[ WALTON POV ]
Saat menikah dengan wanita yang kini melemah di hadapanku ini, aku merasa duniaku benar-benar hidup. Chrisella Werner. Wanita yang pertama kali berhasil membangun duniaku. Dunia yang bisa disebut orang-orang sebagai dunia hitam tanpa ada secuil putih yang melekat.
Senyumnya dan tawanya selalu berhasil mengalihkan pandanganku. Aku sangat beruntung bisa memilikinya untuk sementara waktu. Ya, aku dengan terpaksa mengatakan hanya tiga tahun. Karena kutahu dia ingin mengakhiri hubungan yang baru saja membuatku sedikit lebih berwarna. Kau tahu, aku kecewa ketika aku tahu wanita yang menjadi istriku kembali pada kekasihnya. Aku merasa seluruh harapan yang ingin kubangun dengannya seketika hancur. Tapi aku menahan keras untuk tidak terlihat kecewa. Aku belum yakin, Chriss dan aku bisa bersama.
"Jangan bercanda, Walton. Kau bisa kubunuh sekarang juga", katanya lirih tak percaya.
Aku masih tetap memeluknya erat berharap bisa memberikan kekuatan. Kudengar, Chriss menangis lalu memukul-mukul pundakku. Hatiku perih mendengarnya menangis. Mengapa wanita jahat seperti Rose bisa menjadi tanteku? Aku tidak bisa mendengar wanita yang sangat kucintai menangis dan menjerit seperti ini.
"Aku akan membereskan semuanya, Chriss. Percayalah padaku", ujarku sambil menepuk lembut pinggangnya.
Chriss masih menangis, berteriak dan menggenggam erat rambutku. Aku tahu, dia sangat terpukul. Matt telah meninggal. Itu semua karena Rose, adik ibuku yang menyimpan dendam pada keluarga Werner. Saat aku menikah, Rose memberiku mawar hitam. Aku benci hitam. Dia seakan mengancamku tentang Chriss. Tapi aku tak mungkin membiarkan Rose menghancurkan kebahagiaanku yang semu ini. Aku akan menjaga Chriss selama menjadi istriku dan bahkan tidak lagi menjadi istriku.
***
Aku membawa Chriss dengan pesawat jett pribadi keluargaku. Sepanjang di udara, Chriss tak henti-hentinya menangis. Aku tak bisa melihatnya begitu. Apalagi ini semua karena Rose-si wanita gila itu. Tunggu aku, Rose, ancamku dalam batin.
"Mr. Othman, anda ingin minum kopi hangat?" tawar salah satu pramugari.
Aku menatapnya tajam. Berani-beraninya dia menawarkanku kopi di saat istriku sedang terpukul. Aku akan memecat wanita sialan ini.
"Kau, apa kau buta atau tidak bisa membaca situasi? Seusai ini, kau tak perlu kembali bekerja selamanya", ancamku dengan tajam. Dia menunduk dan mengeluarkan air mata. Aku menyeringai. Dia terlihat menjijikkan.
"Tuan maafkan aku", ucapnya sambil menitikkan ai mata.
Tiba-tiba kurasakan sentuhan yang membuatku memadam. Kulihat tangan mungil Chriss menyentuh lembut rahangku yang sudah mengeras. Entah mengapa hatiku yang sudah membara karena ketidaksopanan pramugari bodoh itu mulai menghilang.
"Walton, sudahlah. Dia hanya melakukan yang terbaik", katanya dengan mata yang masih sembap. Sesekali dia sesenggukan. Matanya sudah membengkak. Rambut tak teratur lagi. Tapi dia masih terlihat cantik.
"Kali ini kau kumaafkan", alhasil kata-kata itu keluar dari mulutku. Dia mengusap air matanya. Aku masih tak percaya, Chriss selalu berhasil membuatku memadam. Dia dapat melunakkan hatiku yang mengeras.
"Terima kasih, Tuan", ucap pramugari bodoh-sialan itu.
"Tidak. Bukan padaku, tapi pada istriku", kataku. Chriss menatapku heran. Seketika aku tersadar mengatakan dengan terang-terangan bahwa Chrisella adalah istriku. Aku tahu, pasti dia tidak terima dengan ucapanku. Aku pasrah jika dia membunuhku.
"Terima kasih atas kebaikanmu, Ms. Othman", ucap pramugari itu lagi.
Chriss kembali menatap pramugari itu dan membalasnya dengan senyuman tulusnya. Senyuman yang terasa sangat damai meskipun ditutupi oleh duka yang dilandanya. Aku beruntung bisa melihatnya tersenyum di sela-sela kedukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
RomanceWARNING 19++ !! Sebenarnya ini adalah cerita keduaku. Cerita pertama sudah aku unpublished karena kurang peminatnya. Hahaaha. Cerita ini murni dari imaginasiku semata. Jadi kalau pun ada salah-salah kata, aku sebagai author yang masih amatir belum p...