Bab 9
Bhayanaka menghabiskan malam di salah satu pendapa. Kaputran saat itu terang benderang dengan obor-obor di setiap sudut, juga ramai karena seliweran prajurit yang meronda. Sandangan sang gusti muda kala itu lebih sederhana, yakni lembaran sutra tanpa keris di pinggang. Rikmanya pun tergerai tanpa cacandyan. Begitu hikmat pemuda itu dengan kesendiriannya hingga seseorang menghampiri.
"Hamba melapor, Gusti," sapa orang tersebut.
"Oh, Jatmika. Apa yang kau dapat hari ini?" tanya Bhayanaka.
"Belakangan, banyak penduduk desa yang diresahkan oleh kabar adanya tukang tenung, Gusti." Jatmika menjawab. Pengawal khusus untuk Bhayanaka masih dengan sikapnya yang menunduk hormat.
"Tukang tenung?"
"Benar, Gusti. Hal demikian tidaklah dialami penduduk sekitar kotaraja, tetapi mereka mendapatkannya dari desa dan dusun-dusun lainnya.
Para penduduk itu mengaku mengalami hal-hal janggal, semisal bertemu dedemit. Setelah itu biasanya mereka mengalami penyakit yang sulit disembuhkan. Penyakit ini pun menjangkiti siapapun tanpa tebang pilih. Selain itu, beberapa penduduk menyatakan kehilangan anggota keluarga saat mencari kebutuhan di hutan yang mereka yakini adalah ulah siluman," jelas Jatmika."Siluman?"
Semakin heran Bhayanaka dengan pernyataan pengawalnya tersebut sehingga ia pun tidak segera membalas.
Selama ini, tidak ada laporan dari para akuwu dan kepala daerah lain mengenai adanya tukang tenung, siluman, atau hal-hal janggal. Seumur hidup pun belum pernah dirinya menemui perihal yang disebutkan Jatmika tadi sehingga ia merasa ragu. Perintahnya kepada si pengawal pun mulanya untuk mencari keterangan mengenai keadaan sekitaran kotaraja.Namun demikian, Bhayanaka enggan menanggapinya lebih jauh. Ia pun memerintahkan Jatmika untuk kembali ke tempat penjagaan sebab merasa ingin sendiri tanpa bayangan pengawal lebih lama.
Sepeninggal Jatmika, Bhayanaka terpikirkan hal lain yakni kabar perjodohannya dengan Mayasari. Bukanlah sang patih yang membuka keterangan tersebut, apalagi ayahanda yang sama sekali tidak mengungkapkan. Bhayanaka mendapatkan kabar itu dari abdi dalem yang berhubungan dengan orang-orang di kepatihan. Ia bahkan mengutus Jatmika untuk menyelidiki apakah kabar itu bisa dipercaya.
"Mengapa harus Mayasari?" gumamnya.
Bhayanaka bukannya tidak menyukai apsari jelita tersebut. Kebersamaan mereka semasa kecil telah menumbuhkan benih sayang satu sama lain. Gusti muda itu pun belumlah memiliki kekasih hati dan tidak pula sedang kasmaran. Yang memberatkan adalah dirinya sudah menganggap putri sang patih selayaknya adik sendiri.~~~
Nastiti meletakkan kayu bakar terakhir di samping padangan. Peluh di kening dan leher diseka dengan punggung tangan. Setelah itu, ia menuju lincak yang di atasnya terdapat sekumpulan sandangan kotor. Dengan cekatan, gadis itu memasukkan sandangan-sandangan ke keranjang rotan.
Ia celingukan mencari seseorang hingga tampak sosok sang indung berjalan menuju ke arahnya."Indung, aku ke sungai dulu! Kayunya sudah siap!" pamitnya pada Nyi Wiasih.
"Hati-hati!" Nyi Wiasih berpesan.
"Ya, Indung!"
Nastiti menjawab sambil berlarian. Ia sudah tidak sabar untuk bermain-main dengan air, juga mendengar celotehan para perempuan di sana. Gadis-gadis kabuyutan pun biasa berkumpul dan bercanda. Putri Nyi Wiasih itu tidak mau kesiangan sehingga akan sendirian nantinya.
Jarak dari huniannya ke sungai memakan waktu sepemakan sirih. Jalan pintas melalui hutan kecil di belakang huniannya sering digunakan penduduk juga agar lekas sampai di sumber sungai yang berada pada dusun lain tersebut.
Sesampainya di sana, terlihat para perempuan sudah melakukan kegiatan di pinggiran sungai. Nastiti segera mengambil tempat dengan sebuah batu besar yang letaknya agak ke tengah. Tempat itu sangat deras alirannya sehingga memudahkan untuk membilas nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRUDA (SELESAI-dalam masa revisi)
Historical FictionSebelum sang surya menyentuh ujung bumi, kalasangka akan ditiup kembali. Memanggil para kesatria untuk turun ke medan laga. Perang itu bukan untuk mereka, tetapi mereka akan menjadi bagian darinya. Sebagian menjadi saksi, sebagian akan mengukir seja...