~ chapter 78 : Divorce

3.3K 72 9
                                    

Aku meneguk sisa dari botol ketiga vodka sambil duduk bersandar di bawah sofa. Entah mengapa, aku merasa seperti dikhianati wanita untuk kedua kalinya. Kau tahu, aku mencintai Chrisella. Tapi mengapa di pikiranku, wajah Natalie selalu hadir. Menatapku kemudian tersenyum. Aku bingung. Jika kalian menyalahkanku, coba kalian membantu sedikit saja kali ini. Jelaskan. Perasaan apa yang ada di hatiku sekarang. Kehilangan?

Atau benarkah bahwa perasaan ini hanya sementara? Apakah mungkin aku bisa kembali bertemu Chrisella dengan perasaan seperti ini? Dan undangan ini, bullshit. Bagaimana mungkin aku bisa melihat wanita brengsek itu menggandeng pria lain? Dan aku harus membawa Chrisella? Itu adalah skenario gila yang pernah ada.

Malam ini rasanya begitu kelam. Aku tidak sanggup lagi untuk melihat apapun meskipun itu hanya sekadar cahaya lampu. Penglihatanku kini buram. Rasanya kepalaku berat sekali. Kurasa ini karena vodka sialan itu. Maka dari itu lebih baik aku membaringkan tubuhku di lantai saja daripada aku harus berjalan ke kamar. Rasanya aku tidak sanggup lagi berjalan.

Ketika aku sudah terbaring sempurna, aku melihat plafon yang ada di atas. Aku tersenyum karena tiba-tiba saja wajah Natalie ada di sana dan tersenyum ke arahku. Wajahnya begitu cantik dan sangat mempesona.

Kemudian aku berkedip. Tapi kini wajah Natalie tidak ada. Aku bingung. Ke mana dia? Aku mencoba mengedipkan kedua mataku lagi dan lagi. Berharap wajahnya bisa kulihat lagi di atas sana. Tapi semuanya sia-sia. Aku hanya melihat plafon putih dengan cahaya lampu biru. Aku mendengus. Entah mengapa rasanya kedua mataku memanas. Aku menangis? Karena wanita brengsek itu?

"Ahhhh, bangsat!" umpatku dengan teriakan terkerasku. Lalu aku memukul-mukul bawah sofa yang ada di sebelah kananku.

"Hey, sayang", tiba-tiba aku mendengar suara seseorang dari sebelah kiriku. Aku mengerucutkan keningku. Kemudian aku berbalik.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat Chrisella sudah berbaring di sebelahku sambil menatapku. "Kaukah itu? Chrisella?" tanyaku dan dia mengangguk sambil tersenyum. Air mataku pun keluar.

Aku memeluknya kemudian menangis. "Maafkan aku, Chriss. Aku sudah mengkhianatimu. Maafkan aku karena wanita brengsek itu, aku menjadi tidak setia padamu. Aku mengatakan kalau aku mencintaimu. Tapi aku sendiri yang mengingkarinya. Maafkan aku. Aku, aku, aku masih mencintaimu", kataku dengan nada penuh penyesalan. Kemudian aku memeluknya. Aku memeluknya dengan begitu erat sambil menangis. Tak peduli jika orang-orang memiliki pandangan aneh terhadap pria yang menangis. Aku menangis karena aku merasa bodoh dan juga mengenaskan.

Aku sudah mendapatkan cintanya Chrisella, tapi aku malah tidak bisa menjaga hatiku untuknya. Kau tahu, sebenarnya aku tersiksa dengan perasaan yang kupikir hanya sementara ini. Tapi di balik semua kebodohanku itu, aku masih mencinta Chrisella, wanita yang sudah menjadi istriku. Wanita yang dengan susah payah kuperjuangkan. Wanita yang awalnya sama sekali tidak mencintaiku. Tapi dengan usaha besarku, hatinya akhirnya bisa kudapatkan.

"Chriss, maafkan aku", ucapku kemudian melepaskan pelukanku. Aku menatapnya yang hanya tersenyum. Kulihat air matanya turun lalu perlahan-lahan jatuh. Tapi dia masih menatapku tanpa bergerak.

"Ssssttt, aku sudah memaafkanmu karena aku begitu mencintaimu", jawabnya yang masih hanya tersenyum kemudian mengusap air mataku. Merasa tidak pantas, aku menggeleng.

"Aku tidak berhak mendapatkan kata maaf darimu karena aku tidak pantas. Aku sudah mengkhianatimu", kataku lagi. Air mata penyesalanku begitu deras mengalir. Aku masih menatapnya dengan begitu dalam. Entah mengapa di tengah kemabukanku, aku masih bisa melihat dengan jelas wajah Chrisella begitu cantik. Dia seperti ibuku. Ketika aku merasa terpuruk dulu, ibulah yang selalu menenangkanku dengan senyuman tulusnya dan tutur katanya yang lembut. Chrisella juga begitu. Bukankah aku pernah mengatakan begitu sebelumnya pada kalian?

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang