~ chapter 37 : The First Snow Fell

5.9K 105 5
                                    

Tok..tok..tokk

Aku terbangun ketika mendengar bunyi pintu yang diketuk sangat keras. Kuarahkan lututku pada tubuh Brooks yang sedang bersandar pada sofa. Dia sedikit meronta ketika lututku menggerakkan tubuhnya. Tapi lama-kelamaan dia akhirnya menyerah dan kemudian menoleh padaku.

"Kau dengar pintu itu?" tanyaku sambil mengarahkan daguku ke pintu. Dia kemudian meliriknya sebentar lalu bangkit untuk membukanya.

Ketika aku ingin melanjutkan tidurku, aku terkejut. Ketika melihat orang yang sedari tadi mengetuk pintu dengan keras adalah seorang wanita yang penampilannya sangat kacau. Aku mengernyit bingung. Dan untuk sepersekian detik, wanita itu mendaratkan bibirnya pada Brooklyn. Kedua bola mataku seketika membulat.

Wanita itu terlihat seperti haus nafsu. Aku mendengus. Lalu aku menyeringai. Benar yang dikatakan Nicholas kalau Brooks adalah seorang bajingan. Mungkin wanita ini adalah salah satu one-nightstand-nya. Kau tahu, Brooks sama sekali tak menolak atau semacamnya. Dan wanita itu juga seperti tak menyadari aku di sini menyaksikan dua insan yang sedang bercumbu.

Lalu aku berdiri dan pergi ke dapur. Tanpa basa-basi, aku mengambil alat penggorengan dan spatulla stainless kemudian memukuli keduanya. Ini sangat menarik. Kudengar wanita itu mengumpat.

"Siapa itu?" tanya wanita itu. Aku pun menghentikan kejailanku di dapur. Aku mendengar suara dari heels wanita itu ke dapur. Saat kedua mata kami bertemu, wanita itu terlihat menyeramkan. Matanya membulat dan wajahnya seperti berubah menjadi banteng untuk menyerudukku.

"Who are you, Bitch?" umpatnya padaku. Aku tersenyum jahil tak percaya.

"Brooklyn, bisa kau jelaskan dia siapa?" tanyanya kembali pada Brooks yang tiba-tiba datang.

Brooks tidak menjawab.

"Biar aku yang menjelaskan. Pertama, I'm not bitch but you are. Kedua, kau tak perlu tahu siapa aku", jelasku sambil menyeringai. Begitu pun juga wanita itu.

"Apa kau salah satu jalangnya?" tanyanya kembali sembari menaikkan alisnya. Aku mengernyit tak percaya.

Saat hendak menjawabnya, Brooks menyelaku. "Dia adalah kekasihku, tunanganku", katanya sambil melirikku.

Kedua mataku sontak membulat, wanita itu juga. Aku tak percaya dia mengatakan itu. Bagaimana mungkin, aku adalah istri dari sahabatnya sendiri, Walton. Dan kini dia mengatakan aku adalah tunangannya? Aku hanya bisa mendengus pasrah.

"Apa? Tidak mungkin. Kau milikku, Brooks", kata wanita itu. Aku tak percaya, sekarang aku menyaksikan drama asmara sekarang.

"Kau hanya ingin milik hartaku bukan, Miley?" tanya Brooks sembari menyeringai. Wanita itu mematung dan kemudian menangis sambil berlari. Kupikir wanita itu pergi karena kudengar pintu terbuka lalu tertutup kembali.

Brooks kemudian melirikku sebentar lalu pergi meninggalkanku. Aku berjalan untuk bisa melihatnya. Kalian tahu, aku harus meminta penjelasan darinya sekarang juga. Jika dia tidak memberiku alasan yang tepat, aku akan membunuhnya.

"Brooks, bukankah kau harus mengatakan sesuatu padaku?" tanyaku sambil mengikutinya dari belakang.

"Soal wanita itu? Ohh.. come on, dia bukan siapa-siapa", katanya lalu duduk di sofa.

Bukan itu, bodoh, umpatku dalam batin.

"Sudahlah, aku akan membersihkan tubuhku dulu", ucapnya sambil membereskan kertas-kertasnya yang berserakan.

"Tidak, Brooks. Kau tadi mengatakan kalau aku kekasihmu sekaligus tunanganmu. Bisa kau jelaskan itu?" tanyaku dengan serius. Lalu dia menatapku.

"Aku tak ingin membahas itu, Ms. Werner", ucapnya kemudian naik ke atas. Aku menyeringai tak percaya. Dia menghidari pertanyaanku itu. Lalu aku pun pergi ke atas untuk membersihkan tubuhku juga.

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang