17 tahun telah berlalu sejak Pitaloka, istri tercinta Gumara Peto Alam, diculik secara misterius. Gumara, yang masih terpukul oleh kehilangan istrinya, berjuang keras untuk menemukan Pitaloka namun selalu menemui jalan buntu. Kehidupan Gumara kini h...
Key duduk di tepi ranjang, matanya menatap lembut ibunya yang terbaring lemah. Dengan penuh kasih sayang, ia merapikan posisi bantal dan membantu ibunya mendapatkan posisi ternyamannya. Perlahan, ia menarik selimut dan menyelimuti tubuh ibunya dengan hati-hati, seolah takut menyakiti luka-luka yang masih membekas di tubuh Pitaloka.
" Ibu, istirahatlah... Key di sini." ucap Key berbisik lembut, penuh keteguhan.
Pitaloka menatap putrinya, ada kehangatan di sana, tetapi juga kesedihan yang tersirat dalam sorot matanya. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi Key segera menggenggam tangannya, menenangkannya.
" Key tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Ibu lagi, Bu. Sampai kapanpun, selama Ibu membutuhkan Key, Key akan selalu ada. Key akan menjadi garda terdepan untuk melindungi Ibu." ucap Key dalam hati, bertekad.
Pitaloka akhirnya memejamkan matanya, tubuhnya mulai rileks, meski luka dan kelelahan masih menggerogoti. Key tetap di sampingnya, tidak berniat pergi. Malam ini, ia akan berjaga. Untuk ibunya. Untuk satu-satunya orang yang paling berarti dalam hidupnya. Key menatap wajah ibunya, Pitaloka, yang tertidur lelap. Ada ketenangan di sana, tetapi Key tahu betapa banyak luka yang tersembunyi di balik wajah lembut itu. Pikirannya berputar, mengingat kembali kenyataan pahit yang baru terungkap. Wiwit, perempuan yang selama ini ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri, yang selalu ada untuknya, yang penuh kasih sayang, ternyata adalah dalang dibalik penderitaan keluarganya. Hatinya terasa perih. Wiwit bukan malaikat seperti yang selama ini ia yakini, melainkan penghancur. Perempuan itu telah menghancurkan kehidupan ibunya, membuatnya terpisah dari keluarganya sendiri, bahkan membuat neneknya, Bu Puspa, hidup dalam kesedihan selama bertahun-tahun, mengira putrinya telah tiada. Key mengepalkan tangannya, jemarinya bergetar menahan amarah dan kekecewaan. Air matanya jatuh tanpa ia sadari, mengalir di pipinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Bagaimana bisa... Bagaimana bisa seseorang yang selama ini aku sayangi, aku percayai, melakukan hal sekejam ini?" ucap Key berbisik lirih, penuh luka.
Ia menghapus air matanya dengan kasar, berusaha menenangkan diri. Pandangannya kembali ke ibunya.
" Key tidak akan diam saja. Key tidak akan membiarkan Ibu terus terluka. Key akan mencari jawabannya. Dan Key akan memastikan tidak ada lagi yang bisa menyakiti Ibu dan keluarga kami." ucap Key dalam hati, bertekad.
Key menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. Ia menarik selimut Pitaloka dengan lembut, memastikan ibunya tetap hangat. Ia tahu, malam ini tidak akan berakhir dengan damai dalam hatinya. Pikirannya terus bergolak, hatinya terasa semakin berat. Ia memejamkan mata, mencoba meredam rasa sakit yang perlahan menghimpit dadanya. Bagaimana jika Ayahnya mengetahui semua ini? Wanita yang selama ini selalu mencintai dan merawatnya, yang memberikan kasih sayang tanpa batas, ternyata adalah dalang dari penderitaan istrinya, Pitaloka.