Bab 72

689 114 37
                                    


Suara kentongan yang ditabuh salah seorang prajurit beberapa waktu lalu nyatanya berhasil menarik perhatian sebagian besar penduduk yang baru berangkat maupun pulang dari pasar. Pagi ini, ketika matahari baru sepenggalah tampaknya menjadi waktu yang berbeda. Kerumunan itu semakin membesar dengan tidak mengindahkan pengelompokan baik untuk lelaki atau perempuan. Padahal sekelompok prajurit yang berjaga di sekitar menghalau para penduduk agar tidak mendekat.

Akan tetapi, tentu saja peringatan itu tidak terlalu berhasil. Nyatanya jumlah penduduk yang datang tidak sesuai dengan jumlah prajurit yang berjaga di sekitar.
Yang penduduk itu inginkan adalah sebuah pemandangan di tengah alun-alun yang tempatnya sedikit tinggi dengan setidaknya tujuh sampai sepuluh undakan.

Pada pusat alun-alun yang tentu saja akan menarik minat jika kedatangan orang-orang kedaton, telah berdiri beberapa prajurit penjaga, seorang singanegaran* dengan wajah sesangar senjata yang dipegangnya. Lalu, dua orang pejabat Hanimpura, masing-masing didampingi dua orang dayang untuk memegang payung-payung sebagai peneduh, beserta para pengawalnya, mereka ada untuk mengawasi jalannya hukuman yang entah akan diberikan kepada siapa.

Di antara beberapa tiang dari kayu berwarna cokelat pucat yang berdiri kokoh, tampak empat manusia yang ditutupi kepalanya oleh lembaran kain hitam, kedua tangan diikat ke belakang. Dari perawakannya, bisa dipastikan kesemuanya adalah lelaki, terduduk dengan pasrah.

Salah seorang prajurit, yang memukul kentongan tadi, mengambil langkah lebih ke depan, memandang ke seluruh kerumunan yang mendongakkan kepala mereka dengan wajah penuh tanda tanya. Kerumunan yang banyak, walau prajurit itu tahu bahwa tidak semua penduduk sekitar kotaraja hadir. Akan tetapi, jumlah yang sedemikian telah cukup nantinya untuk menyebarkan berita.

"Perhatian! Perhatian! Perhatian!"

Seketika dengungan para penduduk bak tawon di sarangnya itu mereda. Prajurit itu pun melanjutkan wara-waranya.

"Hari ini akan dilaksanakan hukuman bagi para pemberontak Haningan."

Gemuruh para penduduk yang semakin penasaran semakin membahana. Yang demikian membuat prajurit tadi memukul kentongan untuk memberi peringatan kedua.

Ketika itu, salah seorang pejabat akhirnya bangkit. Melangkah ia ke depan, menghampiri si prajurit yang langsung menghormat lalu mundur beberapa langkah.

"Para penduduk sekalian, sesuai yang diperintahkan oleh Bhre Aruna Atyanta, hari ini akan dilaksanakan hukuman bagi mereka yang telah terbukti membangkang kepada Haningan. Mereka adalah orang-orang yang telah nyata membantu putra angkat mendiang Paduka Bathara Aditya Seta, si pemberontak yang durhaka. Oleh karenanya, tidak ada ampun lagi bagi orang-orang seperti itu."

Mengangguk-angguk saja para penduduk mendengar keterangan yang disampaikan oleh pejabat kedaton tersebut. Sebagian dari mereka juga bergumam, saling melempar pendapat kepada yang lain. Hingga terdengar lagi suara kentongan dari prajurit yang bertugas tadi. Membuat mereka diam, sementara pejabat kedaton itu telah kembali ke tempatnya. Memberi isyarat berupa anggukan dan tangan kanan yang menjulur ke depan kepada singanegaran.

Dua prajurit yang berdiri di samping singanegaran melangkah untuk kemudian membuka satu per satu penutup kepala para penerima hukuman. Maka, tampaklah wajah-wajah yang terdapat beberapa memar, juga dua di antaranya masihlah muda, mungkin seumuran sang Gusti Raden yang kini menjadi momok bagi Haningan sendiri.

Para pengawal pejabat mengedarkan pandangan, mencermati kerumunan. Kiranya ada penyusup di antara penduduk. Selama itu, sang singanegaran maju, bersiap ia dengan korban pertama yang seorang pemuda. Tidak tampak pada pemuda itu ketakutan. Hanya, mungkin, seutas rasa sedih.

Ketika pejabat kedaton tadi menganggukkan kepala, maka segera saja pedang besar sang singanegaran teracung. Segera saja teriakan beberapa penduduk perempuan menambah kengerian ketika kepala pemuda tadi telah terputus begitu saja.

MIRUDA (SELESAI-dalam masa revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang