"Mau kemana lagi abis ini?" tanya Rony masih jalan-jalan bersama perempuannya di bawah naungan ki Hujan, trembesi.
"Yah, gue yang mau tanya tadi. Lo kan yang ada ide lewat sini," timpal Salma.
"Ke Malang mau?"
"Ga bisa ke Bromo ya?" tanya Salma.
"Kata Lo masih recovery," jawab Rony, sambil mengecek aplikasi peta di hp-nya.
"Sialan tuh yang bikin kebakaran, gak mikir apa,"
"Eh, ini ke Malang ada lewat Lumajang, kita bisa liat Bromo dari jalan gitu, mau?"
"Wah... boleh-boleh... ayok!" Salma bersemangat.
Tanpa aba-aba, tiba-tiba hujan turun dengan bersemangat juga, deras! Rony dan Salma bergegas ke mobil. Meskipun kanopi pohon ki hujan mengurangi derasnya, perjalanan kembali ke mobil membuat mereka tetap basah, kuyup. Mereka pun berganti pakaian dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Sialnya lagi pakaian bersih merekapun habis. Untungnya ada baju yang baru mereka beli di Bali. Yang berwarna indigo, bukan yang kuning mustard. Salma memakai kemeja putih Rony untuk outer.
"Cantik," komentar Rony.
"Biasanya enggak ya?"
"Lo kan jarang pakai terusan begini, beda aja dari biasanya, hal yang baru jadi sensasinya beda,"
"Terimakasih...." ucap Salma tersipu sambil menjentikkan terusannya bak princess.
Rony terkekeh.
Merekapun melanjutkan perjalanan sesuai rencana. Melewati rute yang mungkin hanya dilalui sekali seumur hidup mereka. Kalau tidak dicoba kali ini mungkin tidak akan pernah. Rintik hujan mulai jarang, tidak sederas di hutan trembesi tadi.
"Sa, nama daerahnya aneh," ujar Rony.
"Eh?"
"Glenmore, kek nama asing ya?"
Salma melihat berbagai papan nama di tepi jalan. Cara mengenali suatu daerah dalam perjalanan. Salma langsung bertanya pada ponsel pintarnya. Iya, ponselnya yang pintar, bukan dia.
"Ron, ternyata memang nama asing. Dari Skotlandia, artinya bukit besar, great glen. Pas jaman liberasi ekonomi, ada orang Eropa yang buka perkebunan disini, dinamai Glenmore Estate, karena kondisi geografisnya yang mirip kek di Eropa sana,"
"Liberasi ekonomi?"
"Itu kalau ga salah akhir abad-19, Pemerintah Hindia Belanda bolehin pihak swasta buat investasi disini. Tahun-tahun itu banyak yang bikin perusahaan perkebunan, pabrik gula, pabrik minyak, macem-macem dah," ujar Salma yang baru selesai membaca.
Banyuwangi menjadi salah satu kota yang didatangi investor, selain Glenmore estate berupa perkebunan karet, kakao dan kopi. Juga ada Mexolie, pabrik minyak kelapa. Yak, dulu Hindia Belanda salah satu penghasil minyak kelapa terbesar. Sebelum disingkirkan oleh minyak sawit. Pabriknya tersebar dimana-mana, termasuk Banten dan Kebumen. Masa liberasi ekonomi ini juga yang mendorong dibangunnya jalur kereta api, sampai ke Glenmore juga. Bahkan dulu ada jalur-jalur rel yang langsung masuk ke pabrik untuk memudahkan distribusi.
Salma sibuk membaca dari satu link ke link berikutnya. Lama-lama membuatnya mengantuk. Apalagi habis kehujanan. Dia pun ketiduran membiarkan lelakinya menyetir sendirian. Rony membiarkannya, mungkin perempuannya kelelahan. Dia memacu mobilnya mengikuti aplikasi peta. Melewati Jember kemudian Lumajang. Dia hanya berhenti sekali di dekat Lumajang untuk mengisi bahan bakar dan merokok. Membiarkan Salma tetap terlelap.
Salma terjaga ketika mereka melewati jalan yang sempit. Di tengah hutan dengan pepohonan yang ramping lurus menjulang.
"Sampai mana?" tanya Salma.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dengarkan [end]
FanficCerita sekuel dari 'Katakan: karena sebuah cerita berawal dari sebuah kata Meraih cinta itu mudah, tidak semudah itu memang. Mungkin tampak lebih mudah karena memiliki pembanding, mempertahankannya. Rony dan Salma sudah bertemu cinta. Keduanya salin...