Semua hal yang kulalui sekarang ini bersama Walton terasa begitu membuatku bahagia. Rentetan semua hal manis yang dilakukan Walton muncul diingatanku satu per satu dan itu membuatku tersenyum di sepanjang jalan menuju lobby. Meskipun dia akan pergi untuk perjalanan bisnisnya, tapi itu tidak masalah untukku. Aku bisa bermain dengan Josephine dan Carron. Mereka tidak akan membuatku kesepian.
Saat sudah di lobby hotel, seorang penjaga pintu yang mencegatku tadi segera tersenyum ke arahku dan berkata, "Semoga harimu menyenangkan, Ms. Othman. Dan maaf, aku sempat tidak mengenali Anda." Aku membalasnya dengan senyuman. Sebenarnya itu bukan salahnya sepenuhnya dan kurasa itu tidak menjadi masalah besar. "Bukan masalah besar. Saya pergi dulu", jawabku dan dia langsung melenggangkan tangannya ke arah pintu seakan mempersilakan dan memberiku jalan.
***
"Apa kita akan langsung pulang, Nyonya?""Hmmm", jawabku mengiyakan pertanyaannya.
Namun aku teringat pada perjalanan bisnis Walton besok. Meskipun terdengar sedikit naif, aku ingin mengisi sendiri barang-barang yang akan dibawanya besok. Jadi aku mengubah ucapakanku yang sebelumnya. "Sebentar. Kita ke salah satu toko perbelanjaan dulu. Ada yang harus kubeli", kataku. "Baik, Nyonya", balas supir itu.
***
"Hmmm. Aku harus beli setelan yang bagaimana ya?" tanyaku pelan pada diriku sendiri sambil melihat-lihat berbagai setelan yang sudah dipajang."Permisi, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita yang memakai setelan baju dan rok yang berwarna hitam sebagai dasar warnanya dan memiliki dua garis merah di antara bahu hingga ke lengannya. Sepertinya dia adalah karyawan yang ada di tempat ini.
"Hmmm. Saya ingin setelan yang sangat best seller dan tolong berikan saya beberapa pilihan", jawabku.
"Untuk Anda?" tanyanya balik sepertinya untuk memastikan.
"Ohh tidak. Untuk suamiku", jawabku.
"Ternyata Anda sudah memiliki seorang suami. Anda begitu beruntung menemukan jodoh begitu cepat padahal saya sudah lama mencari tapi tidak ..", katanya panjang lebar hingga aku memotong pembicaraannya.
"Tolong ambilkan saja", pintaku.
"Maafkan saya, Nona. Saya sudah berbicara hal yang tidak penting pada Anda. Sebentar, saya akan mengambil setelan terbaik untuk suami Anda", katanya sambil pergi ke antara setelan yang dipajang.
Sebentar aku mengambil ponselku untuk melihat apakah ada notifikasi yang masuk. Tapi ternyata tidak ada. Kemudian aku menaruhnya kembali ke dalam tasku. Beberapa saat kemudian, wanita itu datang kembali sambil menarik tiga jenis setelan sekaligus yang sudah dipajang di patung dengan menggunakan alat khusus beberapa toko pakaian.
"Nona, ini saya membawa tiga jenis setelan yang merupakan keunggulan dari desainer di toko kami", jelas wanita itu.
Aku melihat dengan saksama ketiga jenis setelan itu. Memang setelan-setelan itu terlihat sangat mewah namun ada satu setelan yang cukup menarik perhatianku. Aku mencoba untuk menyelidik sesuatu apa yang membuat dia berbeda dengan kedua setelan lainnya.
"Itu adalah setelan terbaik kami. Hanya ada 5 setelan jenis ini yang kami keluarkan", kata wanita itu tiba-tiba. Tampaknya pandanganku terlalu spesifik hingga wanita itu menyadari apa yang aku perhatikan.
"Hmmm.. Apa yang membuat dia berbeda dengan yang lainnya?" tanyaku sambil masih memperhatikan setelan itu.
"Bahannya. Desainer kami membuatnya dari kain wol domba Merino. Setelan yang lainnya terbuat dari serat terlangka", jelasnya. Aku mengangguk sambil menyadari toko yang sedang kukunjungi. Kiton. Aku menelan ludahku segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
Roman d'amourWARNING 19++ !! Sebenarnya ini adalah cerita keduaku. Cerita pertama sudah aku unpublished karena kurang peminatnya. Hahaaha. Cerita ini murni dari imaginasiku semata. Jadi kalau pun ada salah-salah kata, aku sebagai author yang masih amatir belum p...