mendudukan diri di kursi kosong yang tersisa.

"Lo kenapa, Ron?" tanya Paul yang melihat aneh sahabatnya.

"Ga papa," jawab Rony menyembunyikan perasaannya.

"Salma?" tanya Neyl.

"Gue bilang dia nggak usah turun, kita mau minum soalnya,"

"Lo yang muterin Ron," pinta Paul.

"Lo aja, Ul," tolak Rony.

Paul meletakkan es batu di dasar gelas, kemudian menuangkan dari botol pertama. Neyl yang meminum pertama sampai tandas. Kemudian bergantian, terus menerus.

"Lo kenapa Bang?" Rony yang membuka obrolan. Terlalu lama mereka sudah menunggu Neyl membuka obrolan.

"Novia disuruh kawin sama bonyoknya. Dia ngajak gue,"

"Ya tinggal kawinin, Bang," ucap Danil.

"Ga segampang itu, Sat,"

"Lah Lo mikirin apa lagi?" tanya Rahman.

"Ya kalau kawin, gue males terkekang, diatur-atur sama keluarga. Bisa kena mental gua,"

"Belum tentu, Bang," ucap Diman.

"Lah itu si Nopia yang anaknya sendiri aja diatur begitu, apalagi gue nanti,"

"Mau Lo apa si Bang? Sama Novia terus tapi nggak usah kawin gitu?" Paul yang bicara sekarang, sambil menuangkan minuman untuk Danil.

"Gue bingung, kalau nggak bingung gue nggak ngajakin Lo ngobrol gini, bangsat,"

"Yang ga bingung yang di surga Bang," kelakar Danil.

"Lo gimana ke Novia? Lo sayang nggak sama dia?" tanya Rahman setelah meneguk minuman di giliran selanjutnya.

"Nggak usah nanya,"

Paul memberikan Neyl gelas berisi minuman.

"Coba Lo taruh dulu soalan idealisme Lo bang, mau Lo ke Novia gimana?" Rony yang bertanya.

"Ya gue mau sama Novia, tapi PR gue masih banyak. Finansial gue belum mapan,"

"Nungguin financial freedom mah ga tau kapan, Bang," komentar Paul.

"Si Rony yang udah tajir aja masih kerja," Danil berseloroh.

"Bangsat! gue dibawa-bawa,"

"Lagian si Novia udah tajir, udah ga butuh duit Lo, Bang," Rahman berpendapat.

"Harga diri, Man!"

"Yang penting tu, upaya Lo bang. Lo mau perjuangin Novia nggak? Di situ harga diri Lo, bukan seberapa banyak duit yang Lo punya," ucap Rony panjang, tumben bijak.

"Setuju gue Ron," Paul menambahi.

"Tai!" Neyl masih denial.

"Ya Novia mau ga sama Lo, intinya kan itu," ucap Rony.

"Ya mau dia mah, orang dia ngajakin gue,"

"Lo mau gantungin dia? Bikin dia galau berkepanjangan? Gue yang jadi temennya si ga rela, Bang," ungkap Paul.

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang