.
.Sejatinya tidak ada yang berkenan melihat pertempuran. Terlebih yang sedang terlibat adalah para siluman. Pertarungan antara Dwisana dan Bhargawala nyatanya berbahaya sekaligus mendebarkan. Tidak ada yang bersikap ragu atau lembek dalam menghadapi lawan. Semuanya seolah memiliki nafsu untuk saling membinasakan.
Dwisana, yang notabene hanyalah setengah siluman, ternyata mampu bertahan dari serangan-serangan ganas Bhargawala. Beberapa kali ia melilit pohon, meloncat ke belakang, lalu kemudian bergerak cepat untuk menyambar lawannya. Akan tetapi, Bhargawala bukanlah sembarang siluman. Ia terlahir dari keturunan bangsawan dengan kemampuan yang tidak biasa. Sekalipun Dwisana telah mewujud menjadi setengah ular, bukan hal sulit bagi siluman dari trah Bayu Sakunta itu untuk melumpuhkannya.
Erangan terdengar dari pihak Dwisana setelah terkena jebakan lawan. Punggungnya tertusuk ujung bulu runcing yang sebelumnya sudah terpancang di dahan pohon. Umpatan pun serta merta diucapkan Dwisana. Sisa ekornya menggelepar di atas tanah.
"Siluman sialan!"
Dwisana meronta, memaksa diri untuk lepas dari ujung-ujung runcing yang kini terlumuri darah merah gelap miliknya. Sedikit tertatih-tatih ia kala berusaha menegakkan badan. Tubuhnya tidak bisa dengan cepat pulih layaknya siluman murni. Hal itu membuat Dwisana meradang. Tanpa pemikiran matang, pun sang lawan tidak mau menunggunya menyerang balik, perempuan itu kembali melancarkan serangan.
Sementara itu, Bhargawala sama sekali tidak menghiraukan luka yang diciptakan akibat sabetan ekor atau tusukan satu-dua jarum beracun milik Dwisana. Tubuhnya telah mampu memberikan perlindungan yang cukup. Tujuannya satu; meluapkan amarah pada makhluk yang telah melukai Mayasari. Keingintahuannya atas sesuatu yang sempat dicurigai dulu membuatnya kembali mengunjungi Walingan. Tanpa disangka, tindakan itu menuntunnya menuju Hanimpura hingga ia ketahui perihal yang menimpa Mayasari.
Dengan gerakan bergulung ke depan, Bhargawala melewati kepala lawan, segera ia lesatkan tiga bulu runcing, tetapi Dwisana dengan sangat cepat berbalik dan mengempaskan senjata tersebut dengan sabetan ekornya. Serangan itu pun segera dibalas si setengah siluman. Ia lancarkan jarum-jarum beracunnya.
Bhargawala menamengi diri dengan kapak. Tepat ketika jarum-jarum itu berguguran, serentetan serangan Dwisana mengganas. Ekornya berusaha memukul dan melilit, mulutnya tidak henti mengeluarkan kembali jarum-jarum beracun. Walau Bhargawala tampak tidak kesulitan, nyatanya siluman itu sempat terdesak. Sekali ekor lawan mengenainya, tetapi ia segera melenting ke pohon dan mengambil jarak.
Tawa Dwisana melengking-lengking, seolah-olah beberapa luka tidak berpengaruh apa pun. Dia menunjuk-nunjuk kepada Bhargawala.
"Kau terlambat, Siluman. Kau sudah terlambat," ucapnya lalu terkekeh-kekeh.
Pegangan Bhargawala pada kapaknya mengeras, tatapannya nanar. Sempat ia lirik keadaan Mayasari nun jauh di sana. Perempuan itu tampak tidak bergerak. Yang demikian menimbulkan perasaan gelisah.
Sesegera mungkin, Bhargawala kembali menyerang Dwisana. Tawa yang seakan-akan meresahkan hati itu agaknya tidak ingin lagi didengar. Kapak hitam itu terus terayun-ayun dengan tangkas dan ganas, tetapi lawan Bhargawala memanglah pandai berkelit. Belum lagi ekornya yang selalu mengejar untuk membelit. Pintarnya, Bhargawala selalu mampu menghindari lilitan tersebut. Terbukti, setiap kali si ekor mulai menyentuh bagian-bagian tubuhnya, siluman itu akan memecah diri menjadi ratusan gagak lalu menjelma kembali, begitu seterusnya.
Yang demikian agaknya membuat Dwisana sedikit tersulut kesabarannya. Gerakannya mulai kacau, serangannya mulai ngawur hingga pada suatu kesempatan, Bhargawala berhasil melukai bagian ekor. Dwisana berkeriau. Tubuhnya serta merta mewujud manusia dengan kondisi salah satu kaki hampir putus.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRUDA (SELESAI-dalam masa revisi)
Historical FictionSebelum sang surya menyentuh ujung bumi, kalasangka akan ditiup kembali. Memanggil para kesatria untuk turun ke medan laga. Perang itu bukan untuk mereka, tetapi mereka akan menjadi bagian darinya. Sebagian menjadi saksi, sebagian akan mengukir seja...