Selama dalam perjalanan menuju bandara, kata-katanya tadi membuatku membisu sampai sekarang. Betapa bodohnya aku. Seharusnya aku mencari tahu sedikit saja hal pribadi tentangnya. Hari lahir saja aku tidak tahu apalagi tentang karakternya. Sepertinya aku masih buta jika ditanya tentangnya.
"Apa kau tidak ingin makan sesuatu, Chriss?" tanya Walton tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
"Aku tidak selera", jawabku singkat.
"Apa kau benar-benar sakit?" tanyanya lagi dengan nada yang begitu khawatir di tengah makan siangnya. Belum sempat kujawab, Walton menyuruh Bertha untuk mengambil sesuatu. "Bertha, bisakah kau meminta pada pramugari healthy box? Tolong bawakan kemari", perintahnya sambil mengelus bahuku dengan raut wajah yang sangat khawatir.
"Apa kau benar-benar khawatir jika aku sakit?" tanyaku padanya sambil menatap wajahnya yang khawatir itu dengan sangat dalam. Wajahnya berubah menjadi raut kebingungan.
"Aku tidak apa-apa. Tapi hatiku yang benar-benar sakit", ucapku dengan nada sendu. Aku tidak bisa lagi menahan semuanya. Aku benar-benar istri yang tidak peduli tentang suaminya sendiri. Sementara Walton adalah suami yang sangat baik, peduli, sekaligus tampan. Saat aku pergi dulu, aku tahu dia selalu menungguku di penthouse kami, Miami. Sampai akhirnya dia menemukan wanita penggantiku. Memikirkan itu semua, air mataku jatuh.
"Kau menangis? Ada apa denganmu, Chriss? Apa ada seseorang yang mengancanmu, menjahatimu, atau membuatmu terluka?" tanyanya bertubi-tubi.
"Maafkan aku", ucapku di sela-sela tangisku.
"Mengapa?" tanyanya masih dengan raut kebingungan dan khawatir.
Tak lama, aku pun memeluknya dengan sangat erat. Aku menangis karena sudah menyia-nyiakan orang sebaik dia. "Aku sangat mencintaimu", kataku. Walton membalas pelukanku dan mengelus punggungku dengan sangat lembut. "Aku juga", balasnya. "Aku tidak akan pernah melakukan hal-hal bodoh lagi, meninggalkanmu, dan bertengkar padamu. Aku akan mengalah. Aku mencintaimu", lanjutku lagi dengan air mata yang masih bercucuran.
"Aku juga tidak akan pernah mempermasalahkan wanita penggantiku selama aku melakukan hal-hal bodoh dulu", sambungku dengan hati yang penuh berat. Meskipun aku mengatakan seperti itu, namun entah mengapa hatiku begitu kesal. Aku mungkin saja cemburu. Tapi anehnya, ada perasaan bodoh yang menyelimuti hatiku. Kemudian Walton melepaskan pelukanku. Dia menatapku tapi aku malah menunduk.
"Wanita pengganti? Siapa?" tanyanya dengan nada menuntut tetapi pelan.
"Lunna. Aku tahu, saat aku keluar dari sana, wanita itu yang selama ini menjagamu", jawabku masih dengan posisi menunduk.
"Lunna adalah bagian dari masa laluku. Dan kau, Chrisella Werner Othman, kau adalah sekarang dan masa depanku. Tidak ada wanita pengganti lain, sayang, termasuk saat kau pergi meninggalkanku. Karena tubuhku, hatiku, dan jiwaku hanya milikmu", katanya dengan nada yang meyakinkanku bahwa dia benar-benar mencintaiku.
Mendengar itu aku memberanikan diri untuk menatapnya dan menciumnya. Walton juga membalas ciumanku dengan sangat dalam. Untuk beberapa saat kami melepas ciuman hangat itu. Kami tertawa dan Walton menghapus air mataku. "Aku sangat mencintaimu", ucapnya lalu mencium keningku.
***
"Bertha, kau tahu aku sangat bahagia sekarang", ucapku sambil menari-nari di antara rumput yang tumbuh rapi di taman belakang kecil kami."Aku bisa melihat itu, Mrs. Othman", kata Bertha sambil merangkai bucket bunga mawar putih. Bertha juga terlihat ikut bahagia dengan perasaanku sekarang.
Aku senang Bertha ada di sini bersamaku. Dia bisa menemaniku jika aku kesepian. Seperti sekarang ini, Walton pergi meeting dengan partner kerjanya sejak tadi pagi. Jika aku sendiri di sini, penthouse ini akan terasa membosankan. Aneh, kupikir kami ke sini untuk liburan atau semacam honeymoon. Yaa meskipun bukan honeymoon dalam arti yang sebenarnya. Tapi ternyata ini hanya perjalanan bisnis Walton saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
RomansaWARNING 19++ !! Sebenarnya ini adalah cerita keduaku. Cerita pertama sudah aku unpublished karena kurang peminatnya. Hahaaha. Cerita ini murni dari imaginasiku semata. Jadi kalau pun ada salah-salah kata, aku sebagai author yang masih amatir belum p...