Akhirnya, Ada Tanda-Tanda

44 3 0
                                    

" Ya Allah, bang Aliii....!!!" Air mata menetes deras melihat Ali yang terbujur, diam dan tanpa suara.

Sosok yang setiap hari sering mengajaknya bertengkar, tertawa, menangis bahkan merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan juga. Harus berdiam tidak ada pergerakan di hadapan Mika.

Langkah tungkai Mika pelan menghampiri Ali yang sedang terbaring di atas ranjang.

" Bang, ini Mika. Kenapa ini harus terjadi sama kamu bang? Abang harus segera sembuh ya bang. Katanya mau menikah sama aku. Jadi kan bang menikah sama aku? Ini aku Mika, calon isteri kamu. Abang sayang kan sama Mika? Kalau abang sayang sama aku, aku harap kamu segera sembuh ya bang. Please bang. Aku sayang kamu bang." Usap jemari Mika pada jemari Ali dengan suara seraknya.

Air mata mengalir dari kelopak mata Mika.

Ia memeluk dengan hangat tubuh Ali.

Mika berharap dengan cara ini Ali bisa mendengar dan bisa cepat sadarkan diri.

" Bang, cepat sembuh ya bang. Aku sayang kamu. Aku akan selalu disampingmu. I love you!" Bisik Mika didekat telinga Ali.

Dan tidak luput Mika mendaratkan sebuah kecupan di pipi Ali.

Mika mengusap lembut pucuk kepala Ali. Ia kembali mendaratkan kecupan di dahi Ali.

Lalu ia memeluk Ali kembali dengan sangat pelan dan lembut.

Setelah itu Mika membalikan badannya untuk berlalu meninggalkan Ali didalam ruangan.

Mika membuka pintu ruangan sambil mengusap tetesan air mata yang membasahi pipi, matanya sudah sangat sembab dan bengkak.

Dengan waktu yang bersamaan, Ali pun turut meneteskan air matanya. Bahkan telunjuknya pun sudah menunjukan pergerakan walau hanya sedikit saja.

Namun hal ini tidak di ketahui Mika. Karena Mika telah pergi keluar dari ruangan.

***

" Selamat pagi, kami akan memeriksa kondisi Bapak Ali terlebih dahulu ya." Ucap dokter cantik berhijab bernama dr. Fahira Ibrahim.

" Baik dokter." Ucap Dian yang masih setia menemani putra sulungnya.

" Bapak Ibu dan yang lainnya boleh istirahat terlebih dahulu. Kami akan selalu mengecek dan tetap mengawasi Bapak Ali kok. Nanti apabila ada progress akan segera kami Informasikan." Jawab dr. Fahira.

" Tapi saya ingin menemaninya dokter." Sahut Mika dengan mata pandanya, Mika terlihat sangat lelah sekali.

" Maaf dengan Mbak siapa ya?" Tanya dr. Fahira.

" Mika, dokter."

" Baik mbak Mika. Tapi alangkah baiknya mbak Mika beristirahat sejenak. Karena ditakutkan nanti malah mbak Mika yang jatuh sakit. Lebih baik mbak istirahat untuk mengembalikan tenaga. Nanti kalau Bapak Ali sudah siuman dan melihat mbak Mika sedih, lelah bahkan sakit, apa tidak akan membuat Bapak Ali semakin ikutan sedih? Bagaimana?" Tanya dr. Fahira.

" Betul Mika, ayo nak kita istirahat. Kita serahkan semuanya pada dokter. dokter pasti akan memberikan yang terbaik untuk Ali." Ajak Omar pada Mika.

" Iya Mik, ayo Mik." Ajak Hasan pula.

Dian mulai menggandengkan tangannya pada lengan Mika.

" Betul ay, kamu istirahat saja dulu. Nanti kalau ada perkembangan pasti dokter akan menghubungi kita." Sahut Zaki.

" Nah betul itu. Silahkan mbak Mika." Perintah dr. Fahira.

Mika mengangguk pelan dan mengikuti ajakan Dian untuk istirahat sejenak di ruangan yang telah disiapkan untuk beristirahat.

Perawat Incaran Om-OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang