"Kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.
Aku pun menunduk. Dia mengangkatku ala bridal style di depan orang-orang. Semuanya ada yang bersiul dan ada yang bertepuk tangan. Seketika aku merasa malu. Darren pun berjalan sambil membawaku ke sebuah kafe terbuka di luar. Dia meletakkanku ke sebuah sofa.
Kedua matanya menatapku khawatir. Tapi dia kemudian tersenyum, seakan-akan dia mencoba untuk menenangkanku. Sesuatu terbersit dalam pikiranku.
"Darren, mengapa kau ke sini?" tanyaku dengan kedua mata menyipit.
"Aku sebenarnya mengikuti Carry sejak tadi pagi. Tapi aku sempat kehilangan jejak. Aku tidak percaya, kau juga berada di sini. Kau mengatakan sedang mengerjakan sebuah bisnis di sini.." kedua mataku membulat "Apa kau bersama mereka?" lanjutnya.
Aku menelan ludahku.
"Ya, mereka mengunjungiku ke sini", jawabku.
"Sudah kuduga", balasnya.
Kemudian seorang pelayan pria menghampiri kami. Dia memberikan buku menu pada Darren. Tapi dia menolak.
"Kau bisa membawakan kami makanan yang sering dipesan orang-orang. Tapi harus makanan berat", katanya pada pelayan itu.
Pria itu pun mengiyakan. Aku yakin, sama seperti Carron dan Jose, Darren tengah lapar. Mungkin saja dia tidak makan sesuatu sejak tadi. Kemudian aku mendengar kembali ponselku berdering. Aku pun memutuskan menerima panggilan itu.
"Halo, kau di mana? Aku tak melihatmu di tempat yang tadi", kata Carron yang sedikit panik.
"Aku sekarang bersama saudaramu, Muizy", jawabku sambil tersenyum pada Darren.
"Apa? Bagaimana bisa dia bersamamu, Chriss?" tanyanya. Aku yakin kedua matanya membulat sekarang.
"Saudaramu akan mengatakan bagaimana dia mengikutimu diam-diam, Muizy", tukasku.
Sekarang Darren membulatkan kedua matanya. Mungkin dia panik kalau Carry akan tahun dia mengikutinya. Bisa-bisa akan terjadi konflik yang tak diinginkan. Aku juga harap-harap cemas.
"OK. Sekarang kau berada di mana?" tanyanya.
"Aku berada di sebuah kafe yang tempatnya ini berada di luar. Aku juga sedang menginjakkan pasir putih", jawabku sambil tersenyum.
"Chriss, bisakah kau mengatakan hal yang lebih spesifik seperti apa nama kafe itu. Tapi sudahlah, aku tahu kau di mana. Katakan pada Darren, aku akan membunuhnya", ucap Carron dengan keras.
Aku pun tertawa kemudian memutuskan panggilan itu. Darren terlihat bingung karena dia tidak tahu apa yang dikatakan saudaranya itu. Seorang pelayan pun datang membawa makanan yang tadi dipesan Darren. Sesudah meletakkan semuanya di atas meja, pelayan itu pergi.
"Chriss, mengapa kau tertawa?" tanya Darren. Benar, dia penasaran dengan perbincanganku dengan Carry.
"Katanya dia akan membunuhmu", jawabku kemudian tersenyum jahil.
"Dasar wanita gila", celetuk Darren kemudian menggeser makanan yang tadi padaku. Darren hanya memesan satu piring saja. Kemudian aku mengernyit. Bukankah dia yang ingin makan?
"Darren, kau lebih membutuhkannya", tolakku.
"Kau bahkan terjatuh dua kali di tengah keramaian. Untung saja ada aku", candanya.
Aku pun tersenyum padanya. Dia benar-benar pria yang perhatian. Tapi sungguh, bukan itu masalahnya.
"Tidak. Aku sudah makan tadi", jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
RomansWARNING 19++ !! Sebenarnya ini adalah cerita keduaku. Cerita pertama sudah aku unpublished karena kurang peminatnya. Hahaaha. Cerita ini murni dari imaginasiku semata. Jadi kalau pun ada salah-salah kata, aku sebagai author yang masih amatir belum p...