~ chapter 55 : Uncertain

4.5K 121 3
                                    

"Apa kau yakin kita kembali ke Penn hari ini juga?" tanyaku.

Walton yang sedari tadi asyik dengan berkas-berkas yang disusunnya saat berada dalam pesawat, terhenti karena pertanyaanku. Dia menatapku. 

"Apa kau lelah?" tanyanya dengan nada sendu lalu membelai rambutku lembut. 

"Mmmm.. Tentu. Kita menghabiskan waktu sekitar 9 jam lebih dan sekarang kita harus pergi ke Penn yang membutuhkan waktu sekitar 3 jam", celotehku padanya. 

"Kau bisa tidur dipangkuanku", katanya sambil mengarahkan kedua matanya ke atas pahanya. Aku pun menyeringai.

"Bisakah kau tidak mengeluarkan candaan sialanmu itu dulu?" pintaku dengan nada bosan. Lalu aku membuang pandanganku ke luar jendela karena kesal dengan perkataannya yang menjijikkan itu. Suasana pun kembali kikuk seperti biasanya.

***

[ Walton POV ]

Sebenarnya aku tidak tega melihat Chrisella harus melewati perjalanan yang banyak menguras tenaga seperti ini. Tapi ini semua kulakukan hanya karena memang sesuatu yang sangat penting. Kuharap dia bisa menahan perjalanan darat ini selama 3 jam.

Deg..

Aku sedikit terkejut karena tiba-tiba kepala Chrisella jatuh ke atas bahuku. Aku melirik wajahnya. Wajahnya sangat damai bila dia tidur. Sudah lama aku tidak melihat wajah damainya itu dan baru hari ini aku benar-benar bersyukur pada Tuhan. Perjodohan yang semulanya kami kira adalah sebuah kesialan tapi ternyata tidak. Tuhan tidak akan pernah salah untuk menentukan jalan hidup seseorang. Dan sekarang wanita yang sedang tertidur di bahuku ini adalah salah satu bidadari yang diberi Tuhan untukku selain Sarah, ibuku. 

"Aku akan menjagamu seperti aku menjaga ibuku, Chriss", ucapku pelan agar dia tidak bisa mendengar ucapanku lalu aku mencium keningnya lembut. Anehnya, kedua pipinya tiba-tiba memerah padahal dia sendiri tertidur. Aku bingung, apa wanita itu memiliki indera keenam saat tidur? 

Kemudian kuangkat perlahan kepala dan tubuhnya agar tidur di atas pahaku. Karena kupikir itu adalah posisi sempurna agar lehernya tidak sakit jika dia bangun. 

***

[ Chrisella POV ] 

"Aku akan menjagamu seperti aku menjaga ibuku, Chriss", kata Walton yang tiba-tiba saja membangunkanku. Sejujurnya, aku masih belum sepenuhnya tertidur karena tidur dalam mobil membuatku selalu gelisah. Jadi aku bisa saja tersadar apalagi yang kudengar adalah kata-kata manis yang dilontarkan Walton untukku. 

Deg..

Dia mencium keningku di saat aku tertidur dan dia tidak berkompromi dulu denganku. Mengapa para pria selalu mencari kesempatan di dalam kesempitan? Kau tahu, aku tidak bisa memendam rasa senang, kesal, sekaligus kegemasanku pada Walton sekarang ini. Tapi aku harus bertahan. Jika tidak, aku akan sangat malu. Mudah-mudahan, kedua pipiku tidak sedang memerah sekarang. 

Walton juga menaruhku di pangkuannya. Ini benar-benar membantuku agar aku bisa tertidur dengan lelap selama perjalanan. Karena sejujurnya aku sangat malas jika harus melihat ke sepanjang jalan yang hanya dipenuhi salju. Aku bersyukur, meskipun tidak di hari pertama salju turun aku bersamanya, tapi sekarang hingga sampai salju terakhir turun, aku berjanji. Aku akan selalu berada di sampingnya. Karena dia adalah masa depan dan masa tuaku. 

***

"Chriss, bangun sayang."

"Chriss.."

Aku mendengar suara lembut Walton yang bergema di telingaku. Lantas aku membuka kedua mataku. Aku melihat sinar lampu khas mobil menyilaukan pandanganku. Saat aku mulai mengerjapkan kedua mataku, Walton menciumku dengan cepat. Kedua bola mataku membulat seketika. Lagi-lagi dia menciumku tanpa berkompromi dulu. Setelah beberapa detik, dia melepaskan ciumannya kemudian dia tersenyum. 

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang