Malam kian larut, para tuan rumah hajat pernikahan akhirnya pulang. Malam itu Rony pulang ke rumah Salma. Orangtuanya turut serta, mengantar katanya. Rony semobil dengan perempuannya. Mertuanya di mobil yang sama dengan orangtuanya. Rony membantu Salma turun dari mobil karena gaunnya yang cukup panjang. Salma mendahuluinya, karena urusan 'bongkar kostum' pernikahannya lebih ribet. Perempuan itu membawa kotak maskawin dan setangkai bunga di tangannya. Seorang MUA dan seorang asistennya yang tadi mengurus Salma mengikuti di belakangnya. Mereka mau membantu Salma.
Rony dibantu David menurunkan koper pakaiannya di bagasi mobil yang digunakan orangtuanya. Perasaan Rony terasa aneh. Seperti saat hari pertama ia menginjakkan kaki di rumah itu. Hari ini dia diantar orang tuanya, untuk tinggal di rumah itu. Meski hanya sementara, pun meski sudah berkali-kali dia tinggal disana. Tapi malam itu tetap terasa aneh. Dia seperti 'dilepaskan' orang tuanya. Rasanya berat.
Rony dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya duduk di ruang keluarga yang sudah ditata kembali setelah acara midodareni. Mbak Asri nampak tergopoh membawakan wedang uwuh yang diseduh di teko transparan memperlihatkan seduhannya. Minuman itu berwarna kemerahan. Di nampan yang sama, ada satu toples kecil gula batu dan 5 cangkir kosong yang ditelungkupkan, membiarkan yang akan minum untuk mengambil sendiri.
Wedang uwuh, artinya minuman (hangat) sampah. Isinya macam-macam herbal, mulai dari jahe, daun/batang kayu manis, daun pala, batang/daun cengkih, kapulaga dan serutan kayu secang. Tampak seperti sampah yang diseduh. Kayu secang yang memberikan warna merah pada minuman itu. Di tiap tempat punya resepnya sendiri-sendiri, ada yang ditambah ada yang dikurangi. Santi menjadi penuang minuman saat itu. Dia memberikan pada masing-masing orang cangkir itu.
"Ron, minum dulu," ujar Santi membuka obrolan.
Rony yang sempat sibuk dengan hp-nya menengadah, memasukkan hp ke sakunya, menerima cangkirnya,"Iya, Tante,"
"Mulai hari ini manggilnya ga tante lagi dong," ujar mamahnya Salma, masih dalam balutan kebaya.
"Eh, iya. Mah,"
"Aku sedang teringat pertama kali Rony kesini," ujar Anang dengan senyum yang ambigu, yang lain pun ikut tersenyum.
"Iya, Mas. Akhirnya kita besanan juga ya," ujar Maya setelah menyesap wedang uwuhnya.
"Ron, mulai sekarang ini juga rumahmu, gitu kan, Nang?" ujar David.
"Iya, Kamu udah bisa menyebut pulang kalau ke Jogja," ujar Anang. Rupanya Papah Salma mengingat ungkapan Rony mengenai ingin menyebut pulang ketika ke Jogja. Rony tersenyum, lalu minum wedang di cangkirnya.
"Eh, Ron. Kalian sudah ada rencana honey moon?" tanya Maya.
"Iya, gimana kalian mau kemana?" Santi menimpali.
"Ehm... Kami baru ketemu, belum ngobrol lagi. Nanti Rony tanya Caca dulu ya," ujar Rony.
"Cepetan, Ron. Udah nggak sabar nimang cucu mamah ni," Maya merajuk.
"Ehm..." Rony kebingungan menjawab. Dia punya kesepakatan dengan Salma mengenai hal ini, tapi belum disampaikan ke orang tua mereka.
"Iya, Ron. Aku udah tua," ujar Anang.
Rony cuma bisa nyengir kuda.
Keempat orang tua nampak kelelahan. Memang sudah tua, tapi mereka masih ngobrol mengenai orang-orang yang hadir di pernikahan Rony dan Salma. Rony masih bergabung bersama mereka, menemani orang tuanya yang besok sudah harus kembali ke Jakarta. Sambil menunggu Salma selesai dengan urusannya.
Kemudian MUA yang tadi menemani Salma turun dari lantai 2, dari kamar Salma. Berpamitan pada Santi dan Anang untuk pulang. Perempuan itu bilang, Salma sedang mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengarkan [end]
FanfictionCerita sekuel dari 'Katakan: karena sebuah cerita berawal dari sebuah kata Meraih cinta itu mudah, tidak semudah itu memang. Mungkin tampak lebih mudah karena memiliki pembanding, mempertahankannya. Rony dan Salma sudah bertemu cinta. Keduanya salin...