10 Anyer

8.7K 499 63
                                    

Rony dan Salma sedang duduk di lantai teras depan Rumah Bujang. Mereka baru selesai makan siang, dan sedang menunggu teman-teman lainnya. Rencana outing studio Rony disetujui ke Anyer, seperti usul Salma. Rencana itu akan direalisasikan hari ini. Sebelum berangkat, Rony mengajak Salma makan siang bersama dulu. Tadi mereka makan Soto Betawi langganan mereka. Sekarang mereka tinggal menunggu giliran jemputan. Mereka menyewa sebuah minibus. Paul yang bertugas sebagai seksi transportasi sekaligus pengemudi.

Salma memandangi pohon mangga di halaman Rumah Bujang. Lalu berdecak.

"Masih kecewa, Sa?" tanya Rony.

Salma mengangguk.

Sudah lebih dari 4 minggu sekembalinya Salma dari Jogja, perempuan itu merasa kecewa. Alasannya karena pohon mangga di depan Rumah Bujang dipangkas habis. Maya, mamahnya Rony yang memberi instruksi. Hal itu dilakukan saat Salma masih di Jogja. Pun Rony tidak memberitahunya. Tau-tau sekembalinya dari Jogja pohon itu sudah gundul. Untung tidak ditebang. Sekarang sudah nampak bersemi, namun Salma masih kecewa.

"Padahal bentar lagi musim mangga, kemarin di kebun kolam di Jogja udah pada berbunga,"

"Ya nanti kan tumbuh lagi," ujar Rony.

"Gue udah bayangin bikin lotisan panenan sendiri, huft. Ekspektasi gue ketinggian,"

"Ya nanti kan bisa beli dulu," Rony berusaha menenangkan.

"Beda, Ron. Tapi ya udah lah, gue kan emang ga berhak sama rumah ini,"

"Kok gitu?" Rony menatap Salma dengan aneh.

"Ya kan rumah ini punya Lo, gue nggak berhak apa-apa, suka-suka Lo sama keluarga Lo lah," Salma menjelaskan maksudnya.

"Ya kan maksud mamah baik, biar nggak banyak sampahnya,"

"Gue mau kok nyapuin," kilah Salma, masih kecewa.

Rony terdiam, tidak tahu mesti gimana lagi. Hal ini sudah dibahas berulang kali. Rony bingung, perempuannya masih kecewa, tapi dia juga tidak bisa menyalahkan mamahnya. Maksud mamahnya baik.

"Eh, udah ga usah dipikirin, guenya aja yang ngarep. Bukan hak gue, hehehe," Salma mencoba tertawa.

Rony tau kecewa perempuannya tidak hanya sekedarnya. Mungkin ada persoalan lain. Soalan Maya? Rony belum mau memikirkannya lebih jauh. Hari ini saatnya bersenang-senang saja.

Sebuah minibus berwarna hitam berhenti di depan gerbang. Kaca jendela pintu depan mobil dibuka lalu nampak Paul menyapa keduanya. Salma lalu mengunci pintu rumah dan gerbang. Salma dan Rony masuk ke dalam minibus tersebut setelah meletakkan backpack yang mereka bawa di bagasi.

"Hai semuanyaaa...." sapa Salma ceria, yang disambut riuh teman-temannya.

"Paul mirip bagogo, ayok kita Let's Goooo," teriak perempuan itu mengawali perjalanan.

Rony dan Salma duduk di dua kursi yang tersisa, dekat dengan pintu masuk. Salma duduk di tepi jendela. Di depan ada Paul, Nabila menemani di sebelahnya. Di lajur belakang Salma dan Rony ada duo Anggis dan Syarla. Lalu setelahnya ada Neyl dan Novia yang nampak sudah akur kembali. Lajur terakhir berisi trimasketir Diman, Danil dan Rahman.

"Berapa lama si ke Anyer?" tanya Salma.

"Paling 2-3 jam, kalau lewat Tol," jawab Rony.

Perjalanan bersama-sama ini tidak memungkinkan untuk mampir-mampir seperti yang dilakukan Salma dan Rony waktu melakukan road trip dulu. Destinasinya sudah pasti. Sudah disetujui ke Anyer pun sudah sesuatu buat Salma. Meski ada banyak pilihan lain seperti ke pantai Carita, ke Puncak atau ke Kepulauan Seribu. Meskipun harapan Salma dia bisa mampir di beberapa tempat di Banten, seperti ke museum atau ke bekas Kraton Kaibon yang dilihatnya ada di aplikasi peta.

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang