~ chapter 67 : I'll Miss You

3.8K 96 1
                                    

Pagi yang cerah memulihkan seluruh tenagaku yang tak tersisa karena pesta semalam. Aku tertidur pulas dan baru bangun pukul 10.00 pagi tadi. Aku merasa bersalah karena tadi saat Walton mencoba membangunkanku, aku tak menggubrisnya. Bukan hanya itu, aku juga tak membuatkan pancake kesukaaan Walton yang pernah kubuat sebelumnya.

"Bertha, Walton tadi pagi berangkat pukul berapa?" tanyaku pada Bertha yang sedang membantuku membuat makan siang untuk Walton.

"Tuan berangkat pukul 07.00 pagi tadi, Nyonya", jawab Bertha.

"Astaga. Aku tak menyangka kalau dia berangkat sepagi itu. Padahal kau tahu, acara semalam menghabiskan banyak tenaga. Tapi dia bisa mendapatkan tenaga secepat itu entah dari mana", kataku sambil menggelengkan kepalaku.

"Tuan dan Nyonya masih sangat muda. Pastilah cepat mendapatkan tenaga kembali. Berbeda dengan saya", saut Bertha.

Aku terhenti mendengar sautan Bertha saat memasukkan makanan yang sudah kumasak ke dalam tempat makanan. Seakan tidak setuju, aku berbalik karena Bertha berada di belakangku. Aku mendengus. "Kau tahu, mungkin umurmu 10 tahun lebih tua dariku. Tapi aku sangat iri karena kau tampak seperti umur 25 tahun. Kau membuat seluruh wanita yang melihatmu termasuk aku sangat cemburu", ucapku dengan nada yang sedikit mengintimidasi karena Bertha selama ini secara tidak langsung sudah mengintimidasiku dengan wajah cantik dan bentuk tubuhnya yang sangat ideal.

"Ahh, maaf Nona sangat berlebihan. Aku tidak seperti itu", kata Bertha dengan nada yang kurang setuju denganku.

"Well, lupakan itu. Jangan membuat aku terlena karena memujimu lagi dan lagi", balasku kemudian berbalik lagi dan merapikan bekal yang akan kubawa.

"Ngomong-ngomong terima kasih ya, karena kau sudah membantuku membuat makan siang untuk Walton", ucapku padanya.

"Sudah menjadi kewajibanku, Nona", balasnya.

***

Ramai, itulah suasana yang dapat kudeskripsikan siang ini. Dari kejauhan, aku melihat banyak orang yang berlalu lalang datang ke tempat yang sedang akan tuju. Tempat itu adalah The Royal Hotel, perusahaan industri perdagangan yang bergerak dibidang jasa yang terbilang masih baru karena dibangun tiga tahun yang lalu dan sekarang sudah menjadi perusahaan industri yang cukup ditakuti oleh hotel-hotel lainnya yang ada di Miami dan menjadi competitor yang sulit untuk dijatuhkan.

Dan yang lebih mencengangkan, Waltonlah yang membuat The Royal Hotel bisa sebesar sekarang ini. Karena sebelumnya The Royal Hotel adalah hotel yang cukup buruk dalam mengelola pendapatan dan pengeluarannya sebelum bergabung menjadi anggota The Othman Co. Tampaknya Ludwig berhasil menurunkan gennya dalam dunia perbisnisan pada Walton.

"Pulanglah. Aku akan menghubungimu nanti karena kurasa aku akan sedikit lama di sini", kataku pada supir baru yang membawaku.

"Baik, Nyonya", jawabnya. Lalu aku keluar dari mobil dan masuk ke dalam hotel sambil membawa bekal makan siang yang tadi.

"Selamat siang, Nona! Ada yang bisa saya bantu?" kata seorang pria yang berdiri di lobby dekat pintu masuk.

"Saya ingin bertemu Walton Othman. Di manakah ruangannya?" tanyaku pada pria tersebut.

Entah mengapa pria itu melihatku dari mulai bawah sampai ke atas dengan teliti. Memang, aku memakai pakaian yang santai sekali dan sedikit agak terbuka. Namun tetap saja tindakannya itu cukup tidak sopan buatku. Mencoba untuk tetap ramah, aku tersenyum. Kemudian aku bertanya kembali.

"Maaf, ada apa?" tanyaku pada pria penjaga pintu itu yang memakai seragam abu-abunya yang senada dengan pegawai-pegawai lain yang sempat kulirik.

"Tidak, Nona. Hanya saja, Mr. Othman adalah direktur utama di tempat ini. Jika boleh tahu, ada keperluan apa Nona bertemu dengannya?" tanyanya sekali lagi. Aku mengerutkan keningku. Mungkin pria ini belum mengenalku atau memang baru saja bekerja di tempat ini.

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang