~ chapter 19 : Going Away

6.1K 150 2
                                    

"Apa? Jadi rumor tenang kau dan Mr. Othman itu benar?"

"Apa maksudmu? Rumor apa?"

"Sudah kuduga. Ohh, Chriss.. Semua orang-orang di Penn sudah tahu kau dan Walton terjadi sesuatu. Aku tidak menyangka kau dengannya sudah melebihi dari sekadar rumor itu, Chriss", ujarnya sambil berdiri dan menggerakkan tangan ke atas.

"Aku lega. Ku.. kuharap kau tidak memberitahu orang lain, Jose", kataku tersedu-sedu.

"Ya ya ya. Tapi lihat, kau membuat penthouseku memburuk sekarang. Huh", katanya yang menunjuk ke bawah.

Aku baru menyadari kalau hampir seluruh kertas tissue habis dan sekarang mereka sudah memenuhi sekitar sofa. Kulihat Jose mengambil nampan dengan dua gelas teh di atasnya. Aku mendengus karena Jose begitu polosnya menghampiriku. Seharusnya dia membawa sebotol vodka dari lemari esnya. Itu akan membuatku sedikit lebih tenang.

"Apakah kau tidak menyetok sebotol anggur atau vodka di lemari esmu itu?" tanyaku sambil sesenggukan dan mengelap air mata yang tersisa di pipiku dengan tangan.

"Tidak. Kau tidak bisa meminum anggur bahkan vodka sekarang, Chriss. Aku tidak akan membiarkan penthouse ini lebih buruk lagi", ucapnya dan menggeleng-gelengkan kepala dan tangannya.

"Please, give them to me, Josephine Robertson!" ucapku dengan bibir yang mengerucut.

Jose tetap menolak untuk memberikanku vodka yang ada di lemari esnya. Karena tidak tahan lagi, aku berlari ke lemari es itu kemudian hendak membukanya. Tapi tangan dari Jose menahannya, aku menjadi kesulitan. Aku meringis padanya.

"Apa kau tidak sahabatku, Jose?" tanyaku dengan tetap mengerucutkan bibir.

Jose menggeleng.

"Aku bukan sahabatmu", dia menyeringai. "Lagi pula, aku heran kenapa kau tidak ke rumah Carron?" lanjutnya.

Aku yang masih mencoba menarik gagang lemari es tetap masih kesulitan. Aku pun mencelos dan menyerah. Mendorong lebih kuat dibanding menarik.

"Kau tahu, aku sedang tidak ingin bertemu banyak orang, Jose!" tukasku dan kembali berjalan ke ruang tamu.

"Banyak orang? Siapa? Bukankah Carron menetap sendiri di rumahnya?" tanyanya kemudian duduk di sebelahku. Kini kami duduk di tempat kami semula tadi.

"Dia memiliki seorang kakak, Jose", jawabku.

"Ohh? Aku baru mengetahuinya. By the way, apakah kau ikut ke pesta perpisahan itu, Chriss?"

"Tidak. Aku tidak akan pernah datang ke pesta bodoh seperti itu", jawabku.

"Ayolah, Chriss. Kau sedang kacau sekarang. Lihat dirimu! Begitu menyedihkan", katanya dengan membuat tampang menyedihkan.

***

Keesokan harinya, aku bangun pukul 09:00 a.m. Kemudian aku bercermin. Betapa terkejutnya aku melihat diriku sekarang. Kedua mataku membulat saat melihat pantulan diriku di cermin. "Apa? Chriss, apakah kau itu?" tanyaku sendirian. "Yes, you are", jawab Jose yang tiba-tiba bangun. Kedua matanya masih menyipit.

"Aku akan mandi. Apa kau memiliki pakaian yang lain untukku, Jose?" tanyaku dari pantulan cermin.

Dia menggeleng.

"Kau pakai saja lagi pakaian itu", jawabnya.

"Kau buruk, Jose", ucapnya.

"Beli saja", katanya dengan seringaian jahil.

"Aku tidak membawa dompet dan kartu-kartuku, Jose. Aku datang dengan hanya bathrobe saja", jelasku.

"OK. Ambil saja sesukamu", akhirnya dia yang menyerah kali ini.

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang