Hari ini Salma libur tengah semester, bukan libur resmi sih. Hanya ada waktu kosong setelah ujian terakhirnya yang berupa take home exam. Mungkin hanya menyamakan dengan jadwal fakultas lain. Sementara mata kuliahnya sendiri sudah habis.
Salma baru saja kembali dari warung, belanja bahan untuk memasak. Rony bilang akan datang ke Rumah Bujang. Lebih tepatnya memaksa untuk datang ke Rumah Bujang, meskipun kondisinya belum sepenuhnya pulih. Masih lemas katanya.
Salma berencana memasak untuk lelakinya.
Omongan Rony yang menyesal karena tidak memakan sarapan pagi yang dibuatkan Salma membuat Salma ingin mematahkannya. Setelah perenungan panjang, dalam hati kecilnya Salma sudah memaafkan Rony. Dia sendiri menyesal, merenungi sikapnya yang berlebihan pada Ditho. Menyesali tidak menjaga perasaan Rony, lelakinya. Meskipun permintaan maaf belum sempat ia sampaikan secara langsung.
Suara mobil berhenti di depan, menandakan kehadiran seseorang. Salma ke depan untuk membukakan gerbang. Benar, Rony sudah sampai.
"Hei, cepet amat," sapa Salma saat kembali setelah menutup gerbang. Baru 30 menit yang lalu lelaki itu memberinya kabar mau datang.
"Lagi ngapain?" tanya Rony dengan senyum.
"Baru mau masak,"
"Serius? Gue temenin ya..." kemarin dia begitu khawatir tidak akan pernah memakan masakan Salma lagi, dia tersenyum senang sekarang.
Keduanya langsung berjalan menuju pantry. Salma melanjutkan menyiapkan bahan-bahan yang tadi sedang dikerjakannya. Rony duduk di kursi, Salma duduk di kursi lainnya di seberang meja.
"Mau masak apa?" tanya Rony.
"Bubur, Lo kan masih sakit," jawab Salma, si paling perhatian.
"Bubur apaan? Banyak banget bahannya," ucap Rony heran melihat ada berbagai jenis sayuran di meja kitchen island itu. Ada bayam, jagung, daun kemangi, daun bawang dan labu kuning serta sereh.
"Tinutuan, bubur Manado, ya... not so tinutuan, ga semua bahannya ada,"
Bubur dengan berbagai sayuran, bumbu yang minimalis dirasa Salma cocok untuk Rony yang masih sakit dengan sistem pencernaannya. Tinutuan pilihan resepnya kali ini, bubur dari Sulawesi Utara. Meski bahannya disesuaikan dengan yang ada saja.
Daun gedi yang berlendir seperti daun bunga sepatu tidak ada di warung dimana dia membeli bahan-bahan makanan tadi. Salma juga mengeliminasi penggunaan ubi jalar, kurang baik untuk perut Rony, karena ubi bisa memicu menghasilkan gas. Salma juga tidak membuat pelengkapnya, sambal roa. Lagi pula Rony pasti tidak boleh makan pedas dahulu.
"Oh..." timpal Rony. Dia masih canggung, setelah kejadian selumbari, sehari sebelum kemarin.
"Eh, ini gue bikinin infused water, katanya oke buat lambung, nggak kopi dulu ya..." Salma menyodorkan botol air minum dengan irisan lemon di dalamnya, menyandingkannya dengan sebuah gelas.
"Makasih, Sa... nanti gue tuang sendiri aja...." Rony tersenyum mendapat perhatian dari perempuannya.
"Oke," ucap Salma yang melanjutkan memotong dadu labu kuning setelah dikupas kulitnya, salah satu bahan utama bubur itu. Kemudian Salma merendamnya dalam wadah berisi air, supaya tidak kecoklataan permukaannya.
"Gue bantu ngapain nih?" tanya Rony.
"Liatin aja, anteng," timpal Salma, dilihatnya lelakinya masih pucat.
Rony mendungus, dia ingin membantu.
Salma memasukkan beras yang sudah dicuci ke sebuah panci anti lengket, memberinya air lebih tinggi seruas jari dari permukaan beras. Selanjutnya memasukkan labu kuning dan sereh. Memasaknya bersamaan dengan api kecil. Menambahkan sedikit garam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dengarkan [end]
FanficCerita sekuel dari 'Katakan: karena sebuah cerita berawal dari sebuah kata Meraih cinta itu mudah, tidak semudah itu memang. Mungkin tampak lebih mudah karena memiliki pembanding, mempertahankannya. Rony dan Salma sudah bertemu cinta. Keduanya salin...