65

342 42 15
                                    

...

EXT. JALANAN DESA KAYU LIMA - PAGI

Wiwit melangkah cepat di jalan setapak, dikelilingi oleh pepohonan tinggi yang menjulang. Suasana terasa sejuk, tetapi ketegangan di wajah Wiwit begitu kentara. Matanya menatap kosong ke depan, tetapi pikirannya berputar-putar memikirkan pertemuannya dengan Pitaloka dan Farah sebelumnya. Tangan Wiwit mengepal kuat, kuku-kukunya hampir menusuk telapak tangannya sendiri. Ia berusaha keras menenangkan napasnya yang memburu, tetapi ketakutan terlihat jelas dari cara ia berjalan yang tergesa-gesa dan gelisah.

" Mereka tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Mereka tahu... Mereka tahu segalanya..." ucap Wiwit berbisik pada dirinya sendiri.

Ia berhenti di tengah jalan, mengusap wajahnya dengan kasar. Ingatan akan ancaman Pitaloka dan Farah terus menghantuinya.

FLASHBACK - HALAMAN HOSTEL

Pitaloka dengan tatapan tajam menantangnya, sementara Farah berdiri di sampingnya dengan senyum penuh keyakinan. Kata-kata ancaman mereka bergema di benaknya.

" Kebenaran akan terungkap, Wiwit. Cepat atau lambat, semua akan tahu apa yang telah kamu lakukan." ucap Pitaloka suara dari ingatan.

" Kamu bisa lari, tapi kamu tidak akan bisa bersembunyi selamanya. Kebusukan selalu memiliki akhir." ucap Farah suara dari ingatan.

KEMBALI KE JALANAN DESA KAYU LIMA

Wiwit menatap ke tanah, tubuhnya gemetar. Ia menggengam telapak tangannya dengan erat, seolah-olah itu dapat menenangkan pikirannya yang kacau.

" Aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkan segalanya... Bang Mara tidak boleh tahu. Tidak ada yang boleh tahu." ucap Wiwit berbisik lagi, kali ini dengan nada penuh tekad.

Ia mulai melangkah lagi, tetapi kali ini lebih perlahan, seperti sedang merencanakan sesuatu.

" Pitaloka boleh saja mengancamku, tapi aku tidak akan menyerah semudah itu. Jika aku harus menghabisinya, aku akan melakukannya... Sebelum semuanya terungkap." ucap Wiwit dalam hati.

" Dia pikir dia bisa begitu saja merebut Key dariku? Tidak akan pernah. Aku yang merawat Key selama ini, aku yang membesarkannya. Key adalah milikku... dan aku tidak akan membiarkan Pitaloka menghancurkan segalanya." ucap Wiwit berbicara dalam hati, sambil berjalan cepat.

Ia berdiri di bawah pohon besar, menatap lurus ke depan dengan pandangan tajam. Sebuah senyum dingin mulai muncul di wajahnya.

" Pitaloka tidak boleh bertemu dengan Bang Mara. Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku harus membuat Key membencinya... dan percaya bahwa akulah satu-satunya yang selalu ada untuknya." ucap Wiwit bergumam pelan dengan nada jahat.

Wiwit merogoh ponselnya kembali, matanya memancarkan tekad jahat. Ia menekan nomor seseorang dengan tangan yang kini lebih stabil dibandingkan sebelumnya.

WATTPAD VERSION : 7 MANUSIA HARIMAU NEW GENERATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang