13 Melipat Jarak dan Waktu

7.4K 511 63
                                    

SS : Ron, Lo dimana?

SS : Ron, gue mau bilang, nanti gue nginap tempat Syarla ya.

Rony segera kembali ke kawanannya. Pesan lanjutan dari Salma menghapus senyum tipisnya. Sepertinya sikapnya sudah salah, mendiamkan Salma malah membuat perempuan yang sedang tidak stabil hormonnya bisa meledak.

Mereka sudah mulai dengan acara barbeque. Seorang pramusaji yang menyiapkan makanannya. Mereka tinggal mengambil dan memakannya. Saat Rony kembali, dilihatnya Salma sedang ngobrol dengan Novia. Duduk di bean bag bersebelahan. Sepiring makanan ada di meja kecil depannya, namun nampak masih utuh.

Rony mendekat pada perempuannya, Salma memandangnya dalam diam. Ekspresinya datar.  Salma menghentikan obrolannya dengan Novia. Novia seperti tau diri lalu berpindah, mengambil makanan lalu duduk di sebelah Neyl. Rony lalu duduk di sebelah perempuannya itu.

Dalam diam Rony menyandarkan kepalanya ke bahu Salma. Memohon perempuannya mengerti kekaluatan dalam kepalanya. Salma merasakan kegundahan lelakinya. Keduanya tetap hening.

Salma tahu, lelakinya kalut, kaget dengan rencananya. Salma menyadari, keributan karena Ditho belum bisa membuat Rony percaya sepenuhnya. Butuh waktu. Tapi persoalan pindah kost Salma sudah punya keputusan yang bulat. Sekarang dia hanya mengharap pengertian Rony. Tapi saat itu Salma tidak mau menuntut pembahasan lebih lanjut.

Keduanya masih tetap diam, meski Salma menawarkan makanan, pun Rony menerima makanan itu. Semuanya dalam diam. Kaku sekali.

Malam menunjukkan pukul 08.00, saatnya mereka pulang. Hari penuh aktivitas yang melelahkan. Saat perjalanan pulang ini Paul meminta Rony menemaninya menyetir. Paul tau Nabila lelah, sedangkan dia butuh partner untuk sekedar mengobrol supaya tidak ngantuk, supaya tetap awas. Rony menyetujui, sekaligus menjadi alasan untuk berjarak dengan Salma. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa bersebelahan selama 2-3 jam perjalanan. Dia menjaga suasana, tidak enak jika mereka membuat keributan sendiri. Rony belum mau membahasnya lagi.

Nabila langsung memposisikan diri duduk di sebelah Salma, tak lama, adik Rony itu sudah terlelap. Mungkin kelelahan, atau kekenyangan. Salma membiarkan adik lelakinya itu tidur, bersandar di bahunya. Sesuatu yang nampak indah bagi Rony, dua perempuan yang dia sayang bisa seakrab itu. Berulang kali Rony mencuri pandang ke arah Salma, melihat keadaanya. Awalnya perempuannya nampak gelisah, tapi pada akhirnya nampak ikut terlelap juga.

Di tengah perjalanan hujan turun, deras. Membuat pandangan mata sedikit kabur, Paul memacu kendaraannya lebih hati-hati. Sebagian besar rombongan itu juga sudah terlelap. Hujan seperti menyelimuti mereka, membuat mudah mengantuk dan terlelap.

Rony memfokuskan diri untuk ngobrol dengan Paul, menemani temannya itu melek. Paul sempat bertanya ada apa dengan Salma, kelakuan mereka berdua memang mudah sekali dibaca kalau sedang ada masalah. Begitu ketara. Namun Rony menolak untuk membahasnya. Mereka ngobrol yang lain, mulai dari music, bola, sampai hal-hal remeh temeh lainnya. Di bagian belakang, terdengar juga suara Novia yang cempreng, masih terjaga dan ngobrol dengan Neyl.

Rony : Nov, gue mau nanya
Rony : Caca ada cerita soal pindah kost?

Novia tidak langsung membalas, sepertinya masih asik ngobrol. Rony malah gelisah sendiri.

Novia: Dia udah cerita samamu, Ron?
Rony : tadi dia ngomong
Rony : Lo tau kenapa?
Novia: Ya karena kelakuanmu kemarin
Rony : dia trauma?
Novia: dia ngomong gitu?
Rony : bilangnya nggak, terus kenapa?
Novia: Ya dia nggak merasa punya hak di rumah itu
Novia: gimana sih, kek orang numpang tu kan jadi ga enak sendiri
Novia: Jadi sungkan mau ngapa-ngapain

Obrolan terjeda karena Paul mengajak Rony ngobrol.

Rony : Lah kan dia bebas di rumah gue inih
Novia: tapi nyokap Kau masih campur tangan kan?
Rony : jadi beneran karena nyokap?
Novia: Kau juga, Kau yang bolehin anak-anak mabok?
Novia: Kau tiba-tiba tidur di kamarnya
Novia: Nyokap Kau tiba-tiba ada pas Kau abis mabok
Novia: Jadi Salma bingung ga sih?


Rony berpikir sejenak, meresapi omongan Novia. Satu poin terungkap, memang akar masalahnya salah satunya mamahnya. Tapi juga soalan penggunaan rumah itu, dia ingat ketika dia impulsif ingin menginap di Rumah Bujang, tanpa izin pada Salma. Dia merasa berhak atas rumah itu. Itu sudah melewati batas, mestinya dia ngomong dulu. Sepertinya Salma tidak sepenuhnya terbuka, dia memfilter omongannya tadi siang. Mungkin menjaga perasaannya.

Dengarkan [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang