Hy Guyss..
Maaf banget aku beberapa hari ini ga ngepost karena lagi sedikit sibuk heheh (beneran sibuk sedikit aja). But I wrote this chapter, yays. Thank you banget buat kalian yang sudah mulai ada meramekan my wattpad story ini. Sering-sering ngevote yah guyss dan juga ngekomen kalau ada yang perlu dikoreksi. Aku juga tunggu tanggapan kalian for this chapter! See you on the next chapter..
Love you all of my readers...
With love,
lestari
xoxo
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rasanya sesak, pikiranku dipenuhi dengan pria itu. Pria yang membuat keluargaku hancur, berduka sepanjang masa. Dia, dia, aku membenci dia. Tapi aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri. Ada rasa kerinduan yang terselip di dalam rasa kebencian. Awalnya tipuan manisnya membuatku jatuh dalam sebuah perasaan yang sama sekali tidak kumengerti. Aku menangis, berusaha memutar pikiranku agar tidak selalu memikirkannya. Jika aku masih memikirkan dia, aku akan menjadi seorang puteri kecil yang mengkhianati keluargaku.
"Ayah, maafkan aku. Takkan kubiarkan segala tentang dia merebut pikiranku. Aku berjanji. Aku akan membuat dia mengakui kesalahannya di depan Ibu. Maafkan aku", tangisku di dalam kamar.
Air mataku terus-menerus jatuh. Kedua lututku lemas seperti tak mampu menopang tubuhku lagi. Aku pun tersungkur, menunduk. Semua hari-hari yang pernah menjadi milikku dan Walton satu-per-satu hadir dalam pikiranku. Tak kuasa menahan itu semua, aku berteriak sekeras mungkin sambil menangis. Kuharap itu bisa mengurangi kesesakan yang sedang kualami sekarang.
"Chriss, what's going on? Open the door", teriak Brooklyn dari balik pintu kamar sambil mengetuk-ngetuk. Aku tetap menangis, sama sekali tak menggubris Brooks yang berteriak agar aku membuka pintunya. Sebenarnya aku merasa tak mampu berdiri, tenagaku habis. Kudengar suara dobrakan pintu kamarku tepat di belakangku menguasai ruangan. Aku terkejut. Suara langkah kakinya mendekatiku sedangkan aku tetap menunduk.
"Chriss.."
"What happen to you?" tanyanya sambil menangkup wajahku dalam kedua tangannya.
Matanya terlihat sedih, seakan ikut dalam perasaanku sekarang. Tak kuat untuk menopang semua beban yang sedang kualami, aku langsung memeluknya erat. Aku ingin memberitahunya tentang semuanya. Tapi aku tak bisa, dia akan membenciku juga. Aku tinggal bersamanya sementara aku adalah istri dari sahabatnya sendiri. Apalagi tampaknya Brooks sangat peduli dengan keadaan Walton sekarang. Itu terbukti ketika Pierro datang dan membuat perasaan Brooks gelisah. Tapi aku berharap Brooks bukanlah seorang pengkhianat seperti Walton. Aku bisa menerima kalau dia seorang bajingan, tapi tidak seorang pengkhianat. Dia satu-satunya pria yang bisa menjadi tempat perlindunganku sekarang dari seorang Walton dan juga keluarganya.
"Hey.. Tenanglah, aku bersamamu", ucapnya sambil menepuk-nepuk pundakku pelan. Entah mengapa, hatiku merasa tenang dan damai. Kurasa dia berhasil membuat air mataku yang jatuh sedikit berkurang.
"Kuharap kau adalah orang yang tepat untuk aku bersandar sekarang, Brooks", ujarku pelan. Seakan mengerti dengan ucapanku, Brooks mengelus lembut rambutku. Cukup lama kami tetap berada di posisi seperti itu dan emosiku yang telah keluar membuatku lelah. Kedua mataku ingin segera tertutup. Padahal aku tahu, kedua mataku masih kaku karena air mataku yang sudah mengering di sudut-sudut mataku. Tapi dia akhirnya tertutup dan aku pun tertidur dalam pelukan Brooklyn.
***
[ WALTON POV ]
Sejak pertengkaranku dengan Chriss dan akhirnya dia meninggalkanku, hidupku kacau. Pikiranku dipenuhi tentangnya. Kepergiannya menjadi duka buatku. Sama sekali aku tak seperti yang diucapkannya. Tapi aku tak bisa berkutik ketika beberapa foto menunjukkan aku bersama keluarga besarku termasuk tante Rose dan suaminya. Beberapa cetakan artikel yang menyebutkan bahwa keluarga Othman menyimpan dendam pada keluarga Werner yakni keluarga Chrisella sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
RomanceWARNING 19++ !! Sebenarnya ini adalah cerita keduaku. Cerita pertama sudah aku unpublished karena kurang peminatnya. Hahaaha. Cerita ini murni dari imaginasiku semata. Jadi kalau pun ada salah-salah kata, aku sebagai author yang masih amatir belum p...