Aku mendengarkan Walton membentak wanita itu. Hal yang sampai sekarang tak kumengerti adalah ini sangat menyakitkan buatku. Rasanya perih. Sekarang aku hanya bisa menangis. Air mataku mengalir terus. Sumpah, aku sudah mencoba untuk menahannya. Tapi, dia enggan untuk sekadar mengikuti permintaanku.
Suara hentakan pintu kudengar tiba-tiba. Aku mengernyit. Mantan kekasih Walton pasti sudah pulang. Aku melemparkan tubuhku ke atas kasur. Mencoba untuk berbalik-balik. Tapi tetap saja aku gelisah. Gelisah karena kebohongan yang selalu dibuat Walton.
Langkah kaki Walton saat menaiki tangga kudengar. Aku kemudian berbalik, membuat posisi yang membelakangi pintu. Saat ini aku tak ini melihat wajah Walton. Rasanya mual jika melihatnya sekarang.
"Chriss. Aku minta maaf", ucapnya. Terdengar seperti menyesal. Aku diam dalam tangisku.
"..." Aku tetap diam.
"Apa kau tak mendengarku?" tanyanya memastikan.
"Aku mendengarmu. Sekarang keluarlah! Kau harus tidur di luar. Aku muak denganmu", tukasku dengan nada yang sangat tajam.
Setelah itu, suara pintu terbuka lalu tertutup kudengar. Kurasa dia sudah pergi. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut. Aku mengernyit.
"Bahkan dia tak mengatakan apa-apa. Seharusnya dia meyakinkanku untuk tetap mempercayainya. Tapi ini? Dia malah pergi", kataku yang entah dengan siapa. Aku masih tetap pada pisisiku. Aku menyeringai.
"Walton, kenapa kau perg.." kata-kataku terpoton karena saat aku berdiri dan berbalik, aku melihat Walton berada di belakang pintu. Rupanya dia berbohong kalau dia sudah pergi.
Aku sangat malu. Kuyakini sekarang kedua pipiku pasti memerah. Dia tersenyum kemudian tertawa. Aku mendengus.
"Chriss, apa kau ingin kuyakini kalau aku mencintaimu?" tanyanya sambil senyum-senyum. Jantungku berdegup kencang. Rasanya aku ingin melarikan diri sekarang dari tempat ini sekarang juga.
"Aku akan buktikan", katanya kemudian melangkah ke arahku. Kedua matanya menatapku dengan tatapan menggoda. Pacuan jantungku semakin kencang. Kau tahu, seperti pacuan lomba kuda. Dia tetap melangkah, hingga membuatku spontan mundur.
Ada seringaian jahil yang keluar dari wajahnya. Dia sepertinya ingin membuatku takut padanya. Tapi apa arti kata "buktikan"? Aku kemudian tersadar, apa dia ingin melakukan hal-hal aneh? Aku menelan ludahku.
Tanpa kusadari, aku sudah membelakangi dinding. Aku tak bisa bernapas sekarang. Wajahnya semakin dengan wajahku. Bahkan napasnya bisa kurasakan. Ohh Tuhan, apa yang harus kulakukan? Erangku dalam batin.
"Kau sedang apa, Walton? Jangan coba-coba melakukan hal-hal menjijikkan padaku", aku mencoba mengancam. Meskipun aku sejujurnya takut.
"Aku ingin buktikan padamu, Chriss", ujarnya. Pandangannya semakin tajam. Ini seperti film psychopath. Aku seperti tak bisa berbuat apa-apa. Sungguh ini menyeramkan sekaligus membuat jantungku berdebar kencang. Kau tahu itu.
"Bbuuktikan apa?" alhasil, aku terbata-bata. Dia benar-benar membuatku gugup.
Dengan cepat, Walton mendaratkan bibirnya di bibirku. Tidak hanya itu, tangannya membelai rambutku kemudian menyentuh lembut leherku. Kedua mataku membulat. Tapi aku melihat, dia sangat menggebu-gebu. Kau tahu, matanya tertutup. Seperti menikmati(?)
Ciumannya begitu cepat. Dia menarik bibirku, melumatnya. Tapi aku tak membalasnya. Memang semalam aku menginginkan bibirnya yang merah itu. Namun, dia seperti monster. Bahkan dia mencoba untuk mengakses sampai ke dalam mulutku. Aku tak boleh mengkhianati Nichole. Itu masih terbersit dalam pikiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
RomanceWARNING 19++ !! Sebenarnya ini adalah cerita keduaku. Cerita pertama sudah aku unpublished karena kurang peminatnya. Hahaaha. Cerita ini murni dari imaginasiku semata. Jadi kalau pun ada salah-salah kata, aku sebagai author yang masih amatir belum p...