71 Bundanya Bumpy

9.4K 592 134
                                    


"Sa..."

Rony menyebut nama perempuannya, dia baru pulang kerja di kantor papahnya sore itu. Dia mendapati perempuannya sedang duduk di meja dapur dengan laptop terbuka di depannya. Tidak mendengar kehadirannya. Perempuannya tidak menyahut, sepertinya headset tertempel di telinganya. Rony langsung memeluk Salma dari belakang, memberi kecupan manis di kepalanya. Salma terkaget langsung menyingkirkan lelakinya. Rony juga kaget. Salma sedang zoom meeting dengan seseorang, Ditho.

"Rooon... malu..."ujar Salma.

Rony tersenyum tengil. Salma melepas headset-nya kemudian suara terdengar langsung dari laptop. Suara tawa renyah Ditho terdengar.

"Hai, Ron?" sapa Ditho.

"Hei..." Rony menyapa balik, sambil melambaikan tangannya.

"Udah dulu, Sal. Besok lagi lah, Bye Ron, Sa," ujar Ditho.

"Ya udah, bye!" ucap Salma. Lalu menutup laptopnya.

Rony masih memeluk Salma dari belakang, kemudian berputar berjongkok di depan Salma, "Bumpy udah makan belum?"

Lalu Rony mendongak menatap wajah perempuan yang sedang memperhatikan tingkahnya.

"Bundanya Bumpy masak apa? Gue laper," tanya Rony dengan wajah memelas.

"Duh Ron, maaf... gue belum masak, keasyikan ngobrol sama Mas Ditho,"

"Oh..." ucap Rony masam.

"Gue lagi bahas teori buat tesis gue, Ron. Gue banyak ga mudengnya, jadi minta tolong Mas Ditho..."

Rony berdiri. Sedikit kesal, sudah beberapa kali ini terjadi. Dia sengaja menahan laparnya supaya bisa makan masakan istrinya. Salma seharian di rumah, biasanya dia akan masak. Tapi kali ini tidak, sama seperti beberapa kali yang sudah terjadi. Rony mendengus.

"Gue pesenin makan ya, Lo mau apa?"

"Bebas deh, gue mandi dulu," ujar Rony berlalu naik ke kamarnya.

Salma merasa ada yang aneh dengan Rony. Mungkin karena lapar. Dia segera memesan makanan. Soto betawi. Sudah kali ke-4 Salma memesan Soto betawi sebulan terakhir dengan kasus yang sama. Rony selalu mengerti. Salma sedang mengejar tesisnya, supaya bisa selesai sebelum due date melahirkan. Pun, Rony selalu bilang supaya jangan sampai Salma kecapekan.

Rony turun setelah bebersih dan mandi, sudah wangi. Soto betawi juga sudah datang. Mereka menyantap bersama, enak seperti biasa. Tapi terlalu sering membuat rasanya sedikit aneh, mungkin persepsinya.

"Gimana di kantor?" tanya Salma.

"Biasa aja, bosen, gue jadi sedikit ketinggalan soal musik,"

"Gue ngerti, nggak nyaman ya?"

Rony nyengir dipaksakan, setelah suapan terakhirnya. Malas membahas hal itu sebenarnya. Tapi dia masih bertahan, apalagi pertimbangan keuangan untuk menyambut kelahiran anaknya, si Bumpy yang sudah menginjak usia 10 minggu.

"Tesis Lo gimana?" tanya Rony, kali ini dia sedang membuat segelas kopi dan segelas susu rasa groovy mocha.

"Kek pendapat Lo dulu, gue akhirnya mengeliminasi jadi 3 band aja, gue batasi lingkupnya jadi isu sosial, termasuk didalamnya isu politik, urban dan lingkungan,"

"Jadi yang mana aja?" ucap Rony menyodorkan susu ke Salma yang baru selesai makan.

"Melbi karena isu sejarah, politik dan sosial yang diangkat, Silampukau dia isu kelas dan urban, sama Navicula bawa isu politik dan lingkungan. Ketiganya juga dari genre yang berbeda: rock, folk, sama grunge,"

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang