35 Pillow Talk

10.5K 653 111
                                    

"Angh?"

Salma jadi kikuk, menduga apa yang dipikirkan Rony. Ada perasaan bersalah. Apa ia harus minta maaf? Tapi itu kan bukan salahnya. Salma melihat kekecewaan di wajah Rony. Suasana menjadi canggung. Perempuan itu menunduk.

Salma lalu mengalihkan kecanggungan dengan menyimpan kado itu di lemarinya. Lalu membereskan kertas bungkus kado berwarna emas tadi. Mengumpulkannya. Perempuan itu keluar dari kamarnya dalam diam, membuang sampah itu. Membuat ruang jeda pada perasaannya, mungkin juga perasaan Rony.

Gara-gara datang bulan, bulan yang ada pada perempuan itu mengemban makna yang dialektik, blessing and curse at the same time. Bless (berkat) dalam Bahasa Inggris berasal dari kata blood. Mungkin pada masa lampau hal itu berkaitan dengan darah untuk persembahan, untuk mendapatkan berkat. Untuk mendapat darah itu harus ada kematian.

Begitu pula darah yang hadir setiap bulan, itu tanda bahwa perempuan itu diberkati untuk memberikan kehidupan, giving birth(melahirkan). Tapi disaat yang sama hal itu juga menjadi kutukan, proses itu memiliki resiko yang sama besar dengan memberi kehidupan, mencabut kehidupan.

Malam itu datang bulan mencabut sedikit kebahagiaan diantara Rony dan Salma.

Rony merasa bersalah atas responnya atas kedongkolannya, melihat Salma yang terdiam ia tahu Salma sedikit kesal. Pernikahan bukan soalan 'itu' saja. Ada kekecewaan di hati Rony karena ini malam pertama, hari pertama harus spesial, itu inginnya. Tapi sepertinya keberuntungan tidak berpihak padanya.

Sebenarnya spesial pun tidak harus soalan 'itu'. Dia merevisi kehendaknya. Itu tidak seberapa penting, lebih penting hubungannya dengan perempuannya. Ah, masa malam pertama mereka harus dilewati dengan kecanggungan begini.

Salma masuk kamar lagi, masih diam. Wajahnya kuyu, mungkin kelelahan setelah acara pernikahan mereka. Ditambah sedang datang bulan. Perempuan itu pasti berusaha sekuat tenaga mengelola emosinya. Rony semakin merasa bersalah.

"Ini siapa aja, Sa?" tanya Rony mencairkan suasana.

Ia sedang berdiri di dekat meja, menunjuk foto-foto di teralis. Bertanya mengenai orang-orang yang ada disana.

Salma menangkap pertanyaan Rony tidak penting, lelakinya hanya ingin memperbaiki keadaan.

"Temen-temen gue, dari SMP, SMK, Kuliah," jawab Salma datar.

"Gada foto gue dikamar ini, ga spesial?" ucap Rony, sedikit bercanda sebenarnya.

"Yang penting spesial di hati," ujar Salma ambigu, karena wajahnya datar.

Rony menahan saltingnya, ini Salma masih kesel apa udah baikan ya?

"Ini Nathan? Culun banget," Rony mencoba mencairkan suasana lagi.

"iya... Tapi gitu-gitu banyak yang suka," ujar Salma mencoba biasa saja.

"Lo juga suka?"

"Apa sih Ron... ga mutu bercandanya, kami bestie..." jawab Salma sambil duduk di kursi. Wajahnya masih menyimpan kegelisahan.

"Sa..." panggil Rony meraih tangan Salma. Ia duduk di tepi ranjang dekat kursi dimana Salma duduk.

"Hm...?" Salma masih mengelola emosinya. Kekesalannya.

"Jangan manyun gitu dong... masa abis ga ketemu seminggu, sekalinya ketemu gini," ungkap Rony pelan.

"Kesel gue, otak lu disapu dulu sana!" keluar juga cacian itu.

"Ya wajar dong, manusiawi," kilahnya. Rony melanjutkan, "Maaf, Sa... ga seru malam pertama dicemberutin kek gini...gue lagi ulang tahun nih!" Rony merajuk.

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang