17 tahun telah berlalu sejak Pitaloka, istri tercinta Gumara Peto Alam, diculik secara misterius. Gumara, yang masih terpukul oleh kehilangan istrinya, berjuang keras untuk menemukan Pitaloka namun selalu menemui jalan buntu. Kehidupan Gumara kini h...
Ruangan itu, dengan segala benda yang menyimpan jejak Pitaloka, kini menjadi penghubung Key dengan ibunya. Siang itu, Key merasa lebih dekat dengan ibunya daripada sebelumnya. Datuk Abu berjalan perlahan menuju meja kayu tua yang berada di sudut ruangan. Di atas meja itu, tergeletak sebuah buku bersampul coklat lusuh yang tampak usang namun terawat dengan baik. Ia mengangkat buku itu dengan hati-hati, seolah memegang sesuatu yang sangat berharga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Sekar, Ini adalah buku harian ibumu, Pitaloka. Mungkin dengan membaca ini, kamu bisa memahami lebih banyak tentang jati dirimu, tentang ibumu, dan semua yang pernah terjadi." ucap Datuk Abu dengan suara lembut menoleh ke arah Key, yang tengah berdiri tidak jauh darinya.
Key terkejut. Matanya melebar, menatap buku itu seakan memegang kunci ke masa lalu yang selama ini terhalang dari pandangannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Buku harian Ibu?" ucap Key pelan, penuh rasa ingin tahu.
" Ya. Ibumu selalu mencatat banyak hal disini, mulai dari mimpi, harapan, hingga... rahasia hidupnya. Mungkin kamu akan menemukan sesuatu yang penting di dalamnya." ucap Datuk Abu mengangguk dan menyerahkan buku itu ke tangan cucunya.
Key menerima buku itu dengan penuh kehati-hatian, jemarinya menyusuri permukaan sampulnya yang lembut namun sedikit berdebu. Ia membuka halaman pertama, melihat tulisan tangan ibunya yang rapi dan indah. Ia menatap tulisan itu, seolah bisa mendengar suara ibunya berbicara padanya.
" Ibumu menulis di buku itu hampir setiap hari. Nenek yakin banyak cerita yang bisa kamu pelajari darinya." ucap Bu Puspa, yang berdiri di dekatnya, tersenyum kecil.
" Bacalah, Key, ibumu, selalu percaya bahwa tulisan memiliki kekuatan untuk menyampaikan hal yang sulit diungkapkan dengan kata-kata." ucap Gumara lembut, menatap buku itu dengan tatapan yang sarat emosi. Ada rasa haru, kerinduan, dan kesedihan bercampur menjadi satu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.