32 Laksitatama

7.8K 564 181
                                    

08.35 malam.

Rumah Salma yang tadinya sunyi tiba-tiba sedikit bersuara. Ada suara langkah orang bolak-balik. Ada suara orang yang berbicara dengan nada yang lebih keras meski tidak jelas. Ada suara benda yang digeser, ada juga suara mobil. Ya, suara mobil yang kemudian mati di depan rumah Salma. Mengubah yang semula sunyi menjadi riuh. Salma hanya bisa mengamati dari pendengarannya saja. Benar-benar hanya mengandalkan telinganya. Dengarkan, baik-baik.

Salma bangun dari pangkuan neneknya. Mengusap air matanya. Galuh membantu memberikan tisu untuk menghapus air mata Salma. Mungkin sudah tisu ke-7 yang Galuh berikan sedari tadi. Salma masih ragu dengan perasaannya. Apakah keluarga Rony yang hadir? Atau hanya kabar-nya saja yang hadir?

Doa orang-orang setelah lamaran agar lancar sampai hari-H begitu terasa berarti bagi Salma.

Hati Salma benar-benar berantakan. Menunggu sedari maghrib membuat perasaannya tak menentu. Bahkan kehadiran suara mobil saja disangkalnya. Tidak mau terlalu girang dulu. Usaha mengelola emosinya kacau balau. Campur aduk. Salma masih terus menunduk memanjatkan doa-doa.

Ron, gue masih menunggu...

Anang dan Santi sudah menunggu di depan pintu rumahnya saat 3 mobil rombongan datang ke rumah itu. David dan Maya adalah orang pertama yang mereka dapati. Namun Anang masih mencari-cari sosok yang sedari tadi ditunggunya. Sepertinya ia memiliki kegelisahan yang sama dengan anaknya, khawatir kalau kabarnya saja yang datang. Beberapa orang pemuda nampak turun dari mobil, tapi bukan yang diharapkannya.

Saat dari mobil terakhir, sosok yang dinantinya menampakkan diri, barulah Anang tersenyum lebar menyambutnya, pun Santi tak kalah terharunya. Mereka menyalami satu persatu tamu dari rombongan itu. Ketika giliran Rony, Anang memeluknya erat. Mensyukuri betul kehadirannya. Rony merasakan sambutan kedatangan yang begitu dinanti. Rasa bersalah memenuhi hatinya.

Rony tidak bermaksud menyepelekan acara malam ini. Sungguhpun dia sudah ingin sekali datang. Dua acara yang tidak bisa disepadankan mana yang lebih penting. Roni memilih untuk tidak memilih salah satu, ada kemungkinan ia bisa pilih keduanya. Dia mengambil kemungkinan itu. Buatnya, the possibility of both possibilities  can possibly happen is posible.

Pun, dia melakukannya demi perempuannya juga, masa depan mereka berdua juga. Meskipun keputusannya sudah membuat banyak orang khawatir dan deg-degan. Soal itu dia mengakui kesalahannya.

Rony kemudian duduk di deretan keluarganya. Dia sedikit tegang. Dilihatnya Tante Ima lewat, memberinya senyum manis. Rony pun membalas senyum itu.

Pintu kamar Salma dibuka, Tante Ima. Tantenya Salma itu masuk dengan pelan, memandang keponakannya yang matanya sembab. Ditutupnya lagi pintu kamar itu, juga pelan-pelan. Tante Ima memahami kegelisahan Salma. Juga tangisnya. Tante Ima mendekatkan diri ke Salma. Diraihnya dua tangan Salma pelan. Salma sampai berdiri sangat penasaran dengan informasi yang dibawa oleh Tante Ima.

"Ca... Rony sudah datang," ucapnya pelan dengan mata berbinar.

Salma langsung memeluk tantenya itu. Tangisnya pecah lagi meski tanpa suara, tangis penuh syukur. Akhirnya kegelisahan Salma bertemu tenang. Rasanya seluruh sendi kakinya lemas. Sampai dia terduduk lagi. Masih digenggamnya tangan Tante Ima sebagai tumpuan tubuhnya supaya tidak merosot. Dalam hatinya, dia bersungguh-sungguh berjanji tidak akan ceplas-ceplos lagi, dia berjanji tidak akan membuat ide-ide konyol lagi. Hatinya sudah morat marit karena ide konyolnya itu.

Acara inti midodareni berada di ruang tengah rumah Salma yang luas. Ruangan itu sudah diatur sedemikian rupa, dihias bunga-bunga dalam vas-vas besar. Saat ini ruang itu berisi deretan kursi di sisi kanan dan kiri. Seperti membedakan dua keluarga, keluarga Salma di sisi kanan, keluarga Rony di sisi kiri. Sedangkan teras belakang menjadi tempat untuk menyajikan makanan.

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang