27 Teamwork

7.3K 524 126
                                    


 'kaya gini, cowok yang mau jadi laki gue?'

Rony bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Dia menangkap perubahan sikap Salma. Sebelumnya Salma nampak ceria menyambut kehadirannya. Salma pasti sangat marah karena dia bau alkohol, lagi. Kepalanya semakin pusing. Berulang kali dipandangnya wajah perempuannya yang masam.

"Ron, nanti Kamu antar Caca ya," pinta Maya, suaranya nampak hati-hati sekali. Dia tau ada benih percekcokan antara anak lakinya dan calon menantunya. Maya tau kondisi emosi Rony sedang tidak stabil, masih teringat juga perkara tadi pagi.

"Ehm, gue mandi dulu," Rony pamit undur setelah mengambil sepotong roti berisi keju. 

Setelah menunggu beberapa waktu, Rony muncul sudah lebih segar. Tatapan mata Salma masih tidak bersahabat. Rony masih sedikit pusing. Pikirannya juga kalut. Dia hanya memberi kode dengan anggukan untuk mengajak Salma. Sikapnya kaku pada mamahnya. Salma lalu berpamitan, mengekor lelakinya.

Salma masih cukup tenang, menahan amarahnya supaya tidak meledak-ledak. Sebenarnya dia sudah ingin marah dan pergi. Tapi mengingat kesepakatan mereka, Salma berusaha menahan emosinya. Ngobrol, itu yang harus mereka lakukan sekarang.

Salma masuk ke mobil setelah Rony duduk di belakang kemudinya. Dari tadi Rony dan Salma saling diam. Baru saat mereka sudah jalan beberapa saat obrolan pun dimulai.

"Lo nggak bilang jalan sama Mamah?" Rony langsung mengintrogasi.

"Lo nggak ada kabar dari siang, chat gue terakhir ga dibalas. Gue pikir Lo sibuk, ternyata..."

Rony tau perempuannya benar-benar kesal padanya. Tapi perempuannya belum tau kekalutannya.

"Apa sih, Sa?" Rony berusaha mengelak.

"Gue nggak suka Lo minum." ujar Salma langsung.

"Dikit, Sa. Nemenin anak-anak doang. Ini gue masih sadar,"

"Sedikit banyak, sama aja. Gue trauma. Gue takut. Gue nggak suka!" ucapnya.

Rony memahami persoalan itu, "Aman, Sa. Serius,"

"Mau aman, mau enggak gue tetep nggak suka," Salma tidak menerima alasan Rony.

"Ini tadi cuma ngabisin sisa minuman lama, punya Powl yang dulu beli di Jogja,"

"Jadi dulu di Jogja Lo mabok juga?" Salma memicingkan matanya tak percaya. Baru mengetahui sebuah fakta. Rony masih suka melarikan diri ke minuman rupanya.

Rony merasa salah ucap. Dia baru ingat kalau perempuannya tidak mengetahui hal tersebut. Rony tidak menjawab pertanyaan Salma.  Rony hanya menggerakkan mulutnya tanpa suara. Diam saja, takut salah ngomong lagi.

"Tadi gue ngerasa tenang setelah ngobrol sama nyokap Lo. Sekarang gue tiba-tiba ragu mau menikah," ungkap salma pelan.

"Sa, ngomongnya yang bener dong. Jangan main-main lah," sergah Rony, Salma suka sekali ceplas ceplos, bikin perasaannya campur aduk.

"Gue nggak suka liat Lo kayak gini, Lo bisa nggak ada kabar, terus tau-tau bau alkohol gini,"

"Sa... Lo nggak ngerti," Rony masih menyangkal.

"Apa yang gue nggak ngerti sih, Ron? Kecewa gue, Ron! Banyak hal buruk terjadi gara-gara Lo minum, kok ga kapok. Gimana keluarga kita nantinya, Ron?"

"Sa..." Rony tak bisa menyangkal lagi.

"Kalau tadi gue nggak ke rumah Lo, gue juga ga bakalan tau, Lo sembunyi-sembunyi dari gue Ron?"

Rony diam mendengarkan.

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang