Bab 70

530 90 12
                                    

Ayu Sekar tampak mondar-mandir, raut wajahnya menyiratkan kecemasan, jemarinya saling bertaut dan berkeringat dingin. Gadis itu telah tersudut oleh bapanya sendiri, membuatnya tidak bisa lagi untuk bungkam, menyembunyikan nama seorang pemuda yang akhir-akhir ini selalu membuat mimpinya menjadi indah.

Namun setelahnya, masalah lain timbul. Sang bapa berkehendak menemui si pemuda. Ayu Sekar mengerti apa maksudnya itu. Oleh karenanya, ia tengah bingung sekarang.

Di tengah kegiatannya mondar-mandir dengan pikiran yang bercabang, sosok Jaka Barung kembali muncul bersama si tuan rumah.

"Sekali lagi, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang kami timbulkan di tempat Ananda."

"Saya tidak berkeberatan atas yang terjadi tadi, Kakang Jaka." Anggara melirik sekilas kepada Ayu Sekar kini berdiri di depan pintu halaman samping. Tampak padanya sikap yang malu dan sungkan. Gadis itu bahkan tidak tahu apakah alasan si pemuda untuk membatalkan perjodohan mereka benar-benar nyata ataukah untuk memudahkannya saja. Yang jelas, dia menjadi tidak enak hati terhadap pemuda itu.

"Kalau begitu, kami mohon undur diri, Ananda Anggara," pamit Jaka Barung yang dipersilakan saja oleh si tuan rumah.

Maka, setelah dua tamu terakhirnya  meninggalkan kediamannya, segera Anggara kembali ke dalam rumah.

Sementara itu, Ayu Sekar dan Jaka Barung berencana menuju Galung Asri, di mana Resi Madaganta juga menuju ke tempat yang sama.

"Diajeng..." panggil Jaka Barung, Ayu Sekar menoleh, "janganlah berwajah muram seperti itu. Apakah kau tidak percaya akan kemampuan Yudha Erlangga?"

"Tentu, Kakang. Aku sedang tidak mencemaskan kemampuannya. Tetapi, kita tahu sendiri bagaimana bapa jika sedang mengamuk. Beliau tidak akan peduli siapa yang dihajarnya. Bukankah Kakang pernah mengalami?"

"Ya, tetapi bukankah ada para guru di Galung Asri yang nantinya bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan untuk terjadi? Bukankah ada Resi Gesang dan Resi Bimaka yang dahulu pernah menyelamatkanku? Dengan demikian, kau tidak perlu khawatir terlalu besar."

"Tetapi, para guru sedang tidak ada di sana, Kakang. Beliau sedang melakukan geniwara."

Balasan Ayu Sekar membuat Jaka Barung termenung. Tumbuh pula rasa cemasnya. 
"Aku juga akan turut membantu jika memang terjadi sesuatu yang buruk," ucapnya kemudian setelah berhasil menyingkirkan rasa khawatir. 

"Terima kasih, Kakang," ucap Ayu Sekar.

Jaka Barung hanya manggut-manggut saja. Tidak ia sangka begitu besar pengaruh asmara hingga mampu membuat gadis itu berubah tidak seperti biasa.

Ah, sungguh suatu kejutan ketika Jaka Barung mengetahui perihal pemuda yang menjadi tambatan hati si gadis. Garam di laut, asam di gunung bertemu dalam belanga. Apa daya jika pemuda-pemudi sudah berjodoh, akhirnya akan bersatu jua.

Maka, setelahnya Ayu Sekar meminta agar mempercepat laju kuda mereka, sehingga lekas sampai ke tujuan.

~~~

Hanya butuh satu hari saja bagi Resi Madaganta untuk sampai di Galung Asri, tentu tanpa istirahat yang memadai. Tujuannya jelas, segera menuntaskan masalah yang mengganjal. Yang demikian bahkan tidak menimbulkan keluhan pada dua cantrik gawannya.

Akan tetapi, ketika telah sampai pada Galung Asri, gapura sebagai penanda masuk padepokan telah dijaga beberapa prajurit. Hal yang sudah diperkirakan oleh sang resi sewaktu bertukar kabar mengenai perkembangan Haningan bersama Senapati Agung Dhiwangkara. Dari sana pulalah sang resi mengetahui jika sang putri menjadi telik sandi bagi tumenggung yang begitu dihormati tersebut.

MIRUDA (SELESAI-dalam masa revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang