~ chapter 26 : Sad News

5.9K 139 1
                                    

Silauan matahari membuatku terbangun dari tidur. Namun kedua mataku masih menyipit. Tiba-tiba Walton keluar dari dalam bathroom. Aku sedikit terkejut. Dia terlihat seperti seorang C.E.O sekarang. Eh, benar. Dia memang akan memiliki jabatan itu.

"Morning", sapanya. Aku tersenyum dengan kedua mata yang masih menyipit. Walton membalasnya dengan senyuman juga.

Dia menghampiriku dan betapa terkejutnya aku, Walton mencium keningku. Aku mematung. Dia pun kembali untuk membereskan seluruh kegiatannya.

"Aku akan melakukan itu setiap hari padamu, Chriss", ujarnya sambil mengenakan dasi.

Sejujurnya dia membuatku senang. Kau tahu, di umur kami yang masih sangat muda namun sudah menikah, ini adalah hal yang sangat manis. Aku terlena dengan setiap perlakuan yang dilakukan Walton padaku.

"Pukul berapa kau akan kembali?" tanyaku. Aku tak ingin lagi menunggunya di sofa ruang tamu sendiri. Lagi pula penthouse ini terlalu besar untukku sendiri melewati hari-hari. Jadi sudah sepantasnya dia menemaniku bukan?

"Aku akan kembali secepatnya, Chriss. Kau tahu, aku juga lelah jika harus bekerja menggantikan Ludwig seperti ini", ujarnya dengan memelas.

"..."

Aku diam tak membalas ucapannya. Memang sudah seharusnya Walton membantu ayahnya untuk mengurus perusahaan mereka. Apalagi Walton adalah putra semata wayang Ludwig.

"Apa kau dan teman-temanmu itu bersenang-senang kemarin?" lanjutnya. Tentu saja dia menanyakan hal itu. Aku sampai lupa untuk menceritakan apa-apa saja yang kami lakukan.

"Ya, begitulah. Kami menikmati Miami di sore hari. Mereka membantuku untuk berhenti memikirkanmu", jawabku tapi aku tersadar tiba-tiba.

Chriss, kau mengatakan kalau kau memikirkan Walton? Ingat, Chriss. Dia itu hanya seorang stranger. Dia bukan pria yang kau cintai, sesalku dalam batin.

"Memikirkanku?" tanyanya balik sambil mengeluarkan seringaian jahilnya.

"Sudahlah, pergi saja. Kau pasti akan terlambat", tukasku dengan mengayunkan kedua tanganku seperti mengusirnya. Dia tertawa membuatku bingung.

"Aku pemiliknya, Chriss", jawabnya dengan lantang sambil bergaya ala model. Kedua tangannya seakan-akan mengeratkan jasnya. Kedua alis matanya naik dan turun.

"Ya ya ya, aku tahu itu. Tapi kau belum menjadi pemilik yang sah, Mr. Walton", jawabku dengan memutar mataku.

"Mmm.. Begitu", katanya seperti memikirkan sesuatu.

Kemudian aku bangun dari kasur dan segera mendorongnya keluar. "Pergilah, kau harus menjadi role model para karyawanmu, Mr.Walton", ucapku yang masih mendorongnya.

Saat di depan pintu, Walton mengatakan sesuatu yang membuat kedua bola mataku membulat. "Baiklah, Ms. Walton", katanya sambil tersenyum. Sebelum menutup pintu, dia mengelus rambutku dan berkata, "Aku akan segera kembali." Aku membalasnya dengan senyuman pula lalu pintu pun tertutup.

Aku bersender di belakang pintu sejenak. Ini terlihat seperti keluarga bahagia. Kalian juga berpikir seperti itu. Aku bahkan tak percaya, dia memberiku "morning kiss" pagi ini dan katanya itu akan terjadi setiap pagi. Memang itu sangat manis. Tapi aku tak boleh sampai mencintainya.

***

"Jadi dia memberimu morning kiss?" tanya Jose tak percaya.

"Harusnya kau senang, Chriss. Orang sepertinya bisa berlaku manis padamu", kata Carron tiba-tiba. Aku dan Jose saling melirik.

Benar, Jose hanya memberitahu kalau aku dan Walton menikah. Sempat dia berpikir aku menikah karena di dalam perutku ada benih Walton. Tapi Jose membantahnya. Kalian mengetahui Carron seperti apa. Jika tidak menyangkut dengan hal-hal yang tidak masuk akal, dia tidak akan terlalu banyak bertanya dengan kata lain acuh tak acuh. Jadi Jose tidak memberitahunya detail.

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang