Bhayanaka memainkan kerikil-kerikil kecil yang diambilnya dari pekarangan sembari melangkah ke biliknya. Sesampainya di sana, pemuda itu menutup tirai pengganti pintu dan menumpahkan kerikil-kerikil tadi ke lantai kayu kemudian menggambar lingkaran. Setelahnya ia menjimbit sebuah kerikil lalu diletakkan di satu sudut dari lingkaran tersebut.
"Di sini Jati," gumamnya, lalu melakukan hal yang sama kepada kerikil berikutnya dengan peletakan di sudut berbeda. "Damar, dan yang di sini Randu. Sekitaran sini ada peronda selepas senja. Dan yang di sini kadangkala ada cantrik yang berkumpul-kumpul sampai tengah malam."
Helaan napas panjang terdengar. Bhayanaka menggaruk-garuk kepala dengan sesekali berdecak. Alis tebalnya turut mengerut.
"Sulit sekali mencari celah untuk kabur. Lagi pula, kenapa telik sandi itu malah menjadi penjaga di sini? Bukankah tugas terakhir mereka adalah menjaminku agar berada di Galung Asri? He, ataukah maksudnya, mereka harus memastikan aku tetap di sini sampai para guru mengambil jalan keluar?"Kerikil-kerikil sebagai pengganti kedudukan orang-orang yang disebut tadi kini diabaikan karena Bhayanaka mengalihkan pandangannya kepada awang-awang.
"Jika demikian akan terlalu lama. Raka Gangsar bisa menemukanku di sini lebih dulu. Tidak, tidak! Aku tetap harus pergi! Tetapi, penjagaannya terlalu ketat." Kembali pemuda itu bercakap-cakap dengan diri sendiri. Ia pun mengusap-usap dagu seraya berpikir keras hingga pada satu waktu, wajah tegang itu sedikit melunak.
Tanpa kata, ia keluar dari bilik kemudian berjalan santai menuju pekarangan belakang. Di sana dipenuhi kebun-kebun berisi umbi-umbian dan pohon buah-buahan. Ada pula dua graha sebagai tempat penyimpanan alat-alat berkebun dan berbagai gerabah atau piranti yang telah rusak. Dekat pekarangan itu terdapat sumur dan beberapa tombak dari sumur terdapat lincak-lincak. Pada lincak-lincak itulah biasanya beberapa cantrik sepuh berkumpul-kumpul.
Bhayanaka telah memutuskan untuk melarikan diri lewat kebun-kebun itu karena para prajurit sandi tiada yang berjaga di sana.
Dan ia telah menemukan cara untuk mengalihkan para cantrik sepuh agar pelariannya berhasil.Tetapi untuk itu, mula-mula ia harus mengenal medannya lebih dulu. Oleh karenanya, si pemuda kini tampak berjalan-jalan menyusuri kebun-kebun. Selama menimba ilmu di Galung Asri, memang barulah dua kali ini ia menyambangi bagian belakang Galung Asri. Karena sebenarnya griya satu ini terpisah dari griya utama padepokan. Apabila ingin kemari dari griya utama, mereka harus melewati sebuah tambak dan sawah-sawah. Griya belakang ini pun memang diutamakan untuk cantrik-cantrik sepuh sehingga Bhayanaka tidak terbiasa dengan kawasannya.
"Hanya pagar bambu. Ini tidak seberapa," gumam sang gusti muda manakala melihat jajaran bambu tinggi yang dirangkai menjadi pagar pembatas.
Puas mengamati, ia kembali lagi untuk memantapkan rencananya kali ini. Nagasangkarnya dibebat kain lalu diberikan pengait agar nantinya bisa digantung ke punggung. Tidak lupa sebuah keris luk tujuh di pinggang. Satu meja ia patahkan kaki-kakinya lalu ditumpuk dengan pedang yang telah dibebat tadi.
Bhayanaka menunggu kala hari telah gelap sehingga lebih memudahkan untuk menyelinap.Pada tengah malam, si pemuda mulai melancarkan rencana. Ia keluar dengan membawa tumpukan kaki-kaki meja yang dipatahkannya tadi lalu menuju kumpulan cantrik-cantrik sepuh yang berada di dekat sumur.
"He, bukankah itu Gusti Bhayanaka?" ujar salah satu cantrik.
Tiga cantrik lainnya mengamat-amati seseorang yang berjalan mendekat lalu salah satunya mengambil obor di tiang bambu dan menghampiri sosok itu.
"Oh, Gusti Bhayanaka," sapanya manakala cahaya api yang dibawa menyoroti si pemuda. "Ada apakah Gusti tengah malam begini keluar?"
"Kebetulan ada uwa sekalian. Sebenarnya saya tidak bisa tidur karena suara tokek yang terus menerus berbunyi," balas Bhayanaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRUDA (SELESAI-dalam masa revisi)
Fiksi SejarahSebelum sang surya menyentuh ujung bumi, kalasangka akan ditiup kembali. Memanggil para kesatria untuk turun ke medan laga. Perang itu bukan untuk mereka, tetapi mereka akan menjadi bagian darinya. Sebagian menjadi saksi, sebagian akan mengukir seja...