~ chapter 65 : Before Flight

3.8K 85 2
                                    

Aku terkejut kemudian terbangun saat setelan alarm yang biasanya kubuat dalam ponselku berdering. Sebentar kumatikan dengan mata yang masih tertutup sambil sesekali bergumam. Tiba-tiba dalam ingatanku bahwa hari ini aku harus kuliah. Seketika kedua mataku membulat. Lalu aku melihat ke sebelahku. Kulihat Walton tertidur sangat pulas, terlihat sangat lelah.

Aku tersenyum lalu mengelus lembut pipinya. Anehnya, wajahnya seperti tersenyum. Kupikir dia sudah bangun. Aku menyelidik dan seakan menuntut kebenaran apakah dia sejak tadi sudah bangun atau malah sebaliknya, masih tidur.

Dengan cepat aku berinisiatif menampar wajahnya. Tidak kuat, pelan. Tapi dia menjerit dan duduk. "Awwww." Aku menatapnya sambil mengerutkan keningku. "What's wrong with you?" tanyanya. "Bukankah kau sudah bangun?" tanyaku balik. "Hah? What? Tidak, sebelum kau menamparku", ucapnya sambil memegang pipinya yang kutampar barusan.

"OK. Jadi tadi kau tidak sedang membohongiku?" tanyaku lagi karena kurang percaya. Bagaimana bisa seseorang tersenyum pada saat tidur meskipun ada orang lain mengelus pipinya?

"Menurutmu?"

"Oohh.. I'm so sorry. Kupikir kau berpura-pura tidur", jawabku dengan bibir yang mengerucut karena menyadari kalau dia sekarang tidak sedang berbohong.

"Kau itu seharusnya membe..", katanya-katanya kupotong karena sekarang aku mencium bibirnya dengan lembut namun cepat. Mungkin ini adalah bukti penyesalanku karena pipinya sudah kutampar pagi ini. Responnya hanya tersenyum kaku.

"Aku tahu apa yang akan kau katakan, suamiku", ucapku dengan nada yang sangat lembut dan pelan agar perasaannya lebih tenang. Lalu Walton menarikku lebih dekat padanya. Kemudian tersenyum kembali, tapi kali ini senyuman nakal. Aku jadi merinding.

Walton mendekatkan mulutnya ke telingaku kemudian berbisik, "Kau tidak tahu apa yang akan kukatakan tadi, sayang", katanya. Kujauhkan telingaku lalu melihatnya bingung. Kemudian dia mendekatkan lagi mulutnya ke telingaku lalu berbisik, "Aku hanya ingin meminta 10 rondeku", ucapnya membuat kedua mataku membulat menatap ke depan karena syok dengan ucapan si brengsek ini.

***

"Kita harus ke Miami hari ini", kata Walton sambil mengelus sekat pemisah kedua bagian dari dadaku.

"Bukankah sekarang kita harus kembali ke Penn? Hari ini kita ada kelas", balasku dengan nada pelan karena aku sangat teransang oleh sentuhan nakal Walton. Aku menyesal karena menyetujui permintaan bodohnya tadi. Sekarang aku harus mandi bodoh di dalam bathub ini.

"Profesor Edrick sedang berada di Skotlandia", kata Walton dengan napas sedikit terengah-engah. Aku yakin, sekarang dia sama dengan, sama-sama teransang. Itu dibuktikan dengan bagian bawahnya yang besar itu sudah berdiri kokoh. Aku bisa merasakan itu karena sekarang aku duduk di atasnya dalam bathub yang sama. Yaa, kami mandi bersama.

"Are you sure?" tanyaku sambil melirik ke belakang. Aku sengaja melakukan pergerakan agar aku bisa balas dendam padanya karena sudah membuatku mandi bodoh pagi ini.

"Aahh.. Yaahhh", ucapnya dengan nada parau dan pelan.

"What?" tanyaku berpura-pura tidak mendengarnya sambil menekan rudalnya sedikit ke arah bagian sensitifku. Aku tersenyum nakal karena di arena ini, aku yang memimpin.

***
"Aku ingin Bertha ikut bersama kita", pintaku sambil memeluk perut Walton karena sedari tadi, dia mendekapku.

"For what?" tanyanya lalu aku membenarkan posisiku kemudian duduk supaya aku bisa melihatnya. Aku tahu, Miami bukanlah tempatku lagi. Aku menelan ludahku dengan susah payah menyadari kenyataan itu.

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang