Walton POV
-----------------------------
"Aku harus pergi. Chrisella membutuhkan aku. Kau pergilah! Jangan menghalangiku!" perintahku pada Andrew yang sekarang menarik tanganku karena baru saja aku meninggalkan ruang rapat."Tapi Mr. Othman, Anda akan kehilangan banyak kerugian nantinya. Tolong pikirkan kembali", kata Andrew dengan nada yang penuh cemas.
"Apa katamu? Kau tahu kalau istriku pingsan? Haaa? Persetan dengan semua kerugian!" seruku padanya sambil pergi dengan terburu-buru menuju elevator.
"Maafkan aku, Chriss. Aku akan pulang", kataku ntah pada siapa. Aku melihat pada layar kecil penunjuk di mana letak elevator sambil memikirkan bagaimana keadaan Chrisella dengan sangat cemas. Bagaimana mungkin dia sampai begitu, padahal tadi pagi kami masih saling bercanda di telepon? Ini salahku! Aku meninggalkannya terlalu lama. Kataku pada diriku sendiri sambil berjalan ke kanan dan ke kiri. Rasanya elevator ini tidak berfungsi sama sekali. Ahhhhhhh... teriakku kemudian memukul dinding di sebelah elevator sambil menundukkan kepala.
Beberapa saat kemudian,
Ting..
Pintu elevator pun terbuka. Aku mengangkat kepalaku kemudian hendak masuk ke dalam. Tapi tiba-tiba aku melihat si keparat Brooks berdiri di dalam sana dan hendak keluar.
"Oow.. Lama tidak berjumpa, Mr. Othman", katanya dengan nada yang sangat membuatku jengkel.
"Minggir! Aku buru-buru", balasku kemudian hendak masuk. Tapi Brooks semacam ingin berlama-lama di dalam elevator.
"Apa kau tidak ingin keluar? Dan untuk keperluan apa kau datang ke kantorku?" tanyaku sambil menatapnya heran.
"Wow.. Kupikir kau menyerah dengan proyek ini, Walton", jawab Brooklyn dengan nada yang menantang.
"Apa maksudmu?" tanyaku lagi.
"Hmmm.. Beberapa bulan lalu, kau boleh saja berhasil merebut kembali Chrisella. Tapi kali ini, aku yang akan merebut proyek yang sedang kau tangani", jawab Brooklyn dengan percaya diri.
Lalu aku menyadari kalau Brooklyn adalah salah satu pesaing perusahaanku. Ternyata dia memiliki perusahaan juga di Dubai. Tapi aku tidak semudah itu bisa dikalahkan. Chrisella yang sama sekali tidak mencintaiku bahkan tidak menganggapku sebagai suami dulu, kini aku bisa membuatnya membalas cintaku. Perusahaan bukanlah segalanya. Aku tahu, aku bisa mengalahkan pesaing-pesaing seperti perusahaan Brooks sekalipun.
"Bermimpilah sesuka hatimu, Brooks. Kau tidak akan bisa mengalahkanku", kataku dengan nada lebih percaya diri sambil menyeringai.
Brooklyn menatapku dengan penuh kemarahan sambil tersenyum kecut. "Kau akan melihatnya, Mr. Othman", katanya dengan nada yang mengancam. "Jika sudah, tolong keluar. Aku masih ada hal yang lebih penting dari sekadar membahas ini", kataku lalu melayangkan tanganku ke depan seakan mempersilakan Brooks keluar.
Setelah dia keluar dan pintu tertutup, aku mengambil ponsel dari saku celanaku lalu mengirim pesan pada Andrew. Aku tidak boleh lengah. Karena memang, perusahaan Brooks adalah salah satu pesaing terkuat di Dubai. Itu bisa saja kukatakan karena dia membawa file-file yang sampulnya sangat fenomenal di pikiranku.
To : Andrew
Andrew, ini aku Walton.
Kau harus bisa mengatur semuanya dengan baik. Jangan sampai serigala jelek bisa mengambil daging yang sudah kudapatkan. Kau tahu harus melakukan apa. Aku mengandalkanmu.Setelah pesannya terkirim, aku memasukkan kembali ponselku lalu menunggu elevator sampai di lantai bawah, lobby. Saat sudah sampai, aku keluar lalu cepat-cepat menyuruh seorang pris yang berdiri di depan pintu masuk mengambil mobilku. Tidak butuh waktu lama, akhirnya mobil sampai di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
RomanceWARNING 19++ !! Sebenarnya ini adalah cerita keduaku. Cerita pertama sudah aku unpublished karena kurang peminatnya. Hahaaha. Cerita ini murni dari imaginasiku semata. Jadi kalau pun ada salah-salah kata, aku sebagai author yang masih amatir belum p...