[ WALTON POV ]
"Apa kau sudah memberikannya, Brooks?" tanyaku sambil menyesap segelas vodka dari 4 botol terakhir.
"Hmmm", dia hanya berdehem sambil melihatku.
"Apa kau akan hidup seperti ini terus?" lanjutnya.
Aku hanya bisa mengangguk. Duniaku memang sudah runtuh sekarang. Saat aku tahu wanitaku lebih memilih sahabatku sendiri, aku tak bisa berbuat apa-apa. Sebenarnya aku ingin membunuhnya saat dia sampai di sini. Tapi dia malah mengingatkanku tentang salah satu ginjalnya yang diberikannya untukku. Dengan Chrisella, aku harus melepaskannya. Dia memaksaku untuk melakukannya.
"Jadi menurutmu, apa dia mencintaimu, Brooks?" tanyaku. Aku sendiri tak yakin jika aku masih sadar sekarang. Karena kurasa seluruh tubuhku tak berdaya dan kepalaku pusing.
"Ya, dia memang sudah mencintaiku. Kau tahu, dia mencintaiku", ucap Brooks, si sahabat-bajingan itu, membuat telingaku terasa panas.
Seketika aku menghajar pria sialan itu sampai beberapa kali. Di wajahnya yang menjijikkan itu timbul seringaian yang membuat emosiku bertambah naik. Aku memukul wajahnya. Kemudian akhirnya aku juga merasakan hal yang sama. Brooklyn juga memukulku. Di setengah sadar, aku menangis. Mungkin terlihat lemah, tapi kau tahu. Hanya Chrisella yang bisa membuatku menangis seperti ini.
Seketika orang-orangku menarikku dari atas Brooklyn, begitu pun dengan Brooks. Mereka memapah Brooklyn yang sama babak belurnya denganku. Tiba-tiba petugas lounge yang berada di situ pun segera menghampiri kami.
"Qui non puoi essere rumoroso. Go!" seru pria itu.
Salah satu dari orang-orangku menantang penjaga itu. Tapi dengan kesadaran dan tenaga yang tersisa, aku menghentikannya. Kepalaku sangat pusing dan darah yang keluar dari hidungku turun sangat deras. Akhirnya kami keluar dari sana.
Sesampai di parkiran, Brooklyn yang wajahnya tidak separah dengan wajahku, menghampiriku sebelum masuk ke dalam mobilnya. Kedua matanya menyorot tajam padaku. Aku juga menatapnya tajam.
"Setelah Chrisella menandatangi itu, salah satu orang suruhanku akan mengantarkannya padamu. Kuharap kau tidak akan menemuinya lagi", tukasnya sambil menepuk bahuku.
Aku menunduk. Lalu dia pergi masuk ke mobilnya begitu pun denganku. Sebentar aku meringis kesakitan akibat luka-luka di wajahku tapi sepersekian detik kemudian, kedua mataku tertutup karena pengaruh alkohol yang kuminum.
***
Aku terbangun dari tidurku. Kepalaku sangat pusing. Aku melihat sekeliling lalu mendengus. Ternyata orang-orang tak berguna itu membawaku ke rumah sakit. Ini adalah tempat yang paling menjijikkan padaku. Karena tempat yang seperti inilah, aku didiagnosa transplantasi ginjal. Dan orang yang mendonorkan ginjalnya untukku kini memintaku untuk melepaskan wanita yang sangat kucintai. Sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
RomansaWARNING 19++ !! Sebenarnya ini adalah cerita keduaku. Cerita pertama sudah aku unpublished karena kurang peminatnya. Hahaaha. Cerita ini murni dari imaginasiku semata. Jadi kalau pun ada salah-salah kata, aku sebagai author yang masih amatir belum p...