Hari ini adalah hari di mana aku keluar dari rumah sakit sekaligus kembali ke Pennsylvania. Ibu dan Clara telah kembali lebih dulu kemarin namun mereka tujuannya ke New York karena keputusan ibu yang akan menetap di sana. Katanya mansion di Penn lebih banyak menyimpan kenangan bersama Matthew, ayahku.
Sekarang Josephine memapahku untuk keluar dari kamar sementara Carron hanya berdiri di depan pintu. Sepertinya dia masih kesal padaku.
"Carry, bisakah kau membantuku untuk memapah Chrisella?" tanya Josephine pada Carron.
"Sudah. Aku bisa sendiri", tolakku pada Josephine sambil melepaskan tanganku dari pundaknya. Tapi dia mengelak dan menarik kembali tanganku.
Kulihat Carron masih diam dan hanya berdiri membelakangi kami. "Carry.. Kau tidak ingin membantu sahabatmu sendiri?" tanya Josephine sekali lagi. Lantas Carron menggusar lalu pergi entah ke mana. Aku menatapnya heran lalu melirik Josephine. Dia mendengus sekaligus tersenyum. Aku pun menggedikkan kedua bahuku.
Dengan perlahan aku berjalan keluar namun tiba-tiba kami melihat Carron berjalan sambil membawa kursi roda. Aku pun tersenyum meskipun wajahnya masih terlihat tak acuh. "Ternyata dia benar-benar sahabatmu, Chriss", ucap Josephine sambil tersenyum. Aku pun mengiyakan perkataannya. "Sahabatmu juga", balasku.
Saat dia sudah menghampiri kami, Carron terlihat mengerucutkan bibirnya. "Jangan membicarakanku!" seru Carron. Tapi kami malah tertawa melihat reaksinya itu. Lalu dia seperti melirik-melirik ke arah kursi roda yang dia bawa. Seakan mengerti aku pun duduk dan bersandar. Meskipun Carron kesal, dia masih memiliki kepedulian padaku. Aku tahu itu. Kau sahabatku, Muizy.
Carron pun mundur ke belakang seakan tidak ingin mendorong kursi rodaku. Aku menoleh pada mereka berdua. "Baiklah, Carry. Aku yang akan mendorongnya", ujar Josephine sambil tersenyum. Lalu Josephine pun mendorongku menuju elevator.
"Kau beruntung memiliki Walton, Chriss. Dia bahkan menyiapkan helikopter khusus untuk membawamu ke airport", tukas Josephine. Aku pun tersenyum menanggapi perkataan Josephine saat hendak masuk ke dalam elevator.
"Yah, aku baru menyadarinya", balasku.
"Karena selama ini kau hanya melihat pria lain, 'kan?" celetuk Carron. Aku pun melihatnya yang berdiri di sebelahku. Lalu mendengus pelan. Kulihat Josephine seakan mencubit pelan lengan Carron. Untung saja kami hanya bertiga berada di elevator ini.
"Jika yang kau maksud pria lain itu adalah Brooklyn, maka kau salah. Aku menganggapnya hanya sebatas teman saja", kataku pada Carron.
Kudengar Carron menyeringai.
"Tidak ada teman antara pria dan wanita", ucap Carron.
"Ya, kau memang benar jika pemikiranmu sangat rendah. Kau pikir Josephine dan saudaramu sendiri, Darren bukan teman? Kau dan Walton?" tanyaku lagi pada Carron.
"Sudah, sudah. Jangan mempermasalahkan itu, Carry! Kau sahabat Chrisella juga sahabatku. Jangan memperdebatkan hal-hal yang membuat segala sesuatunya menjadi rumit. Sekarang jika kau memang memiliki perasaan pada Brooklyn, kau harus mengatakannya sendiri padanya. Apalagi Brooklyn tidak pernah menjenguk Chrisella sejak hari pertama", kata Josephine panjang lebar.
Ternyata aku baru menyadari kalau Brooklyn tidak pernah menjengukku setelah kejadian itu. Entah dia merasa terganggu jika ada Walton, aku tak tahu. Aku juga tidak menanyakan soal itu pada Walton. Karena kutahu selama tiga hari berada di rumah sakit ini membuatku menyadari kalau Walton memperlakukanku khusus. Seperti aku memang wanitanya.
Ting..
Bunyi elevator pun terdengar memecahkan kecanggungan. Josephine hendak mendorongku ketika pintu terbuka. Seketika suara helikopter terdengar dan angin kencang menerpa kami. Walton pun segera menghampiri kami dan mengambil alih kursi rodaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married
RomanceWARNING 19++ !! Sebenarnya ini adalah cerita keduaku. Cerita pertama sudah aku unpublished karena kurang peminatnya. Hahaaha. Cerita ini murni dari imaginasiku semata. Jadi kalau pun ada salah-salah kata, aku sebagai author yang masih amatir belum p...