~ chapter 61 : Chrisella, My Rib

5.9K 117 1
                                    

Aku tergeletak di atas kasur sekarang, mencoba menutup mata alih-alih berharap malam ini adalah malam terburuk terakhirku dan malam selanjutnya adalah malam yang indah. Meskipun sebenarnya itu tidak mungkin terjadi. Aku berusaha untuk menutup kedua mataku rapat-rapat.Tapi tetap saja tak berhasil. Air mataku malah jatuh terus-menerus tanpa henti.

Tiba-tiba kurasakan kedua tanganku digenggam seseorang yang kuletakkan di depan dadaku karena sekarang aku tidur menyamping. Aku tahu, Walton baru saja selesai mandi. Kurasa, dia ingin mencoba menghiburku. Tapi tetap saja, aku tidak ingin diganggu dulu. Aku ingin mencoba untuk tenang, meskipun itu tidak mungkin terjadi setelah kejadian tadi.

Aku merasa kesedihanku tidak pernah usai. Aku sempat berpikir, dengan kedatangan Carron tadi sore semuanya sudah baik-baik saja. Karena kupikir semua masalah sudah berakhir dengan bahagia. Tapi ternyata aku tidak menyangka.

Sahabat yang satunya lagi meneriakiku, mempermalukanku sekaligus menyudutkanku di tengah keramaian. Kalian mungkin tidak tahu, bagaimana rasanya mengetahui sahabat sendiri memiliki dendam pada kalian. Kini, aku dan Josephine sudah dipisahkan oleh jarak. Entah jarak pertemanan kami hanya sampai dengan keributan malam ini atau memang akan berlangsung lama.

Walton menggenggam tanganku semakin erat. Aku menjadi tidak kuasa menahan sedihku. Aku tidak mungkin keluar dari kamar ini meninggalkan dia. Karena memang telah banyak malam yang tidak kulalui di kamar ini. Aku tidak ingin berakhir dengan penyesalan lagi. Dan aku tidak ingin membuat Walton kecewa lagi.

"Chriss, kau baik-baik saja?" tanya Walton. Aku lalu mendengus di tengah kegelapan karena sampai sekarang aku masih menutup mataku. Pria ini benar-benar tidak melihat keadaanku sekarang?

"Walton, berbaringlah di belakangku. Aku tidak ingin diganggu", jawabku dengan nada yang pelan karena sebenarnya aku belum mau berbicara.

"Aku tahu kau butuh waktu untuk sendiri. Tapi sebelum itu, kau harus meluruskan kakimu", kata Walton dengan suara setengah berbisik. Aku baru menyadari kalau sekarang aku menekuk kedua kakiku hampir ke dadaku. Dengan perlahan aku meluruskan kedua kakiku dan entah mengapa, mataku terbuka.

Awalnya samar-samar karena kedua mataku dipenuhi air mata yang masih tertinggal di antara kelopak mataku. Tapi lama-kelamaan, akhirnya aku bisa melihat dengan jelas. Meskipun sesekali berkedip.

Sekarang, aku melihat wajah pria yang ada di depanku dengan seksama. Kami begitu dekat sampai-sampai aku tahu dengan jelas. Tuhan memahat wajah Walton dengan sangat tampan. Hidungnya yang mancung, bulu matanya yang lentik serta lekukan bibirnya membuatku iri sebagai wanita. Dia benar-benar pria yang memiliki wajah yang sempurna.

Kemudian aku ternyum melihat wajah pria yang ada di depanku sekarang. Wajahnya membuatku sedikit lebih tenang. Entah mengapa, kejadian tadi yang selalu ada dipikiranku berangsur-angsur memudar karena aku melihat wajah Walton. Aku beruntung karena memiliki dia sebagai suamiku.

Walton pun membalas senyumanku dengan senyuman termanisnya sepanjang masa. Genggaman tangannya melembut kemudian mengelus jari-jariku. Sangat nyaman. Ya, itulah yang kurasakan saat ini.

"Walton, kiss me", pintaku secara terang-terangan. Aku tahu, aku sudah hilang malu sekarang. Apalagi tanggapannya hanya mengerutkan keningnya. Aku berasumsi kalau dia sedang bingung.

"Kiss me", ulangku. Sungguh, aku benar-benar malu sekarang. Kau tahu, jantungku berdegup kencang.

Untuk beberapa detik, Walton diam tapi detik selanjutnya dia menciumku dengan cepat. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Dan aku sedikit kecewa padanya. Dia benar-benar tidak tahu maksudku atau dia memang pura-pura bodoh. Ohh come on, apakah aku harus menanggalkan harga diriku sekarang? Ohh.. Kau berhasil membuatku seperti tak punya rasa malu, Walton, erangku dalam batin.

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang