74 Tulang Sulbi

10.1K 672 268
                                    

"Sa, ini mumpung lewat sini, Lo mau beli fu yung hai nggak?" tawar Rony.

Mereka baru saja dari stasiun Gambir menjemput Anang dan Santi, melewati Gondangdia, dimana ada chinese food langganan mereka. Iya, Rony mengingat Salma yang pengen fu yung hai di pagi buta. Rony sempat membatin, kalau itu akal-akalan Salma, dendam karena dia bayarin Tari dan Lisa. Tapi setelah Salma memesan 2 porsi fu yung hai dan menghabiskannya sendiri, Rony baru sadar anehnya ngidam.

"Kamu ngidam fu yung hai, Ca?" tanya Santi di seat belakang.

"Iya, Mah. Gatau juga, tapi rasanya tu pengen banget, kek yang kecium baunya gitu," jawab Salma.

"Ron, pokoknya kalau Caca pengen apa, turutin ya Nak ya, biar nggak ngiler anaknya," pesan Santi, mempercayai sebuah mitos.

"Ya, tapi itu dia minta jam 03.00 pagi, Mah. Belum ada yang buka," curhat Rony.

Rony baru bisa memenuhi permintaan istrinya jam 10.00, saat ada warung Chinese food yang buka. Salma nggak marah-marah saat menginginkannya. Hanya uring-uringan terus bawaannya.

"Kamu nggak mual-mual, Ca," tanya Santi yang duduk di sebelah Salma di seat belakang.

"Enggak tuh, Mah,"

"Hamil kebo dia, sama kek pas hamil Salma. Apa aja masuk, nggak ada yang bikin mual," cerita Anang.

"Iya, Ca. Padahal mamah pas hamil Kamu nggak aneh-aneh lho..." ungkap Santi. Lanjutnya, "Jadi inget, yang agak aneh itu malah Mbak Maya ya, Pah. Pas hamil Kamu Ron, bisa seminggu sekali ke Rumah Eyang, minta mangga muda,"

Rony kena, jadi yang punya turunan ngidam aneh Rony.

"Mangga muda..." Salma mengulang makanan yang disebut Santi.

Rony sudah cemas kalau Salma mulai menyebut nama makanan.

"Tenang, mamah bawain dari rumah eyang... nanti bikin lutisan yah..." ujar Santi. Rony bernafas lega.

"Kalau masih makanan umum mah gampang, Ron. Kalau di Tuban, itu ibu hamil malah ada yang nyariin lempung, tanah liat, buat dimakan,"ungkap Anang. Menceritakan kebiasaan di tanah kelahirannya.

"Eh?" Rony mulai was was. Jangan sampai menjadi inspirasi buat Salma.

"Iya, disebutnya Ampo, diserut kek coklat batangan gitu, terus disangrai gitu," Anang melanjutkan ceritanya.

"Petrichor...." Salma bergumam.

"Apa itu Ca?" tanya Santi.

"Itu bau tanah kalau habis hujan pertama mah, baunya enak banget," cerita Salma menerangkan istilah itu.

"Oh..." respon Santi.

"Ron..." panggil Salma. Panggilan yang mencurigakan.

"Kenapa, Sa? Eh ini gimana mau fu yung hai nggak?" ujar Rony mengalihkan obrolan.

"Enggak, Ron. Ehm.... Ron..." ucap Salma manja.

"Kenapa, Sa?" ucap Rony pelan. Anang sama Santi memandang putrinya.

"Ron, pengen... ini baunya, baunya enak banget, ini... ah..."

"Eh?" Rony masih memastikan.

"Mau Ampo, Ron... ini pengen banget... kek di mulut rasanya... Rooon!"

Anang melirik Rony, merasa bersalah.

"Bundanya Bumpy, sabar ya... di Jakarta nyari dimana coba," Rony memakai frasa penyelamat.

Tapi salah, frasa itu malah dipakai Salma untuk mengembalikan keadaan, "Ayahnya Bumpy, please... demi Bumpy,"

"Ca... tau gitu mamah bawa dari Jogja, di Bringharjo ada. Itu lho pah, biasanya buat masak daun pepaya biar nggak pahit," ujar Santi, menyesal juga.

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang