Bab 34

623 87 6
                                    


Yudharangga menghampiri Nawala lalu membisikkan sesuatu.

"Sekali ini saja, abaikan dulu amarahmu. Aku tahu kau tidak sengaja mengintipnya mandi." Yudharangga segera memperbaiki kata-katanya ketika Nawala memperlihatkan raut tersinggung. "Maksudku, ini hanya kesalahpahaman. Kita luruskan masalah ini dulu. Kita harus memusatkan perhatian kepada masalah kita sendiri."

Nawala mengedarkan pandangan ke sekeliling yang tentu saja hanya nampak gelap. Dirinya seakan-akan tersadar akan satu hal. Gadis itu benar-benar menyedot perhatiannya dengan sikap yang kurang unggah-ungguh.

"Nyi Sanak, saya rasa ini semua adalah kesalahpahaman sehingga akan lebih baik apabila kedua belah pihak saling meminta maaf. Marilah, kita selesaikan masalah ini agar tidak berlarut-larut," bujuk Yudharangga.

Nastiti mengangguk pelan. Ia merasa bersalah pula karena telah mengganggu perjalanan dua pemuda asing tersebut.

"Aku minta maaf."

"Saya minta maaf."

Secara bersamaan pula kata maaf itu terucap dari pihak Nawala dan Nastiti sehingga ketika menyadari hal itu, muda-mudi itu sama-sama berpaling pula.

Yudharangga menahan tawa. Sungguh merepotkan sikap mereka, tetapi tingkah yang demikian membuatnya terhibur jua.

"Nah, selesai sudah perkara," ucapnya.

"Belum!" sela Nawala. Ia kini mendekati si gadis lalu menyamakan kedudukan agar bisa bersitatap langsung. "Katakan pada kami, apa yang seorang gadis lakukan di tengah hutan belantara pada malam hari? Kau tidak tinggal di sini bukan? Sementara permukiman jauh di belakang. Selain itu, apa yang aku lihat tadi adalah nyata. Ilmu yang Nyi Sanak miliki tadi bukan khayalan. Siapa Nyi Sanak sebenarnya?"

Kali ini Nastiti benar-benar bingung. Pertanyaan itu benar-benar di luar dugaan. Dia tidak ingin menjawab, tetapi Nastiti telah cukup pandai memahami keadaan yang dihadapi. Ia tahu bahwa para pemuda itu bukanlah seperti orang kebanyakan.

"Jika Nyi Sanak berbohong lagi, kami tidak akan segan memaksa!" ancam Nawala yang membuat Nastiti bergidik pula. Raut wajahnya yang meski masih dilumuri tanaman obat, tetapi mampu menunjukkan wibawa yang tinggi. Lebih-lebih sorot mata setajam elang itu semakin menggentarkan benak.

Merasa kawannya sedikit berlebihan, Yudharangga akhirnya bersuara,
"Sebenarnya Nyi Sanak ini dari mana? Dan memiliki tujuan apa kemari?"

"Saya dari Bulukuning. Ada hal buruk menimpa sehingga saya harus pergi. Kehadiran saya di sini pun sebenarnya tidak sengaja. Saya tersesat sehingga segera melupakan kelegaan ketika menemukan sumber air," ungkap Nastiti akhirnya.

"Maksud Nyi Sanak ini adalah Bulukuning di Haningan, bukan? Hal buruk apa yang terjadi di sana? Dan, bagaimana keadaannya?" tanya Yudharangga sedikit memburu sehingga tidak lagi memperhatikan penjelasan si gadis tadi segera rinci. Hal itu jelas membuat Nawala heran.

"Sepertinya kau tertarik pada dusun itu, Yudha. Apakah ada hubungannya denganmu?" tanyanya.

"Dusun itu dekat dengan dusun asalku." Yudharangga menjawab. Kini pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan.
"Jadi, apa yang terjadi di sana? Bagaimana dengan dusun lain?"

"Para bramacorah membuat kerusuhan di sana. Kerusuhan yang mengerikan. Saya tidak tahu tentang dusun lainnya."

Terdiam Yudha Erlangga mendengarnya, begitupun dengan Nawala.

"Adakah orang lain yang bersamamu?"
Pertanyaan Yudharangga dijawab gelengan perlahan oleh Nastiti sehingga pemuda itu ingin mengajukan pertanyaan kembali. Namun, belum sempat itu terjadi koakan gagak tiba-tiba terdengar.

MIRUDA (SELESAI-dalam masa revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang