Aku berdiam di dalam bathup yang sudah berisi air dan busa. Memang, hal ini banyak dilakukan kebanyakan wanita untuk sekadar menenangkan tubuh dan pikiran mereka. Aku juga jarang sekali mandi seperti ini. Jika bukan karena Chrisella, aku pasti tidak pernah menyentuh bathup. Karena dia satu-satunya wanita yang membuatku relax jika ada beban yang sedang kupikul.
Tiba-tiba aku merindukan Chriss yang sekarang aku tidak tahu sedang apa dia di sana. Lalu aku mengambil ponselku yang berada di atas pinggiran bathup. Cepat-cepat aku menghubungi Chriss. Berharap Chrisella sedang tidak ada kesibukan hari ini.
Aku menunggu sebentar sambil menyesap wine yang tadi kutuangkan di dalam gelasku. Saat yang diseberang menerimanya, hatiku merasa senang sekali. Entah mengapa, aku sangat merindukannya. Seperti aku tidak mendapat kabar darinya untuk waktu yang cukup lama.
"Hey", sapanya di seberang sana.
"Oh, Hi. Bagaimana keadaanmu?" tanyaku.
"Aku baik-baik saja, sayang. Bagaimana dengan kamu?" tanyanya kembali. Aku bersyukur keadaannya yang sempat membuatku gelisah, sekarang sudah baik-baik saja.
"Aku juga baik", jawabku lalu menyesap wine yang tersisa di gelasku.
"Jadi, sedang apa suamiku sekarang", tanyanya.
"Aku? Sedang berendam, menenangkan pikiranku", jawabku.
"Oh begitu? Kau tidak berendam dengan wanita lain 'kan?" tanyanya dengan nada yang menyelidik tapi terkesan bercanda.
"Jelas tidak ada. Akan hanya ada satu orang yang akan menemaniku di dalam bathup ini yaitu kau, Chriss, dan itu mutlak", jawabku sambil tersenyum mengingat segala moment bersamanya.
"Haha, kau berlebihan", katanya.
"Tidak. Aku tidak berlebihan. Itu kenyataannya, sayang", balasku menepis perkataannya.
"Oh, OK. Kuterima. Jadi bagaimana dengan hasil rapatmu tadi? Berhasil?" tanyanya dengan nada yang antusias.
"Menurutmu?" tanyaku balik. Sebentar dia berdehem seperti benar-benar seperti sedang berpikir. Aku tertawa mendengarnya berdehem padahal itu hanya dibuat-buatnya.
"Aku mendapatkannya, sayang. Dan itu berkat harapan kita", jawabku.
"Sudah kuduga", katanya. Kami pun tertawa. Tapi tiba-tiba di antara suasana yang hangat itu, ada perasaan bersalah yang muncul dibenakku hingga aku meminta maaf padanya.
"Chriss, maafkan aku."
"Untuk?"
"Semuanya, baik itu yang kau tahu dan juga tidak", jawabku. Sebenarnya aku terlalu takut untuk mengatakan yang sejujurnya. Apa hal ini akan kusimpan terlebih dulu? Bagaimana menurut kalian?
"Mengapa kau mengatakan hal itu? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanyanya kembali. Aku terdiam dan memaku untuk beberapa saat. Lalu menjawabnya dengan berhati-hati.
"Mungkin aku pernah melakukan sesuatu yang tidak sengaja kulakukan tapi aku tidak memberitahumu", jelasku padanya.
"Ohh, aku pikir ada hal apa yang membuatmu mengatakan seperti itu. Ternyata yang terjadi di masa lampau. Sudahlah, kita sudah membuka cerita yang baru. Cerita yang ada antara aku dan kau dan juga anak-anak kita nantinya", katanya dengan nada yang sangat lembut. Aku menjadi merasa bersalah atas apa yang kulakukan jumat malam.
"Chriss, kau sedang apa?" tanyaku balik untuk mengganti topik.
"Aku sedang berolahraga", jawabnya. Kudengar napasnya yang terengah-engah dari seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
RomanceWARNING 19++ !! Sebenarnya ini adalah cerita keduaku. Cerita pertama sudah aku unpublished karena kurang peminatnya. Hahaaha. Cerita ini murni dari imaginasiku semata. Jadi kalau pun ada salah-salah kata, aku sebagai author yang masih amatir belum p...