Lewat tengah siang Rony dan Salma sedang dalam perjalanan pulang dari Bandara Soekarno Hatta, mengantar orang tua Salma yang mau pulang ke Jogja.
3 hari yang lalu ada acara 7 bulanan, mitoni dari kata pitu yang artinya tujuh. Iya, Bumpy sudah 7 bulan. Hasil USG terakhir Bumpy diperkirakan beratnya sudah mencapai 1 Kg. Waktu di-USG, Bumpy menunjukkan tapak kakinya, menunjukkan jari-jarinya yang lengkap. Dan dia sedang mengulum jempolnya, lucu!
Tapi sayangnya Bumpy belum juga mau menunjukkan jenis kelaminnya. Malu mungkin. Padahal ayahnya sudah penasaran.
Acara 7 bulanan di rumah bujang berupa doa bersama, sama seperti saat ngupati. Rony dan Salma tidak mengikuti prosesi tradisi yang panjang. Seperti siraman, pecah telur, brojolan, dan lain sebagainya. Tapi mereka tetap membuat rujak. Salah satu makanan yang biasanya ada saat mitoni. Konon rasa rujak itu bisa menebak bagaimana jenis kelamin jabang bayi. Kalau rasanya pas, maka bayinya perempuan, tapi kalau ada salah satu rasa yang dominan, seperti kemanisan, keasinan atau kepedesan, maka bayinya laki-laki.
Bagaimana dengan rujak di rumah Bujang? Sepertinya lagi-lagi Bumpy belum mau memberi tahu. Salma yang meracik bumbunya sendiri bilang sudah pas, di setujui oleh Nabila dan Maya. Tapi Novia bilang kurang pedas, Syarla kepedasan sama seperti Santi. Neyl bilang juga kepedasan. David dan Anang sepakat bilang terlalu manis. Sama seperti Rony dan Paul bilang, terlalu manis. Ah, bingung tebakan siapa yang akan benar. Mungkin bumbunya tidak merata.
Memasuki usia 7 bulan, tanda berakhirnya trimester kedua. Dari kemarin Santi melarang Rony dan Salma membeli perlengkapan bayi, pamali katanya, batasnya ya usia 7 bulan ini. Mungkin karena usia 7 bulan bayi sudah memungkinkan untuk lahir dengan selamat, meskipun disebut prematur.
Sekarang mereka sudah boleh membeli perlengkapan bayi. Tapi tetap Maya melarangnya, biar dia saja yang beli katanya. Pun jangan beli banyak-banyak, selain nanti pasti banyak yang memberi, kaitannya dengan pakaian bayi akan cepat sekali tidak terpakai. Pertumbuhan bayi sangat cepat.
Rony dan Salma menurut saja. Bukan karena percaya mitos atau apa. Salma merasa malas saja, kalau sudah diurus Maya, ya sudah. Tidak biasanya dia begitu. Mungkin karena dia juga sibuk, mengejar menyelesaikan tesisnya. Usulan Maya itu membantunya. Mengenai tesis, ah, sama malasnya untuk membahas itu.
"Ron, mie aceh!" ujar Salma disebuah pertigaan jalan.
"Eh?"
"Itu ada mie aceh, mau...." rajuk Salma.
"Gue tau tempat mie aceh yang enak," tawar Rony karena kedai barusan sudah terlewat.
"Enggak, gue maunya disitu," tolak Salma.
Di sebuah pojok pertigaan di Jalan Tanah Abang Salma melihat kedai penjual kuliner Aceh. Rony sampai harus putar balik karena tempat itu kelewatan. Jadi suami siaga itu sabarnya harus berlapis ganda. Rony menurut. Ia memarkir mobil di pinggir jalan. Hal yang paling bikin Rony malas kalau tempat makan tidak ada parkirannya. Mereka turun dari mobil dan masuk ke kedai kecil itu.
Salma memesan mie Aceh goreng. Rony memesan sup daging. Mereka juga memesan martabak Aceh dengan pelengkap acar bawang dan cabai. Salma memesan Es timun serut, Rony tidak memesan. Dia minum air putih di tumblernya saja katanya.
Es timun serut datang lebih dulu.
Salma meminumnya, segar. Perasan jeruk nipis mengimbangi manisnya syrup melon.
"Mau?" tawar Salma ke lelakinya yang hanya memperhatikannya.
Rony tidak menimpali tapi langsung menarik gelas es tersebut. Meminumnya banyak-banyak.
"Eh, kok dihabisin!" sergah Salma, menarik balik gelas esnya.
"Sa, jangan banyak-banyak es sama gula, ga baik. Sini buat gue aja," ujar Rony.
![](https://img.wattpad.com/cover/352460083-288-k793784.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengarkan [end]
FanficCerita sekuel dari 'Katakan: karena sebuah cerita berawal dari sebuah kata Meraih cinta itu mudah, tidak semudah itu memang. Mungkin tampak lebih mudah karena memiliki pembanding, mempertahankannya. Rony dan Salma sudah bertemu cinta. Keduanya salin...