33 Wedlock

8.7K 639 372
                                    

Siang menuju sore rombongan Rony sampai di kawasan Candi Ratu Boko. Venue acara pernikahan Rony dan Salma di sebuah plasa dari Boko Sunset Resto. Plasa Andrawina, namanya. Andrawina sendiri artinya perjamuan resmi. Plasa restoran yang berada di tepi bukit menghadap ke arah Utara.

Kawasan perbukitan itu sendiri bernama Abhayagiri. Bukit tanpa bahaya. Dari plasa ini bisa melihat langsung Candi Prambanan dari atas. Saat itu langit bulan Juni begitu cerah, di kejauhan tampak Gunung Merapi yang agung. Pemandangan yang indah.

Bangunan restoran itu sendiri tidak terlalu besar, bentuknya segi empat dengan satu anjungan ke arah lereng, jadi tampak seperti panggung. Disanalah tempat sajian hidangan makanan berada. Hidangan prasmanan.

Salah satu cara menghidangkan makanan dalam perjamuan yang meniru bangsa Belanda, Rijsttafel. Cara Bangsa Belanda menjamu tamunya dengan memamerkan kemakmuran tanah jajahannya. Meski caranya sudah berubah disana-sini. Tapi intinya masih sama. Rijsttafel sendiri artinya meja nasi. Hidangan nasi dengan berbagai makanan lauk pauknya. Dulunya bisa memuat 7-40 jenis makanan.

Menunya Rijstafel yang menyajikan berbagai makanan dari berbagai bangsa. Begitu juga menu di acara itu. Sebutlah capcay, yang berarti sepuluh sayuran. Dari namanya saja sudah sangat Tionghoa. Juga ada gurame saus tiram dan kwetiaw goreng. Ada semur daging yang namanya serapan Bahasa Belanda smoor, yang berarti daging yang direbus dengan tomat secara perlahan sampai empuk. Kemudian ada sambel goreng krecek. Sambal tempe denga kulit sapi yang biasanya menjadi pelengkap masakan gudeg. Tentu saja ada masakan sup, Sup Manten khas Solo dengan jamur saljunya.

Makanan tambahan seperti bakso, sate dan selat solo juga ada, sampai zupa soup. Ditambah es krim, klapetaart, dan wedang ronde. Yang tidak ada pizza, kesenangan Rony dan sayur asem kesukaan Salma.

Salah satu tim WO mengarahkan kemana Rony dan rombongannya mesti menuju, area plasa Andrawina. Rony mengamati plasa yang bentuknya mengikuti kontur tanah disana. Sisi utara sudah disiapkan dekorasi backdrop pelaminan berbentuk kotak dari kayu, dengan kain drappery panjang semi transparan berwarna putih tulang, hijau susu dan hijau sage yang disampirkan asimetris dan ada yang dibiarkan menjuntai. Sudut-sudutnya dihias bunga-bunga cantik berwarna putih dan peach dipadu dengan dedaunan hijau segar. Seperti pepohonan di sekitar plasa itu.

Di tengah plasa sudah ada meja tempat perjanjian ikatan suci dilangsungkan. Meja kayu segi empat, dengan enam kursi. Dikelilingi kursi-kursi kayu untuk para hadirin yang datang.

Di sisi Timur yang memiliki undakan lebih tinggi dan sedikit lapang menjadi tempat band dari teman-teman kontrakan Salma. Band dalam kemasan akustik yang sederhana. Teman-teman Rony dan Salma juga sudah hadir. Terutama Paul dan Ditho. Ah, Ditho tidak datang sendiri, dia menggandeng seorang perempuan yang diperkenalkannya bernama Asih.

Teman-teman Rony dan Salma mendapat seragam berwarna abu-abu lebih muda untuk yang laki-laki, dan warna lilac untuk teman-teman perempuannya. Sedangkan untuk orang tuanya, mengenakan jas abu-abu yang lebih mengkilap dan kebaya warna abu-abu kebiruan, slate grey.

Rony merapikan pakaiannya dibantu Neyl. Dia mengenakan setelan berwarna shadow grey dengan vest berwarna senada dan kemeja berwarna hitam. Paul membantu Rony mengenakan jasnya yang juga berwarna sama. Lelaki itu berusaha tenang, meski kegugupan tidak bisa ia sembunyikan. Berulang kali dia harus menyapu keringatnya dengan sapu tangan. Sekarang giliran perasaannya yang tak karuan menunggu perempuannya.

Sa... gue udah siap...

Tak lama seorang laki-laki paruh baya mengenakan jas charcoal grey, diarahkan seorang tim WO menuju meja sakral di tengah plasa. Seorang penghulu. Rony menyalami orang tersebut. Lalu bersama Paul dan Ditho menempatkan diri di meja yang sama. Rony berulang kali melihat jam tangannya. Pukul 16.15, Salma belum juga hadir.

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang