~ chapter 58 : Friendship Witness

2.2K 56 0
                                    

"Jadi bagaimana rasanya kau berada di jalan yang benar, Chriss? Hahaha", goda Josephine saat membawakan nampan yang berisikan kentang goreng dan 2 gelas kopi panas.

"Kau bergurau. Di jalan yang benar? Huh, kau terlalu munafik, Jose", tukasku sambil tertawa.

"Bukankah begitu, Ms. Othman, yang terhormat?" tanya Josephine sambil menyeringai.

"Kuharap jalan benar yang kau maksud tidak membuatku merasa secanggung ini dengannya, Jose", jawabku dengan nada pelan. Spontan kening Josephine mengerut seperti meminta penjelasan.

"Yah.. Seperti yang kau lihat tadi. Semuanya begitu menyeramkan dan aneh bagiku. Kau tahu, semua orang membicarakan kami sekarang. We are like hot potatoes now", jelasku sambil mengangkat sebiji kentang goreng yang dibawakan Josephine tadi lalu memakannya dengan penuh drama.

"Jangan terlihat seperti quenn of drama saat kau di depanku, Chriss", kata Josephine sambil menatapku dengan tatapan jijik.

"Jika aku bukan sahabatmu, aku mungkin sama dengan yang lainnya saat melihat kau bersama dengan Walton. Kau tahu, isu tentang pernikahanmu pun sudah terdengar di setiap sudut Pennsylvania ini", kata Josephine. Mendengar itu, aku langsung mendengus kesal. Aku dan Walton sudah menjadi trending topic sekarang. Kupikir beberapa hari ke depan, aku akan melihat pandangan-pandangan yang menyesakkan dada itu untuk beberapa hari bahkan minggu. Aku hanya bisa berharap, aku bisa terbiasa dengan itu semua nantinya.

"Tapi semua orang tidak mengetahui sebanyak apa masalah yang selama ini kau dan Walton hadapi. Mereka tidak tahu itu, Chriss. Aku yakin, masalah berat bisa kau lewati dengan cukup baik. Apalagi hal sekecil ini. Tentu, kau bisa menanganinya", sambung Josephine.

Dia benar-benar sahabatku. Tak peduli sejelek apa namaku sekarang di segala penjuru Penn, tapi sahabatku yang ada di depanku saat ini, ada untuk menyemangatiku. Kau tahu, betapa beruntungnya aku memiliki sahabat-sahabat yang peduli padaku termasuk Carron.

"Ahh, aku baru ingat. Carron, dimana dia? Apa dia masih berada di Italia? Apa dia masih marah padaku?" tanyaku dengan sangat penasaran.

Josephine menyeruput kopi panasnya dengan sangat nikmat. Memang, di saat musim salju seperti ini, kopi panas adalah teman yang cocok untuk melewati hari.

"Mungkin dia sedang berada dalam perjalanan kembali ke sini. Aku dan dia terpisah saat kau dan Walton pulang. Sepertinya dia sangat yakin dengan Brooklyn", jawab Josephine.

Aku pun mendengus kembali. Sebenarnya aku tidak bermaksud menyakiti perasaan Carron. Aku juga tidak tahu kalau Brooks adalah pria yang Carron sukai. Semua terjadi begitu saja. Aku pergi dari mansion dan secara tidak sengaja bertemu dengannya. Itu saja.

"Aku tahu raut wajahmu itu, Chriss. Ini bukan salahmu. Semua terjadi hanya karena Tuhan ingin menempatkanmu pada orang yang salah sebelum kau menyadari orang yang tepat di hidupmu. Dan orang itu suamimu, Walton", kata Josephine dengan panjang lebar.

"Hahaha.. Kau semakin dewasa, Jose", ledekku.

"Aku juga heran mengapa aku seperti ini, seperti kata dewasa yang kau sebutkan itu. Padahal sebentar lagi kau yang akan menyongsong umur kepala dua, Chriss", ucap Josephine.

"Benarkah?" tanyaku bingung. Sama sekali aku tidak menyangka, aku akan menginjak umur 20 tahun. Rasanya baru kemarin pesta 19 tahunku. Sekarang sudah menyongsong angka kepala dua saja. Kejadian-kejadian yang kualami memang sangat meletihkan hingga aku lupa.

"Jadi apakah sang suami akan menyiapkan pesta ulang tahun untuk istrinya?" tanya Josephine dengan penuh nada drama yang dibuat-buatnya.

"Entahlah", jawabku dengan nada ragu. Karena kuyakin, Walton sangat sibuk dengan tugas-tugas perusahaannya. Tidak mungkin dia mengingat apalagi menyiapkan pesta untukku. Hahaha..

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang