~ chapter 74 : My Dark Side

2.3K 54 7
                                    

"Kau! Mau apa kau kemari?" tanyaku dengan nada yang sedikit marah.

"Urusan kita belum selesai", jawabnya dan mulai mendekat.

"Urusan apa? Maaf, Nona. Tolong keluar", kataku. Tapi dia semakin mendekat yang membuat aku menjadi mundur. Sekarang dia terlihat agresif. Saat dia benar-benar sudah berada di dalam, kakinya mendorong pintu lalu tersenyum padaku.

"Aku tidak tahu kau selemah ini. Sepertinya kejantananmu itu patut dipertanyakan, Mr. Othman", katanya sambil mengangkat alisnya sebelah seperti sedang menyelidik apa selanjutnya responku. Aku masih bersikap tenang meskipun sebenarnya aku takut. Sadar karena aku selalu mundur, aku menoleh ke belakang sebentar untuk melihat keberadaan sofa. Aku mendengus kesal karena sekarang di belakangku adalah sofa dan lebih mengenaskan lagi, aku seperti pria bodoh.

Lantas aku berhenti dan dia masih tetap berjalan sampai jarak kami sangat-sangat dekat. Dia tersenyum dan mulai menyentuh bagian wajahku. Aku mendorong tangannya dari wajahku. "Apa maumu?" tanyaku dengan nada yang sedikit membentak. Dia menarik pinggangku dan mengelus-ngelus bagian punggungku.

"Tak perlu kau tanyakan lagi, sayang. Aku menginginkanmu", katanya dengan nada yang sangat nakal.

"Aku tahu kalau sebenarnya itu bukan maumu", balasku. Aku yakin, wanita ini menyimpan maksud tertentu. Tidak mungkin seseorang bertindak seolah-olah sangat terobsesi dengan orang layaknya orang itu adalah obat.

Kemudian aku mencium aroma yang keluar dari nafasnya. Ternyata dia sudah mabuk. Aku tak habis pikir, wanita ini rela bertindak seperti mengobral diri. Tapi aku tak heran, jalang tetaplah jalang. Haus nafsu.

"Berhentilah menolakku, Mr. Othman. Sentuhlah aku", katanya sambil membuka kancing baju. Anehnya jantungku begitu berdegup kencang dan aku hanya terdiam memaku.

Setelah kancing baju benar-benar terbuka, dia melepas ikat pinggangku kemudian menarik bajuku. Saat bajuku mulai dilepaskannya, aku menolaknya kemudian menepisnya. Dia menatapku sebentar kemudian tersenyum.

"Ah, kau menolak karena aku belum membuka celanaku?" tanyanya dengan raut wajah yang sangat nakal. Dengan perlahan-lahan dia melepaskan celananya dan sekarang yang tersisa hanya celana dalamnya saja. Aku tersenyum, kakinya benar-benar jenjang sekali.

"Kau menyukainya?" tanyanya lagi. Mungkin dia mendefenisikan arti senyumanku seperti itu.

Lalu dengan cepat dia menarik tanganku ke bagian bokongnya. Tanganku awalnya terkejut, tapi setelah agak lama, tanganku mulai merasakan kembali bagaimana aku tadi meremasnya. "Kau tahu, kau sangat susah diajak kompromi. Seperti tidak ingin saja. Tapi di dalam hatimu, kau menginginkannya. Apa kau tidak merindukan sentuhan di tiga bulan ini?" tanyanya sambil menyentuh bagian dadaku. Sesekali dia bermain dengan puncak dadaku yang menimbul membuat rasa ingin menerkamnya bangkit. Aku tersenyum karena aku mulai mengetahuinya.

Aku masih tetap diam sampai dia menciumku. Bibirnya yang lembut kini dapat kurasakan. Dia menciumku sangat ganas, seperti haus akan sebuah kenafsuan. Tangannya juga cepat bereaksi kebagian bawahku. Menyentuhnya membuat yang ada di bawah sana menegang dan jantungku berdetak kencang.

Dia menyentuhnya lagi dan lagi seakan-akan dia menginginkanku secepatnya. Dan tanpa sadar aku beralih kebagian dadanya dan mengangkat bajunya. Tanganku menyusuri bagian dadanya yang begitu kenyal. Puncaknya pun sudah menegang. Dia begitu pasrah dengan apa yang terjadi sekarang.

Suasana pun menjadi sangat panas karena dia berusaha membangunkan juniorku dengan cepat. Bukan tidak mungkin, aku tidak menolaknya. Dia terlalu cepat mengetahui titik kelemahan dari seorang pria.

Dia menarikku untuk pergi ke bagian sofa. Dia mendorongku dan begitu terkejutnya aku, ternyata tanpa kusadari celanaku yang tersisa hanya boxer ketatku saja. Dia melihat juniorku dan tersenyum. "Punyamu besar dan kurasa aku bisa", katanya. Aku seperti tertantang sekarang.

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang