15 Buitenzorg: Sweet Escape

8.6K 531 116
                                    

Pagi-pagi Rony sudah datang ke kost Salma. Semalaman dia tak karuan, perempuannya sedang ngambek sepertinya. Rony belum tahu pasti penyebabnya. Rony menduga karena tiba-tiba harus meninggalkannya kemarin di perpustakaan. Dia hanya menunggu pagi dan sebisa mungkin menyegerakan ngobrol, sebelum perempuannya berangkat ke kampus.

Dia membawakan sarapan bubur ayam, lima porsi. Dua untuknya dan Salma, satu untuk Syarla, satu untuk Novia, satunya lagi untuk pak satpam. Perhatian sekali, pasti ada maunya. Rony memarkirkan motornya sesampainya di kost itu.

Saat itu, nampak Novia yang sedang menuruni tangga, membawa tas belanja yang besar. Kain-kain yang dibeli semalam. Tadi malam, ia dan Salma memberi label nama temannya pada setiap bungkusan kain. Perempuan itu nampak kesusahan saat akan membuka bagasi mobil. Rony membantunya.

"Pagi amat, Ron? Gelisah kan Kau?" goda Novia dengan senyum tengilnya.

"Anjir, Nov."

"Kau kemarin ketemu Bu Citra kan?" ucap Novia memberi penekanan pada kata 'Bu'. Semacam kode.

"Oh, jadi itu masalahnya. I see," Rony mendapat jawaban kekalutannya semalam. Bukan cuma Ditho, atau mamahnya. Tapi lebih ke Citra.

"Lo mau kemana?"

"Aku banyak urusan! Eh, kain Kau ada sama Salma ya,"

"Iye, yang mau kawin!" goda Rony sekarang.

"Lo buruan halalin cewek Kau itu, udah ngarep dia,"

"Eh?" Rony kikuk mendengarnya, mengusap rambut belakangnya. Apa benar?

Novia hanya tersenyum tengil, meninggalkan Rony yang malah kelupaan perihal seporsi bubur untuk Novia. Akhirnya dia memberikan 2 porsi untuk satpam kost itu. Terserah mau dihabiskan sendiri atau mau dibagikan.

Rony langsung naik ke lantai 2, menuju kamar Salma. Mengetuk pintunya.

"Apa sih Nov, ada yang ketinggalan?" tanya Salma sambil membuka pintu.

"Ini gue, Sa," ucap Rony pelan.

Salma terkaget. Pagi sekali, dia tidak peduli wajahnya masih berantakan. Ah, Rony sudah sering melihatnya begitu. Apa adanya saja.

Rony menyerahkan bungkusan bubur ayam, dan memberi tahu satu untuk Syarla. Salma langsung mengantar bubur itu untuk Syarla. Sementara Rony masuk ke kamar Salma, langsung merebahkan diri di ranjang. Sebenarnya dia masih mengantuk, semalam tidurnya tidak nyenyak, kebanyakan pikiran.

"Pagi amat," komentar Salma, sembari menyiapkan bubur ayam yang dibawa Rony.

"Udah kangen,"

"Gembel!"

"Lo nggak ada kabar,"

"Sibuk! Gimana mobilnya?" masih dengan nada ketus.

"Ada sensor yang rusak, ga mau nyala sama sekali. Udah dibawa ke bengkel,"

"Oh..." ucap Salma sambil membuat teh hangat.

"Lo belum mandi?"

"Belum lah, baru bangun gue,"

"Jutek amat si, Sa,"

Salma hanya menanggapinya dengan diam. Perempuan itu menyerahkan semangkuk bubur ayam ke Rony. Dua gelas teh hangat diletakkannya di meja dekat sofa sebelah tempat tidur. Salma duduk di sofa hendak makan buburnya. Rony menempatkan diri duduk di karpet, di bawah sofa itu. Bubur ayam pun habis dengan segera. Salma meminta mangkuk Rony dan langsung mencucinya di pantry. Rony menyesap teh hangat yang dibuatkan Salma.

"Lo kuliah jam berapa? Gue antar ya," tawar Rony.

"Harusnya si jam 9.00,"

"Kok harusnya, kosong?"

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang