Cemburu

72 2 0
                                    

(Ali: Mika, kamu sudah tidur belum? Aku mau memberikan kabar bahwa Janice menerima lamaran aku, akhirnya penantian panjang yang aku tunggu segera terwujud)

Ali mengirimkan pesan untuk Mika.

Dengan keadaan mata mengantuk Mika membaca pesan.

Sontak ketika matanya terbuka, hatinya bagai disambar petir disiang bolong.

Mika kembali mengerjapkan matanya berulang-ulang untuk memastikan apakah yang ia baca salah dan itu bukan fakta.

Namun memang benar itu adanya, pesan dari Ali memanglah sangat nyata bukan sekedar halusinasinya saja.

Tak dapat berkata apa-apa, ia hanya mampu membisu. Tanpa sadar air matanya telah membasahi bantal yang tengah ia kenakan untuk meletakkan kepalanya.

Semakin terisak membuat hatinya semakin sakit hancur berkeping-keping.

Ia berusaha tegar dan berlapang dada atas kabar yang telah sepupunya berikan.

Segera ia mengetik untuk menutupi hatinya yang ternyata tidak bisa menerima semua ini.

(Mika: Alhamdulillah bang kalau begitu, turut senang,  semoga lancar sampai hari H ya)

Setelah Mika membalas pesan dari Ali, ia langsung menonaktifkan ponselnya dan ia letakkan dibawah bantal.

Dengan kondisi terisak ia menguatkan hatinya yang tidak sedang baik-baik saja untuk tetap dalam keadaan baik-baik saja.

Ia mengingat-ingat kembali moment ketika bersama Ali, karena hanya dengan Ali dirinya tenang dan nyaman.

Bahkan ia sendiri tidak paham dengan dirinya yang harus nya bahagia karena sepupunya segera sold out namun kin malah ia yang merasa sedih dan tidak rela.

Mika berjanji dalam hatinya, mulai sekarang ia tidak ingin lagi disentuh, dipeluk, dicium bahkan sampai tidur satu ranjang ia akan menolak secara mentah-mentah.

Karna ia tahu kini Ali akan menjadi suami orang.

Dan atas perjodohan itu, ia yakin akan batal. Karena Ali telah memantapkan hatinya untuk Janice, calon isterinya. Seorang wanita yang kelak akan menjadi Ibu Bhayangkari bagi Ali, seorang anggota Polisi Republik Indonesia.

***

Mika terlihat tidak bergairah dalam menghadapi ujian akhir semesternya.

Makan dan minum pun ia tidak ingin.

Ia lebih banyak membisu, dan tidak seceria biasanya.

Diva dan Amira terheran dengan Mika, mengapa sahabatnya ini berubah. Ada apakah gerangan?

Mika masih duduk didalam kelas praktek. Di hadapan banyak alat-alat stainless semacam tang dan lainnya.

Sebagian temannya sudah keluar dari ruangan itu, namun tidak bagi Mika.

Diva yang menyadari lebih awal langsung memberikan kode ke Amira.

" Mika, kamu kenapa?" Tanya Diva yang telah mendekat, dan duduk disebelah Mika.

" Iya Mika, kenapa kamu sepertinya lagi ga mood." Sambung Amira.

Mika masih membisu. Dan terus memainkan beberapa alat tang pencabut gigi dari berbagai ukuran dan jenis hingga terbenturan dengan mangkuk stainless dan menimbulkan suara hentakan-hentakan alat tersebut.

" Mik, kamu kenapa? Ada masalah ya?" Tanya Diva kembali dan langsung melirik ke arah Amira.

" Iya Mik, cerita aja ke kita. Biar semua yang ada didalam hati kamu menjadi ringan." Imbuh Amira.

Perawat Incaran Om-OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang