.
.Candipura masihlah sama seperti terakhir Nastiti berkunjung. Seperti namanya, terdapat banyak candi di sana. Dikelilingi taman berhias bunga berbagai jenis. Ragam warna dan wanginya seperti keajaiban yang melenakan. Bangsal-bangsal di sana pun megah dan anggun bak mahkota raja. Kolam-kolam berhias padma-padma besar seperti gambaran nirwana. Ada rasa kagum tiada tara di benak Nastiti kala melihat ukiran-ukiran rumit pada tiap tiang kayu dan dinding batunya. Ada pun candi-candi kecil tersebar di setiap sudut dengan hiasan bunga dan kain yang mengilap. Menurut pengakuan para emban, itu adalah tempat bagi Rawaja untuk mengawasi setiap yang ada di Candipura.
Semua keindahan itu pula yang terdapat di kedaton selatan, tempatnya sekarang bernaung. Sebuah kesepakatan yang ia buat bersama Dhistira kala ia bertandang dua hari lalu membuatnya menjadi pemimpin kedaton yang mulanya tanpa ratu tersebut.
"Gusti Putri, Pangeran Dhistira akan singgah ke sini."
Nastiti mengangguk kala seorang emban menyampaikan pesan. Baru saja ia dan dua embannya akan meninggalkan tempat, sosok Dhistira bersama iringannya baru saja melewati gapura.
Nastiti yang melihat dari serambi yang tinggi segera menyusul. Lekas-lekas ia menuruni anak tangga dari bebatuan hitam lalu menyambut sang penguasa Candipura tersebut.
"Rahayu, Pangeran Dhistira," sapanya sembari menangkupkan kedua tangan di depan dada.
Sapaan itu pun dibalas Dhistira dengan sopan. Setelahnya ia berikan satu isyarat tangan kepada para pengiring agar tidak mengikutinya lagi. Bersama Nastiti dan dua embannya, sang pangeran menuntun gadis itu ke taman sari.
Taman sari kedaton selatan memiliki satu kolam yang besar. Itu berisi berbagai macam ikan berwarna kunyit. Adapun bunga padmanya sangat besar, lebih besar dari yang biasa Nastiti lihat di bangsa manusia. Kadangkala, Nastiti melihat ikan-ikan berlompatan ketika ia dan Dhistira melintasi daerah sekitarnya. Kecipak air terdengar menggoda untuk dipandang. Pada taman di sisi lain pun terdapat kolam, tetapi dihiasi tugu-tugu yang memancarkan air.
Sementara, bagian lain taman itu sendiri lebih banyak diisi ragam bunga-bunga. Pepohonan yang tumbuh diatur sedemikian rupa sehingga dapat meneduhkan. Terdapat sungai kecil juga saung-saung tak kalah memesona. Jika saja ada yang ingin mengelilingi taman sari tersebut, haruslah memakai kereta saking luasnya. Pun, tiap bagian mempunyai hal-hal unik seolah-olah ingin menahan siapa pun untuk menikmati.
Sungguh, Nastiti belum pernah menjumpai tempat seindah dan senyaman itu. Bahkan, ia tidak bisa membayangkan tentang kedaton di tempat manusia. Apakah sama atau berbeda? Maka, pantaslah jika dirinya sempat terlena untuk menetap kala bersama Nawala dan Adi Baskara dahulu.
Pada satu saung terdekat, mereka berhenti dan berteduh di sana. Di sekitarnya terdapat bunga ganong yang sedang berbunga secara serentak. Warna jingganya menyegarkan mata. Tidak jauh dari saung tersebut, terdapat pohon waringin. Angin yang membelai, membuat akar-akar gantungnya seolah-olah seperti menari.
Sejenak, Nastiti asik sendiri dengan pesona taman sari kedaton selatan yang tidak kalah indah dengan yang berada di kedaton utama. Hingga, suara Dhistira membuatnya menoleh, memperhatikan si empunya.
"Hamba ke sini untuk memastikan keputusan Gusti Putri. Apakah Gusti benar-benar telah memegang teguh keputusan itu, atau hanya gejolak perasaan semata. Hamba melakukan ini agar tidak ada rasa sesal di kemudian hari. Mohon Gusti Putri Kaundrika memikirkannya lagi secara sungguh-sungguh, karena setelah ini, Gusti Putri tidak bisa menarik kembali pernyataan yang telah diucapkan."
Bergetar benak Nasititi mendengar hal itu. Bahwa, apa yang dikatakan Dhistira ada benarnya. Ketika ia datang bersama sang sepupu kemarin lusa dan segalanya telah diutarakan oleh Dhistira, segera saja ia memutuskan sesuatunya. Kala itu, ia hanya memikirkan cara untuk menyelamatkan Bhargawala dan gagasan sang pangeran Candipura adalah yang terbaik menurutnya. Memang, tidak ada jalan selain melaksanakan gagasan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRUDA (SELESAI-dalam masa revisi)
Historical FictionSebelum sang surya menyentuh ujung bumi, kalasangka akan ditiup kembali. Memanggil para kesatria untuk turun ke medan laga. Perang itu bukan untuk mereka, tetapi mereka akan menjadi bagian darinya. Sebagian menjadi saksi, sebagian akan mengukir seja...