53 Bukan Superman

7.6K 501 312
                                    

"Ron, Lo udah pengen banget punya anak ya?" tanya Salma.

"Eh?"

"Semalam gue liat Lo seneng banget ketemu anak kecil,"

"Ehm... gue santai, Sa. Dikasih nggak papa, kalau Lo belum mau juga ga masalah," ujar Rony melihat kekhawatiran pada perempuannya. Dipeluknya perempuan itu dari belakang. Salma terdiam kemudian.

"Lo kepikiran? Kenapa sih?"

"Ya karena semalam itu. Gue juga liat video klip yang bapak-anak, lagu 'Ya, Kamu'. Kok gue berasa egois banget ya. Jangan-jangan Lo sebenarnya ngarep banget, gue jadi kepikiran,"

"Gue santai, beneran, Sa. Ga usah dipikirin, enjoy liburan kita aja. Fokus tesis Lo,"

"Lo bisa aja ngomong gitu karena mikirin perasaan gue doang, jangan gitu lah,"

"Iya, gue mikirin perasaan Lo, gue sayang sama Lo, pengen kasih semua yang Lo mau," jawab Rony.

"Tuh, kan. Jadi Lo sebenarnya pengen punya anak?"

"Ya pengen, tapi ya nggak harus sekarang juga, gue beneran santai. Nggak terbebani atau terpaksa,"

"Ron, gue juga sayang sama Lo, pengen nurutin semua pengen Lo. Tapi untuk itu gue belum siap, terus gimana donk?"

"Iya, gue tau Lo sayang sama gue. Ya nggak harus gimana-gimana, santai Sa,"

"Gue takut jadi beban buat Lo,"

"Enggak... beneran," ucap Rony meyakinkan.

"Maksih ya, Ron. Sayang Kamu, Ron..." ungkap Salma tulus. Dia memegang lengan Rony yang mendekapnya. Rony meletakkan dagunya di bahu Salma yang bersandar padanya.

"Sayang Kamu juga, Sa..." timpal Rony mengecup bahu perempuannya.

Keduanya menikmati momen damai berdua itu beberapa saat.

"Eh, udah ah, gue duluan, udah keriput nih," ucap Salma beranjak dari peluk lelakinya. Keluar dari bathtub menyambar handuk kimono hendak masuk ke kamar. Iya, acara mencoba bathtub baru terlaksana pagi itu setelah mereka sarapan. Semalam Salma keburu tepar. Pemulihan setelah perjalanan panjang Jawa-Bali ternyata butuh waktu lebih lama.

"Eh, nanti mau nggak ke festival yang kemarin gue bilang?" tanya Rony yang masih berendam. Ia baru ingat belum membahasnya.

"Ehm, gue kan kemarin bilang mau nonton Dialog Dini Hari, Ron. Tapi kalau Lo mau nonton festival itu gapapa, Lo pergi aja. Gue gapapa jalan sendiri," ungkap Salma santai sambil berlalu lalu hilang di balik pintu.

Rony meraup mukanya. Hatinya kesal. Terbakar. Dia benar-benar kesal. Dan tentu saja marah. Rony tidak habis pikir dengan cara Salma yang lebih memilih menghadiri intimate show Dialog Dini Hari. Hal yang disarankan temannya, bukan festival yang disarankan olehnya.

Baru saja perempuan itu mengatakan ingin menuruti maunya. Tapi kenapa sekarang malah justru menolak ajakannya. Apa karena dia begitu santai dengan persoalan anak? Jadi perempuannya ngelunjak dan menganggap gampang pilihannya datang ke acara pilihan temannya? Apa karena dia bilang mau menuruti semua ingin Salma? Apa dia kurang tegas sebagai suami?

Rony beranjak, menghabiskan air di bathtub, menyusul perempuannya ke kamar. Salma sudah rapi dan sedang duduk di depan meja dengan laptop terbuka. Dia mengambil pakaian yang masih di tas lalu masuk ke kamar mandi lagi untuk berganti. Ah, teman laki-laki Salma itu benar-benar hampir sempurna, hal yang wajar kalau perempuannya begitu tergila-gila padanya. Pikir Rony frustrasi.

"Lo mau berangkat jam berapa, Ron?" tanya Salma saat Rony kembali ke kamar. Seperti tidak merasa bersalah sama sekali.

Rony diam. Dia semakin kesal dengan sikap perempuannya.

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang